Day 5

1 0 0
                                    

Sudah lima hari sejak Floren hilang, sudah dua hari pula aku tidak tidur setelah pingsan. Pikiranku terus kemana-mana, aku menyesal karena tidak bisa menjaga temanku dari lelaki bajingan seperti Radeo. Aku terus berusaha membujuk Kak Juan dan Kak Bryan untuk segera menyusul ke lokasi tempat Floren disandera tapi mereka tidak mau terburu-buru dan memilih untuk menuruti kemauan Floren. Hari ini adalah hari kelima dirinya di sandera dan hari ini juga kami berempat serta beberapa polisi pergi ke area rumah hutan.

Kami berempat hanya mengandalkan kemampuan bertarung yang kita kuasai tanpa berpikir bahwa musuh kami mempunyai pistol dan senjata mematikan lainnya. Benar-benar nekat tapi demi Floren apapun bisa ku lakukan, aku rela membunuh orang-orang yang ada di depanku saat ini. Ada puluhan orang yang berjaga di setiap penjuru, masing-masing camp sepertinya ada 40 orang, jika di hitung dari camp yang terlihat ada 9 camp besar yang memungkinkan untuk menampung 40 orang di barisan depan, total semua orang yang berada di camp ada 360 orang, manusia gila mana yang mengumpulkan orang-orang sebanyak ini?

Kami sengaja memarkirkan mobil kami sedikit lebih jauh dan menerbangkan drone untuk melihat jumlah orang yang berada di depan. Siapa yang mengira akan ada 360 orang yang berada di depan dan terbagi ke dalam 9 camp, tapi hal itu tidak membuatku takut untuk melawan mereka. Kami membagi orang untuk menghemat waktu dan tenaga, aku dan Kak Juan akan bergerak ke sebelah Barat, sedangkan Kak Bryan dan Joel bergerak ke arah timur, kami mulai berpencar.

Membutuhkan waktu dua jam untuk menghabisi 40 orang dalam satu camp, jelas lama karena kami menarik mereka menjauh dari camp lain dan bersembunyi sambil menghindari tembakan. Setelah menyelesaikan satu camp kami memutuskan untuk beristirahat sebentar, karena kondisi kami kelelahan dan banyak polisi yang terluka. Aku penasaran mengapa Radeo bisa memiliki orang-orang bersenjata sebanyak ini? Sebenarnya siapa dia sampai berani menculik dan membuat rumah di hutan belantara seperti ini? Siapapun dia aku tidak peduli, begitu dia tertangkap olehku aku akan menghajarnya sampai mati!

"Kita mundur lebih jauh lagi, bahaya istirahat disini." Kak Juan memberi isyarat untuk mundur, aku pun mengikutinya.

"Kak, kita gak bisa ngelawan empat camp sekaligus dalam sehari, selain itu aku ngerasa tempat ini sedikit janggal, gak mungkin mereka cuma punya sembilan camp, aku yakin ada sesuatu yang janggal." Aku menyampaikan apa yang aku pikirkan setelah berusaha membasmi satu camp tadi, rasanya aneh sekali jika disini hanya ada 360 orang, bisa jadi mereka lebih dari itu ditambah area hutan sangatlah luas.

"Lo bener Lan, tempat ini emang janggal kalo cuma punya sembilan camp, kalo disini ada tiga ratus enam puluh orang bisa aja sisanya sembunyi di beberapa sudut yang lebih jauh sambil mengawasi kita." Ternyata kak Juan juga menyadari bahwa area ini sangat janggal. Kami memutuskan untuk pergi sedikit menjauh dari bekas kami melakukan adegan hajar menghajar.

Kami mengistirahatkan diri dan bermalam di hutan. Malam itu langit seakan marah, menampilkan cahaya yang mulai redup, ditambah rintik-rintik hujan mulai mengguyur kami. Kami mulai berlari sambil menggendong beberapa polisi yang terluka untuk menuju sebuah rumah yang cukup besar dan sederhana, di dalam rumah itu, terdapat beberapa bahan makanan dan juga obat-obatan, betapa herannya aku dan Kak Juan yang melihat itu, selain bahan makanan dan juga obat-obatan, rumah tersebut tampak bersih dan terawat, kami segera merapatkan diri ke pojok dan saling menjaga beberapa polisi yang terluka setelah mendengar suara langkah kaki yang menuju ke arah kami, aku merampas pistol dari polisi yang terluka, menarik pelatuk dan mengarahkan ke pintu.

Aku berjalan perlahan menuju pintu, mengintip dari celah kecil untuk memastikan siapa yang datang. Seorang wanita muda dengan jas labnya sedang membersihkan payungnya yang terkena air, aku memberikan isyarat pada kak Juan untuk menyergapnya dari dua sisi yang langsung ia angguki. Kami mematikan lampu, begitu pintu tersebut di buka kak Juan menarik tangan wanita itu lalu menutup mulutnya rapat-rapat agar suara teriakannya tidak terdengar, aku menodongkan pistol ke arahnya, dan melemparkan beberapa pertanyaan.

"Dimana Floren?" Tanpa basa-basi ia menjawab ku dengan cepat.

"Dia-dia ada dirumah itu, dia di siksa, badannya penuh luka, dia di pukul, dia mungkin sudah jadi orang gila, tolong selamatkan dia, aku tidak sanggup lagi melihat luka nya." Aku tidak tau apakah yang dikatakan wanita ini benar atau tidak, tapi hati ku terasa sakit, emosi ku mulai muncul kembali setelah mendengar ucapan wanita itu.

"Ada siapa saja disana?" Kini giliran kak Juan yang bertanya pada wanita itu.

"Wanita tua dan Iblis itu, tapi Iblis itu tidak selalu berada di rumah, terkadang dia pergi beberapa hari lalu kembali." Aku mengerti siapa yang dimaksud Iblis, sudah pasti itu Radeo.

"Kamu mau bekerjasama dengan kami?" Kak Juan menawarkan kesepakatan dengan wanita itu, sejujurnya aku ingin menentang kerjasama itu tapi kak Juan lebih tau banyak hal daripada aku, dan aku terpaksa menerimanya.

"Apa jaminan jika saya membantu anda?" Wanita itu pintar sekali bertanya terlebih dahulu sebelum sepakat untuk bekerjasama.

"Aku akan membawa mu dan memberikan kehidupan yang layak." Aku merasa sedikit aneh dengan perkataan kak Juan, memberikan kehidupan yang layak? Seakan-akan ia sedang jatuh cinta dan ingin menikahi wanita itu saja.

"Apa kata-kata anda bisa saya percaya?" Aku mendengus kesal mendengar ucapan penuh curiga dari wanita itu, tidak bisakah dirinya itu percaya pada kami?

"LO BISA PERCAYA OMONGAN DIA! BAHKAN LO BISA AJA JADI ISTRINYA KALO DIA MAU!" Karena sebal aku melontarkan perkataan yang aneh-aneh hingga membuat orang yang di belakangku tercengang.

"Alleco!" Ah, kenapa badanku terasa merinding ya? Apakah angin hujan memang se dingin ini sampai membuat tubuhku merinding?

"Jadi, bisakah kamu membagi informasi rute camp yang ada di hutan ini?" Wanita itu mengangguk dan mengambil kertas berukuran besar yang di gulung. Ia membukanya dan memperlihatkan pada kami.

"Rumah tempat Floren di sandera ada di sini," wanita itu menunjuk gambar rumah yang berada di tengah-tengah hutan.

"Sedangkan ini semua adalah camp, selain yang ada di peta ada beberapa camp yang letaknya jauh dari area ini." Aku mengangguk paham.

"Berapa jumlah orang yang berada di camp?" Kak Juan memastikan ulang jumlah setiap orang di camp.

"Tergantung, semakin jauh semakin banyak orang yang berada di camp tersebut." Kak Juan mengangguk paham.

"Tolong obati polisi yang ada disana dan tolong jaga Floren saat kami tengah membereskan orang-orang camp." Wanita itu tersenyum dan pergi meninggalkan kami berdua.

"Lan, menurut lo gimana sama cewe tadi?" Aku menoleh ke samping, melihat ekspresi wajah yang kak Juan perlihatkan, tanda-tanda jatuh cinta.

"Apanya yang gimana? Biasa aja, cantikan adek lo, kak." Aku orang yang sangat jujur, menurutku wanita tadi biasa aja dan lebih cantik Floren. Sudah lima hari aku tidak melihat wajah Floren dan senyum manisnya, aku sangat rindu dengan wajah cantiknya yang tersenyum. Semoga kita segera bertemu.















Hai semuanya, tolong berikan vote dan dukungannya yaa teman-teman, terimakasih. Semoga kalian suka dengan cerita ini dan betah membaca nya.

Thank You, Swiss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang