ASSALAMUALAIKUM
HAI ... SELAMAT DATANG DI CERITA PERTAMAKU
Sebelum baca ada yang perlu garis bawahi
1. Cerita ini murni fiksi dan sebatas karangan author saja
2. Maaf seluas-luasnya jika ada kesamaan dalam tokoh, alur, ataupun latar karena itu murni ketidaksengajaan.
3. Jikalau ada kesalahan dalam penyampaian informasi atau kekeliruhan dalam penyampaian ilmu agama mohon di tegur yah : )
4. Jangan lupa terus dukung cerita ini dengan vote, coment, ataupun follow akun wp ini : )
5. Jangan lupa follow akun-akun sosial media author agar tidak ketinggalan cerita ini
Ig : wp.gadissastra__
Tiktok : areagadissastra__SELAMAT MENIKMATI : )
TERIMA KASIH SUDAH BERKENAN HADIR & MEMBACA CERITA INI08/08/2024
Gadissastra•••
Suasana Jalanan ibu kota kini masih senggang, hanya ada beberapa kendaraan roda dua dan empat yang berlalu lalang, termasuk gadis berhijab yang tengah memacu motor sport berwarna putihnya. Ia dengan lihai menyalip beberapa kendaraan di depannya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Gadis itu adalah Naura, lebih tepatnya Naura Aurelia Arunika. Naura si gadis pemberani, putri dari seorang Inspektur jenderal polisi. Naura dengan postur tubuh ideal dengan Wajah cantik yang menjadi pelengkapnya. Naura, mahasiswi semester akhir jurusan Kriminologi.
Motor sport Naura berhenti di salah satu pelataran Cafe yang cukup ramai. Tak membuang-buang waktunya dia melepas helm full face nya dan terlihat ukiran wajah cantik dari seorang Naura Aurelia Arunika. Naura merapikan jaket kulit yang ia pakai dengan tas yang masih tersampir di bahu kanannya. Wajahnya yang datar dan tatapan mata yang tajam menghiasi wajah dengan bentuk oval itu.
Naura masuk ke dalam Cafe yang menyambutnya dengan alunan musik Jazz yang lembut. Matanya menelisik setiap pengunjung yang ada di sana guna mencari objek yang membuatnya mengingatkan kaki di cafe ini. Matanya menangkap seorang Laki-laki dengan perempuan di sudut cafe tengah bermesraan.
"berengsek!" umpatnya.
Langkah kakinya membawanya menuju dua insan yang tengah berduaan.
"Bagaimana harinya Ardhan Abraham? Menyenangkan bukan?"
Laki-laki bernama Ardhan Abraham itu tersentak mendengar ucapan Naura yang tiba-tiba berada di depannya yang membuatnya sontak berdiri.
"Nau? Kamu kok bisa disini?" tanyanya.
"Kenapa? Kaget gue tiba-tiba muncul di hadapan lo di saat lo berduaan sama cewek ini?"
"Nau aku bisa jelasin, ini ... " Belum sempat Ardhan menyelesaikan perkataannya lalu di potong oleh Naura.
"Gue rasa semuanya udah jelas! Jadi apa yang mau lo jelasin lagi Ardhan?! kalau lo udah nggak mau lanjutin hubungan ini nggak kayak gini caranya! Let's break up, and thank you for the two years." Naura pergi meninggalkan Ardhan yang masih bergeming di tempatnya memcerna ucapan dari Naura.
"Naura, tunggu Nau," teriaknya namun Naura sudah tak mempedulikannya.
Naura kembali menarik motor sport kesayangannya. Bohong jika dia tidak sakit melihat laki-laki yang ia cintai berduaan sama perempuan lain. Bohong jika dia tidak kecewa orang yang selama ini ia percaya malah mengkhianatinya. Bohong jika hatinya tidak hancur melihat orang yang menjadi tempat berlabuh hatinya malah menduakan cintanya.
Baru saja akan memasang helm, Ardhan datang dengan menahan tangan Naura. Tentu dengan cepat Naura tepis, bukankah semuanya sudah berakhir? Bukankah semuanya sudah selesai? tapi kenapa Ardhan masih menahannya?
"Nau jangan gini dong Nau, kasih aku kesempatan satu kali lagi yah?" pinta Ardhan.
"Ucapan gue di dalam belum jelas yah buat lo? Ar kita udah berakhir, kita udah selesai! Lo pernah bilang kan akhir dari hubungan cuma ada dua, berakhir dengan 'sama-sama' atau berakhir dengan 'masing-masing' dan lo sendiri yang menciptakan akhir masing-masing dari hubungan ini!" ucap Naura yang sedari tadi menahan air matanya untuk tidak turun di hadapan laki-laki yang ada di depannya itu.
"Tapi Nau, aku masih cinta sama kamu, aku masih sayang sama kamu," ucap Ardhan.
"Level tertinggi dari bullshit adalah kalimat lo barusan Ardhan! Pergi dari hadapan gue Ardhan, gue muak lihat muka lo!"
"Sorry Nau, Sorry for everything and sorry for the hurt." Ardhan memutuskan pergi dari hadapan Naura. Ardhan merutuki dirinya sendiri, melihat Naura memalingkan wajahnya bahkan mata yang pernah ia klaim sebagai bagian favorite dari wajah cantik itu pun tak sudi lagi untuk menatapnya.
Naura mendongakkan wajahnya ke atas untuk menghalau air matanya untuk turun tapi tetap saja rasa sesak itu memaksa cairan bening dari mata indah itu turun tanpa di minta. Naura tersenyum miris, selamat hari patah hati Naura.
Tanpa Naura sadari, seorang laki-laki yang tengah menenteng sebuah paperbag berisikan brownis yang baru saja ia beli menyaksikan pertengkarannya dengan Ardhan, laki laki yang sudah berstatus mantannya beberapa menit yang lalu. Laki-laki itu nampak merasa iba dan kasihan melihat Naura yang tengah menangis.
"Bu, Bu," panggilnya pada seorang wanita yang tengah menggadeng putra kecilnya.
"Iya, ada apa yah?" tanya ibu itu
"Ibu lihat wanita yang tengah menangis itu? Tolong berikan sapu tangan ini yah buat hapus air matanya," pintanya pada ibu itu dan ibu itu mengangguk sebagai jawaban.
"Makasih yah sekali lagi bu, maaf merepotkan."
"Sama-sama."
Laki-laki itu kembali menatap Naura kembali hingga memastikan Naura sudah menerima sapu tangan berwarna biru langit itu. Ibu yang tadi membantunya menunjuk ke arahnya bersama dengan pandangan Naura yang beralih kepadanya. Pandangan mereka terkunci beberapa detik hingga sebuah suara membuat laki-laki itu sendiri memilih mengakhirinya.
"Ekhem, sebaik-baiknya laki-laki ialah yang menjaga pandangannya, Naufal."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUFAL UNTUK NAURA
RomansBaru beberapa hari hubungannya berakhir dengan sang mantan kekasih, Naura Aurelia Arunika seorang putri Inspektur Jenderal polisi harus di hadapkan dengan perjodohan dengan Putra dari sahabat orangtuanya. Dia Naufal Langit Antariksa Al-ghifari seora...