"Okay see you tomorrow, Laur." ucap Martin dan Julian dari dalam mobil Martin lalu ia tancap gas.
Kata mam nanti aku akan dijemput sama Brandon jadi aku disuruh untuk menunggu Brandon di tempat Brandon menurunkanku tadi.
Brandon memang sudah selesai kuliah, dia sekarang sedang mencari kerja namun dia belum mendapatkan pekerjaan yang cocok untuk dirinya. Brandon dari dulu sangat suka menggambar, dia bercita-cita jadi seniman yang lukisannya dikenal seluruh pelosok dunia, dia selalu melukis dirumah dan ia memasarkan lukisannya lewat internet, good enough.
Aku menunggu Brandon yang sembari tadi belum saja datang, dia sudah telat 15 menit, argh Brandon.
"Hey." ucap seseorang yang terlihat cantik, she's blonde.
"Me?" tanyaku.
"Ya kau."
"Ada apa?"
Seketika raut muka perempuan itu berubah 180derajat, dari yang manis baiklah ralat, sok manis, seketika wajahnya berubah menjadi seperti setan marah karena pekerjanya melakukan sebuah kesalahan dan akan diberikan siksaan yang sangat menyiksa kepada pekerjanya itu.
"Kau ada hubungan apa dengan Martin?" tanyanya.
Spontan aku kaget. Siapa dia? Pacarnya Martin?
"Gak ada apa-apa, btw, kau siapa?"
"What? Kau gatau siapa aku? Ketinggalan zaman."
Ketinggalan zaman? dia pikir siapa dia? Angelina Jolie? Kendall Jenner? Gigi Hadid? Bukankan? Wajarlah kalau aku tidak mengenalnya.
"Aku Malory Van De Bourg, kau Laur kan?"
Ingin rasanya aku menjawab pertanyaan bodoh itu dengan jawaban 'bukan' dan rasanya aku ingin menonjok wajahnya dengan kepalan tanganku ini.
"Ya." ucapku singkat seakan tidak mau mengajak ribut tapi sebenarnya mau.
"Aku ingatkan padamu ya, jangan sekali-kalinya kamu mendekati Martin, karena Martin hanya boleh bersamaku, dan tidak boleh seorangpun mengambilnya dariku." dia mengibaskan rambutnya, lalu pergi dengan manis dan elegan, ralat, sok manis dan sok elegan.
Dasar gila, dia bukan siapa-siapanya Martin tapi kenapa sok menguasai Martin seperti itu? Dia pikir dia siapa? Ibunya Martin? Heck big no.
Tiba-tiba ada bunyi klakson mobil yang cukup mengagetkanku, oh, Brandon.
"Aye! Masuk cepat!" Ucap Brandon lalu menutup kaca.
Aku berlari cepat dan duduk ketempat kursi sebelah Brandon.
"So how's your monday?" Tanya Brandon, tumben.
"Kau ingat nama yang tadi kau sebut saat pagi?" ucapku dengan penuh semangat, siap untuk menceritakan tentang Martin padanya.
"Martin Garrix?"
"Yas! Dia berada dikelasku selama satu semester, dia bilang dia dipindahi oleh Mr. Alan, mungkin karena terlalu banyak mengobrol dengan Julian, kau tahu Julian kan?"
"Tentu saja, Julian Jordan."
"Dan Martin duduk persis disebelahku, dan tadi aku makan bersama Martin dan Julian."
"Benarkah?" Brandon seperti tidak percaya dengan apa yang ku ceritakan.
"Ya tentu saja!"tekanku pada Brandon, "tapi.."
"Tapi apa?" Tanyanya.
"Lupakan."
Aku memutuskan untuk tidak cerita soal Malory, lagian sepertinya Brandon tidak peduli juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho [Martin Garrix fanfiction]
أدب الهواةAku-Laury Floss; tidak seharusnya berada dikehidupan seorang psikopat yang bahkan selalu ingin membunuh orang disekitarku. Ini memang bukan salahku karena masuk kehidupannya, walaupun kadang aku menyesal mengambil bagian di cerita hidupnya, namun ak...