“Loh, Naya? Mau main kesini kok gak ngabarin tante dulu?”
Senyuman hangat penuh cinta menyambut kedatangan Naya ketika kakinya memasuki rumah yang selalu ia harapkan kenyamanannya kan ketentramannya dapat ia rasakan di rumahnya sendiri. Sayangnya, segala hal yang ia dambakan itu hanya dapat ia temui di sini. Di tempat yang tak di dalamnya tidak ada dia sebagai penghuninya. Datangnya hanya sebagai tamu, dan perginya sama sekali tak akan ditahan oleh sang penunggu. Naya hanya sebatas singgah untuk sesaat.
“Iya, tante. Naya mau mengembalikan kotak bekal yang tante kasih tadi. Lain kali tidak usah repot-repot tante. Di kantor Naya ada tempat makan siang kok.”
Raut kebingungan tergambar jelas di wajah perempuan berusia sekitar 45 tahunan itu. Keningnya berkerut menyimpan tanya yang harus segera ia dapatkan jawabannya.
“Kotak bekal? Tante saja tidak masak hari ini karena Arka bilang dia tidak pulang. Baru saja tante mau pesan makanan online untuk makan malam.”
Jawaban Tante Rina membuat kerutan kini berpindah pada kening Naya yang turut kebingungan mendengar penuturan dari Tante Rina. Jika bukan dari Tante Rina, lantas siapakah yang menyiapkan bekal untuknya? Arka? Tidak mungkin sekali. Sebab yang Naya tahu, manusia satu itu adalah manusia paling jauh dengan kata bernama “Simpati dan Empati”, khususnya kepada Naya. Jadi, tidak mungkin kan Arka orang nya?
Naya mencoba mengedarkan pandangannya mencari laki-laki yang sedari tadi berjalan di belakangnya, namun saat ini raganya sama sekali tak terlihat oleh mata. Entah kemana perginya Arka, padahal ia ingin meminta jawaban atas rasa penasaran perihal bekal super lezat yang telah ia santap siang tadi.
“Naya… Kok jadi melamun? Ada apa sayang?” Suara wanita paruh baya itu menghentikan lamunannya.
“Ah gak papa kok tante. Oiya tante lagi apa?” Naya mencoba menyingkirkan rasa penasarannya. Ia simpan sementara sebelum nantinya ia pastikan akan ia tanyakan kepada Arka. Kini ia berjalan bersama Tante Rina menuju ruang keluarga yang begitu nyaman.
“Tante lagi iseng bikin cookies. Kamu mau bantu? Eh, tapi pasti kamu capek ya habis kerja. Kamu istirahat aja deh ya. Nanti kalau cookies nya sudah jadi tante panggil kamu dan Arka untuk cobain.”
Tante Rina berlalu begitu saja hendak meninggalkan Naya agar gadis cantik itu bisa beristirahat. Sudah ada kamar khusus yang memang biasanya Naya tempati jika dia singgah di sini. Beberapa kali Naya diminta untuk menemani Tante Rina ketika Arka sedang ada pekerjaan di luar kota. Jadi, Naya tak perlu dipersilahkan lagi kemana ia harus merebahkan tubuhnya. Namun sepertinya, membuat cookies terdengar lebih menarik daripada istirahat.
“Tante, Naya mau ikut bikin cookies aja boleh? Naya penasaran, hehehe.”
“Boleh, asalkan kamu gak capek.”
“Enggak dong tante. Capeknya Naya udah langsung hilang setelah ketemu tante cantik.” Naya bergelayut manja sambil menyamakan langkahnya dengan langkah Tante Rina menuju dapur yang didominasi dengan warna coklat itu.
“Hahaha kamu bisa aja.” Balas Tante Rina yang kemudian diakhiri dengan gelak tawa keduanya yang menggema memenuhi ruangan di lantai satu rumah Arka.
Di atas sana, di sudut ruangan yang dari sana dapat terlihat langsung pemandangan di dapur, terdapat seorang manusia yang tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari dua wanita yang kini sedang asik bercengkerama sambil mengotori tangan dengan bubuk putih sebagai bahan utama membuat cookies. Tipis, begitu tipis, senyuman mengembang di wajahnya. Menyaksikan pemandangan yang entah sejak kapan, selalu ia nantikan untuk dapat menikmatinya. Meski tetap saja, Naya baginya hanyalah gadis menyebalkan nan merepotkan yang mengambil kasih sayang Mama nya. Padahal nyatanya tidak sama sekali. Itu hanya akal-akalan Arka saja untuk dapat tetap membenci Naya.
![](https://img.wattpad.com/cover/373897544-288-k31590.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA?
РазноеSering terjadi di kota-kota besar ketika dua anak manusia yang bersahabat namun ternyata salah satu nya memilih untuk menjadi lebih dari sahabat. Sangat klise, memang. Namun bagaimana jika hal tersebut terjadi atas sebuah perjanjian?