2- Hari Buruk atau Baik?

984 176 29
                                        

Perjalanan menuju gedung bertingkat tempat Naya bekerja di penuhi dengan berbagai macam omelan yang keluar dari mulut Arka, juga sumpah serapah yang sejak tadi telah Naya ucapkan dengan lantang di dalam hati. Ingin sekali Naya mengeluarkan semuanya di hadapan Arka, namun Naya harus menahan diri. Mau bagaimanapun, Arka adalah anak dari Tante Rina, orang yang begitu Naya sayangi melebihi orangtuanya sendiri.

15 menit berlalu di perjalanan yang mengantarkan mereka berhenti di depan kantor Naya. Segera gadis itu melepas sabuk pengamannya dan ingin bergegas keluar dari dalam mobil yang berisi laki-laki paling menyebalkan kedua setelah ayahnya.

Namun geraknya harus terhenti ketika satu tangan kekar menarik bajunya yang sudah tertata rapi.

"Hisss baju gue jadi lecek kan!!!!" Rasa kesal mulai memuncak di kepala Naya dan sudah tidak tahan untuk segera dilepaskan.

Arka tak sedikitpun bergeming untuk menjawab satu persatu omelan yang keluar dari mulut Naya. Dia hanya membalikkan tubuhnya sambil berusaha mengambil sesuatu yang tergeletak di bangku mobil bagian belakang, kemudian menyerahkannya kepada Naya.

"Dari Mama. Awas aja kalo gak lo makan. Jam pulang kerja lo jam 4 kan? Keterlambatan hanya 10 menit kalau lebih dari itu artinya lo pulang sendiri."

Naya masih terpaku memandangi kotak bekal lengkap dengan satu botol tumbler berisi air putih yang sudah disiapkan oleh Tante Rina. Yang sebenarnya tidak diketahui oleh Naya adalah, Tante Rina tidak mempersiapkan bekal itu. Sudah tahu kan siapa pelakunya?

Betul Sekali! Secara diam-diam Arka mempersiapkan semuanya bahkan tanpa sepengetahuan Mama nya. Dia dengan segenap usahanya memberikan tempat makan beserta tumbler baru agar dapat ia berikan kepada Naya. Sedangkan Naya, tentu akan begitu mudah mempercayai bahwa bekal yang diberikan oleh Arka memang benar-benar dari Tante Rina.

"Lo denger gue ngomong gak si?" Arka mulai kesal sebab Naya hanya sibuk dengan senyuman manisnya seraya menatap kotak bekal itu.

"Iya, gue denger. Btw sampein ke Tante Rina, makasih banget udah sepeduli itu sama gue. Bahkan nyokap kandung gue aja gak peduli gue udah makan atau belum setiap harinya." Wajah yang semula berhias senyuman, seketika berubah menjadi muram. Mengingat kedua orangtuanya yang sangat tidak peduli tentangnya, membuat Naya kembali merasakan kesedihan di dalam hatinya. Entah sejak kapan ia terakhir kali merasakan kasih sayang dari mereka, terutama perempuan yang telah melahirkannya itu. Naya benar-benar tidak lagi bisa mengingatnya.

"Iya, ntar gue bilangin. Udah sana turun! Betah banget lo kayaknya di mobil berdua sama gue?" Suara Arka kembali mampu mengubah suasana hati Naya yang semula sedih, kini menjadi kesal kembali.

Naya tak berniat membalas ucapan Arka. Ia hanya memutar bola matanya malas sambil bersiap membuka pintu mobil. Lagi, setelah tadi kain bajuna ditarik oleh Arka, kini tangannya lah yang menjadi korban selanjutnya. Arka seperti enggan membiarkan Naya pergi dari dalam mobilnya.

"Kayaknya elo deh yang betah banget berduaan sama gue?" Ucap Naya begitu kesal, namun tak kunjung membuat Arka melepaskan genggamannya.

"Jangan genit lo kalau kerja!" Jangan jadi cewek murahan!"

Plakkk....

Sebuah tamparan mendarat di pipi sisi kiri Arka. Perkataannya kepada Naya ternyata mampu membuat gadis itu merasa kesal sekaligus marah dalam waktu yang bersamaan. Rasanya kalimat yang keluar dari mulut Arka merupakan sebuah hinaan bahwa dirinya adalah perempuan tak punya harga diri yang akan menggunakan kecantikannya demi mendapatkan apapun yang ia mau.

KITA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang