4

666 78 34
                                    

Aku langsung mengambil tempat disamping Julian dan melihat didepanku

Martin,

dan Malory?!

"What the fuck are you guys doing here!" Teriak Julian kesal.

Julian terlihat sangat marah, dia menjauhkan Martin dari Malory yang sedang bercinta. Malory terlihat haus akan Martin, dan juga kesal karena Martin dijauhkan darinya saat mereka sedang senang menikmati satu sama lain.

"M-martin.." ucapku lemas.

Aku tertunduk lemas, membenci diriku sendiri karena berhasil dimainkan oleh seorang laki-laki yang sekarang sedang berdiri didepanku, menyelesaikan masalah dengan Julian, yang kelihatannya biasa saja tanpa merasa bersalah. Aku menggigit bibir bawahku, menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar.

Tidak, kau tidak boleh menangis, Laur. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri dan dianggap lemah.

"Martin! Look at me now!" Ucap Julian tegas.

Aku bisa melihat kebencian dimata Julian, tangannya yang meraih baju Martin dan mengangkatnya dengan keras, jarak wajahnya dan wajah Martin yang hanya sejengkal, dan wajah Julian yang memerah karena emosinya.

"I've told you for a fucking million times, do not do this shit again, Martijn!"

Again

Jadi Martin sudah sering melakukan hal ini? Dengan Malory?

"Hey Julian, can you just shut up? This is not your business anyway." 

"This is mine too, Martijn," wajah Julian semakin memerah dan matanya semakin memancarkan kebenciannya terhadap Martin "You don't even remember? Yesterday, you held Laur's hand and now? You have just had a fucking sex with Malory? What the hell is wrong with you?" 

"Julian don't do that to my baby." Ucap Malory yang dari tadi hanya duduk dan memainkan rambut blonde-nya dan tetap menggoda Martin seperti tidak melakukan kesalahan sama sekali.

Bitch.

"Shut you fucking mouth up, Slut." 

"Aw, that's hurts me, Julian." ucap Malory seakan-akan ditusuk dengan panah, sebenarnya aku ingin menusuknya dengan panah saat ini.

"Julian, just stop!" Ucap Martin dan melawan Julian.

"Martin! Kenapa kau malah membela dia?!" Teriak Julian sambil menunjuk Malory yang tetap dengan posisinya memainkan rambut.

"Dan kenapa kau membela dia?!" Martin menunjuk kearahku, dan dengan itu, aku tidak bisa menahan air mataku lagi, aku menangis, menangis didepan Martin, Julian dan Malory.

Air mataku tumpah, aku menangis karena perlakuan Martin yang sama sekali tidak ingat dengan apa yang dia lakukan kemarin denganku, aku sadar, aku bodoh, dan aku tidak akan mendekati Martin lagi.

Malory kelihatan puas dengan air mataku, dia menertawakanku dengan sikap sok manis miliknya yang membuatku muak, aku ingin menampar wajahnya dengan kain pel dan melemparnya keluar kaca, namun yang aku lakukan hanya berdiri diam disamping Julian dan menghapus air mata yang keluar dari kedua mataku.

"Look, the bitch is crying." ucap Malory dengan wajah menantangnya.

"You're the real bitch, Malory," Julian berdiri didepan Malory yang tetap diposisinya dan menunjuk tepat wajah Malory "And stop call her a bitch!" 

"Julian, stop!" Bentak Martin.

Kenapa Martin membela Malory? he likes her?

"Laur, stop crying, he is not worth it," ucap Julian padaku dengan senyuman dan ia menyeka air mataku yang menetes "We better go."

Psycho [Martin Garrix fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang