10

35.6K 1K 14
                                    

Cahaya matahari pagi menembus tirai tipis yang menggantung di jendela, menyelimuti kamar dengan sinar lembut. Cassie membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan sinar matahari di wajahnya. Ia menghela napas panjang, mencoba mengusir rasa kantuk yang masih membelenggu.

Setelah beberapa saat berbaring dan menikmati ketenangan pagi, Cassie memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Dia melangkah menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air dingin yang menyegarkan. Melihat pantulan dirinya di cermin, dia menyadari betapa lelahnya dia belakangan ini.

Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaian santai, Cassie mendengar suara ketukan dari pintu. Ia segera membuka pintu, terlihat pelayan dengan paperbag di tangannya.

"Nona, ini adalah titipan dari Tuan Leo." Cassie menerima barang yang diberikan oleh pelayan itu. Dia berterima kasih dan tersenyum kecil kepada pelayan itu sebelum masuk kembali ke dalam kamar.

Cassie membuka paperbag itu dengan terburu-buru, begitu penasaran dengan apa yang diberikan pria itu kepadanya. Matanya yang masih mengantuk itu langsung berbinar melihat handphone keluaran terbaru di dalam paperbag itu. Dia segera menyalakan ponsel itu dan langsung terlihat pesan dari Leo.

Leonardo Bianchi

"Ponsel ini aku berikan agar aku bisa menghubungimu, begitupun dengan kau. Tapi kau hanya bisa menghubungiku. Jadi jangan berusaha untuk kabur dengan ponsel ini, karena akan percuma."

Harapannya bak langsung pupus begitu saja, namun ia tak begitu percaya dengan ucapan pria itu. Ia mencoba untuk memasukkan nomor telepon kakaknya yang ia ingat di luar kepala, dilanjutkan untuk menghubungi polisi, dan mengunduh aplikasi media sosial tetapi tak bisa.

Hanya terdapat beberapa aplikasi dalam ponsel itu seperti aplikasi untuk menonton, bermain game, mengirim pesan, dan telepon. Ia tak bisa menambah ataupun mengurangi aplikasi dalam ponsel itu. Mengingat betapa jeniusnya Leo dalam menciptakan robotnya sendiri, Cassie tak terkejut melihat ponsel yang dibuat sedemikian rupa oleh Leo.

Leonardo Bianchi

"Aku bukan orang yang suka membual, Cassie."

Cassie menghela napasnya dengan keras, meratapi nasibnya yang mungkin saja ia akan terjebak selamanya dengan Leo.

"Cassandra! Apakah kau di dalam?" suara yang tak asing itu menyadarkan Cassie dari lamunannya. Ia bangkit dan menuju ke arah pintu untuk membukakannya kepada sang sahabat. Saat pintu terbuka tampilah wajah sahabatnya yang kembali ceria tak seperti ketika terakhir kali mereka bertemu.

Anastasia menariknya, "Ayo sarapan! Kau pasti belum sarapan kan." Ajaknya dengan riang. Cassie mengangguk dan tersenyum senang menatap keceriaan sahabatnya yang telah kembali. Sebelum berjalan Bersama ke ruang makan, Cassie menyempatkan diri untuk masuk kembali ke kamar dan mengambil ponsel pemberian Leo.

Cassie dan Anastasia melangkah menuju ruang makan dengan semangat yang tak terbendung. Ruang makan itu luas, dengan meja panjang berukir indah di tengahnya, dihiasi taplak meja putih bersih yang elegan. Di sepanjang meja, berbagai macam hidangan sudah tersaji, memenuhi ruangan dengan aroma lezat yang menggoda. Pancake yang baru saja diangkat dari wajan, omelet dengan isian keju dan sayuran, croissant yang renyah, serta buah-buahan segar tertata rapi di atas piring-piring porselen yang cantik.

Para pelayan yang berdiri di sudut ruangan menyambut mereka dengan senyum ramah dan kepala yang sedikit tertunduk sebagai tanda hormat. Anastasia segera memilih kursi di tengah meja, menariknya ke belakang sebelum duduk dengan anggun. Cassie mengikuti, mengambil tempat di sebelah sahabatnya. Meski semangatnya tak sepenuhnya kembali, kehadiran Anastasia membuatnya merasa lebih nyaman dan tenang.

Sebelum memulai makannya ponsel yang berada di sakunya bergetar, ia segera mengambil ponsel itu dan melihatnya.

Leonardo Bianchi

"Makanlah dengan baik."

Dia hanya menatap pesan itu sekilas tanpa membalasnya, ia mengabaikannya dan menaruh perhatiannya kepada sang sahabat.

"Cassie, lihat ini," kata Anastasia sambil menunjuk ke arah sebuah mangkuk besar yang berisi yogurt dengan topping granola dan buah beri. "Favoritmu, kan? Aku yang memintanya khusus untukmu."

Cassie tersenyum dan meraih mangkuk itu. "Terima kasih, Ana. "

Mereka mulai menikmati sarapan mereka. Suasana di ruang makan itu tenang namun hangat, dihiasi suara denting sendok dan garpu yang bertemu dengan piring, serta obrolan ringan di antara mereka. Cassie menyendok yogurt ke dalam mulutnya, merasakan kesegaran dan kelezatannya yang seolah memberikan energi baru.

Setelah menyelesaikan sarapan, Anastasia mengajak Cassie untuk berjalan-jalan di taman bunga di belakang rumah. Mereka meninggalkan ruang makan dengan perut kenyang dan hati yang lebih ringan. Para pelayan membersihkan meja dengan cekatan, memastikan semuanya kembali rapi dan siap untuk waktu makan berikutnya.

Cassie melangkah keluar bersama Anastasia, sinar matahari pagi yang hangat menyambut mereka dengan hangat. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga yang sedang mekar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.

Saat sampai di tengah taman, mereka duduk bersama di bangku yang berada di taman itu. Cassie membuka percakapan, "Bagaimana kabarmu, Ana? Apakah kau diperlakukan dengan baik?"

"Aku diperlakuan sangat baik, Cass. Miguel ternyata tak seburuk bayanganku, dia juga sering mengajakku keluar agar aku tak bosan." Celotehnya dengan ceria.

Cassie tersenyum hangat menatap sang sahabat yang begitu ceria. Mereka bertukar cerita di taman itu hingga langit menggelap ditemani oleh aroma manis dari bunga-bunga yang mengisi udara, menciptakan suasana yang menenangkan.

Prigioniera (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang