Hp ku terus berbunyi beberapa waktu lalu, saat aku tengah mandi. Aku penasaran siapa yang mengirimkan pesan di jam 10 malam, ternyata Floren. Aku membuka pesan yang Floren kirimkan, aku sedikit terkejut dan segera berlari keluar kamar, meraih kunci pagar dan kembali berlari ke rumah Floren yang berada di samping ku. Aku membuka pagar tersebut dan dapat terlihat jelas ada bekas darah yang tercecer di lantai, aku segera menghubungi kak Juan, kak Bryan, dan Joel untuk memberikan kabar pada mereka bahwa adik perempuannya diculik.
Aku tau betul siapa pelaku dari semua ini, Radeo Aratama Desta. Lelaki bajingan yang selalu membuat Floren menderita, bahkan tidak pernah sekalipun ia melepaskan Floren dari genggamannya, aku yakin ia mengurung Floren di rumah hutan persis seperti lima bulan lalu. Walau begitu aku tidak bisa langsung datang dan menangkapnya begitu saja, Floren memintaku untuk menunggu selama lima hari dan selama lima hari itulah aku harus menahan emosiku.
Ke-esokkan harinya, kak Juan dan Joel datang menemuiku di Jakarta. Mereka melakukan investigasi langsung terhadap rumah Floren dan melaporkan pada polisi, aku menyerahkan beberapa salinan file yang ku masukkan ke dalam flashdisk kecil pada kak Juan yang langsung diberikan pada polisi. Di dalam flashdisk itu terdapat beberapa bukti kekerasan dan tindak kejahatan yang dilakukan oleh Radeo dan keluarganya terhadap Floren.
Hatiku tidak bisa tenang melihat Floren hilang dibawa bajingan itu, entah mengapa pikiran ku berputar-putar saat memikirkan bagaimana keadaan Floren, sial! Harusnya aku berada disisi wanita cantik itu selamanya, agar dia tidak harus mengalami hal seperti ini untuk kedua kalinya. Aku berusaha menemukan lokasi yang memungkinkan dimana lelaki bajingan itu berada, aku mengirimkan beberapa pesan pertanyaan pada orang-orang, tidak perlu waktu lama aku berhasil menemukan lokasi Radeo.
Aku buru-buru ke lantai atas mengambil hp milik Floren yang sudah pecah, sungguh jika Floren tau hp kesayangannya menjadi seperti ini ia pasti akan menangis sepanjang hari. Aku mengambilnya dan kembali turun, aku berpamitan kepada Kak Juan namun di tahan olehnya, mungkin ia tau bahwa aku akan menghajar bajingan yang menculik adiknya itu.
"Lan, gak perlu." Kak Juan menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan tindakan ku.
"Tapi gue setuju sama Nolan, manusia kodok kayak gitu emang pantes dapet bogeman dari kita, minimal 1000 kali lah!" Joel yang sedari tadi duduk dan hanya sibuk membalas dm wanita-wanita cantik ikut berbicara, membela ku.
"Gue juga setuju sama Nolan tapi gak sekarang," aku menoleh saat mendengar suara Kak Bryan. Bahkan Kak Bryan yang terkenal sibuk pun ikut ke Jakarta demi Adik Perempuannya. Flo, betapa beruntungnya kamu punya kakak dan adik yang menyayangi kamu lebih dari siapapun.
"Bener, yang gue maksud juga kayak gitu, kita gak boleh asal ngehajar Deo sekarang! Kita harus pikirin Floren juga kalo kita ngehajar dia, gue takut kalo bajingan itu ngelampiasin semuanya ke Floren setelah kita ngehajar dia!" Aku mengerti maksud Kak Juan, ia khawatir jika Radeo melampiaskan amarahnya pada Floren setelah mereka menghajarnya habis-habisan, seharusnya aku tidak berpikir main hajar saja dan harus memikirkan kondisi Floren yang utama.
"Mau kita culik pun tetep dia punya orang untuk gantiin dia ngehajar Floren." Ah, lelah sekali aku melihat Radeo yang kurang ajar, gak tau diri, bangsatnya kelewatan. Apa salah Floren hingga dia harus menyiksanya? Bukan kah dia orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa? Anjeng!!!!
"BANGSAT!!" Aku berteriak marah, saat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu dan berdoa agar Floren tidak kenapa-kenapa.
"Gue udah nyewa orang buat bersihin rumah ini, setelah ini kita pindah rumah. Gue pastiin kali ini dia tidak bisa nemuin Floren untuk ketiga kalinya." Aku paham ucapan kak Bryan, pindah rumah sama saja dengan pindah negara, sedari kecil Floren sangat ingin tinggal di Swiss, bahkan aku telah berjanji padanya untuk menemaninya disana, tapi sekarang dirinya harus mengalami sesuatu yang tidak bisa ku bayangkan untuk kedua kalinya.
Saat pertama kali ia diculik seperti ini, aku menangis tak berdaya, menyalahkan diriku yang ceroboh karena tidak bisa menjaganya, bahkan aku tidak berani menemui Floren secara langsung. Apalagi saat aku menemukan Floren dengan luka di sekujur tubuhnya dan masih bisa tertawa hangat, hati ku terasa sakit.
"Lo butuh tidur, Lan." Joel menepuk pundak ku. Aku tidak bisa tidur semalam dan terus memikirkan bagaimana keadaan Floren, aku terus menyalahkan diriku karena ceroboh dan tidak bisa menepati janjiku untuk menjaganya dengan baik.
"Tidur gak penting Jo, gue harus nemuin Floren lebih dulu, gue gak mau cece lo kenapa-napa, kita gak perlu nunggu lima hari buat nemuin Floren, kita harus kesana sekarang." Sepertinya kesadaranku mulai menurun, kepalaku terus berputar sebelum akhirnya aku pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Swiss!
Novela JuvenilJodoh adalah rahasia, begitu juga dengan Agista Florenti Pramudito yang tidak menyangka, orang yang bersamanya selama bertahun-tahun akan menjadi jodohnya dikemudian hari.