"By the way," ucap Martin memulai pembicaraan "Are you free tomorrow night?"
Aku dan Martin memang sedang duduk di cafeteria untuk makan siang, juga sambil menunggu Julian datang.
"U-uh?" jawabku yang sedang menguyah meatball dalam spaghetti-ku.
"Are you free tomorrow night, Laur?" tanya Martin sekali-lagi dengan accent-nya yang khas.
"I-i am. Why?" tanyaku.
"So, i will take you at 7."
"W-wait," jedaku "Kita mau kemana?"
"Somewhere over the rainbow."
"Hey! Itu lagu!" ucapku sambil tertawa karena suara Martin menyanyikan lirik lagu itu.
"Lihat aja besok." lalu ia tersenyum.
Saat aku sedang meminum iced green tea-ku, Julian datang membawa laptopnya.
"Hey Julian!" panggil Martin.
"Hey Martin. Aku sedang sangat, sangat, sangat sibuk dengan pekerjaan-ku ini." jelas Julian yang langsung mengambil tempat duduk di sebelah ku.
"Itu untuk apa?" tanyaku.
"Tomorrowland." jawabnya.
"Itu ap—"
"Nanya melulu." celetus Martin.
"Kan aku tidak tahu!" teriakku kepada Martin dengan nada sedikit marah.
Martin tertawa.
Jujur, aku merindukan senyum dan tawanya seperti saat pertama kali aku dan dia bertemu. Saat dia menggenggam tanganku, tersenyum padaku, dan tertawa bersamaku, aku merindukan semuanya. Dan aku merasa sangat lega karena aku bisa melihat hal-hal itu darinya sekarang, walaupun aku tidak tahu itu untuk sementara atau selamanya.
"Well, about Tomorrowland," Martin meminum lemonade-nya "Sepertinya aku tidak ada disitu kali ini."
Aku bisa melihat wajah Julian yang menjadi memerah, matanya sedikit melebar, alisnya naik, dan wajahnya lucu. Sangat amat lucu.
"WHAT? YOU GOTTA BE KIDDING ME!" Teriak Julian amat keras sampai satu cafeteria menoleh kearah meja kami.
Aku tertawa pelan melihat tingkah laku Julian yang sangat amat lucu dan aneh.
"You're so funny." Ucapku sambil tertawa.
"No Laur, this isn't funny at all." Balas Julian.
"No, i'm not," jeda Martin "Aku sudah ada jadwal lain di Ultra."
"With who?" Tanya Julian.
"King Tiesto." Jawab Martin
"Who is Tiesto?" Tanyaku sambil menoleh ke Martin.
"My bae," tawanya "Of course not, he's my best friend."
—
Bel sekolah berbunyi.
"Okay guys, don't forget to do your homework." Ucap Ms. Ellen lalu keluar dari kelas.
"Laur." Panggil Martin.
"Yes?" Jawabku.
"Ada acara sehabis pulang?"
"Nope."
"So let's buy some ice cream!" Ajaknya.
"Okay." Jawabku lalu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho [Martin Garrix fanfiction]
FanfictionAku-Laury Floss; tidak seharusnya berada dikehidupan seorang psikopat yang bahkan selalu ingin membunuh orang disekitarku. Ini memang bukan salahku karena masuk kehidupannya, walaupun kadang aku menyesal mengambil bagian di cerita hidupnya, namun ak...