Perjalanan panjang harus dilalui oleh Arka dan Naya menuju suatu tempat yang Naya sendiri juga tidak tahu akan kemana ia dibawa pergi oleh Arka. Anehnya, tak ada kekhawatiran sama sekali di benak Naya. Bahkan, saat ini ia sudah tertidur pulas setelah melakukan perdebatan seperti biasa dengan Arka, dan juga menghabiskan beberapa bungkus jajanan yang tadi sudah Arka siapkan. Dalam tidurnya, gadis itu terlihat begitu tenang seperti tak ada beban. Padahal, Arka tahu betul banyak sekali hal yang harus gadis itu selesaikan. Mengenai hidupnya, dan juga hidup keluarganya.
Dalam lelap tidur lelap gadis yang duduk di sampingnya, ada harapan besar yang selalu Arka sematkan. Semoga gadis itu, selalu dikuatkan pundaknya agar tetap mampu untuk terus menjalankan kehidupannya yang jauh dari kata baik-baik saja. Arka juga selalu berharap, agar dirinya sendiri juga dikuatkan. Dikuatkan untuk membersamai gadis itu. Dikuatkan untuk dapat serta merta menguatkan Naya. Menguatkannya agar berdua dapat hidup untuk lebih lama.
Jalanan terlihat tak begitu ramai di akhir pekan ini. Hanya butuh waktu sekitar 1 jam hingga kini Arka telah menghentikan mobilnya pada sebuah bangunan yang cukup besar, dengan pepohonan hijau yang mengintarinya. Arka melihat kearah Naya yang masing lelap dalam tidurnya itu. Tak tega rasanya jika harus mengganggu ketenangan gadis itu.
20 menit berlalu setelah kehadirannya, Arka masih tetap diam di dalam mobil sambil menunggu Naya yang tak kunjung bangun. Sengaja tak ia bangunkan agar Naya dapat menikmati bunga tidurnya lebih lama. Sementara menunggu gadis itu bangun, Arka sudah sibuk dengan handphone nya menghubungi beberapa orang untuk menyiapkan villa yang saat ini sudah ada di hadapannya.
Yap, Arka membawa Naya ke villa milik keluarganya. Villa yang sering Arka kunjungi sendirian ketika ia membutuhkan ketenangan. Pemandangan hijau yang terhampar, serta hawa sejuk yang tercipta mampu memberikan ketenangan pada Arka dari gemerlap kehidupan dunia yang fana. Dan seperti itu juga harapannya ketika ia memutuskan membawa Naya kemari. Ia harap, ketenangan yang Arka dapatkan di tempat ini, juga dapat Naya rasakan.
"Ya mbak? Sudah siap kamarnya?"
"Kamar apa? Lo bawa gue kemana? Anjiirrrr villa? LO NGAPAIN BAWA GUE KE VILLA ARKA?"
Rupanya, ketika Arka menanyakan kepada salah satu pegawai yang menyiapkan villanya, Naya terbangun dan mendengar ucapan Arka yang sedang berbicara melalui telepon itu. Arka sendiri cukup kaget ketika mendengar suara Naya yang menjawab perkataannya.
"Apa si lo bangun-bangun langsung marah-marah." Arka menjawab kepanikan Naya dengan begitu santai.
"JAWAB GAK? LO MAU NGAPAIN BAWA GUE KE VILLA." Naya semakin panik dengan jawaban santai Arka. Pikirannya sudah melayang kemana-mana.
"Gak usah teriak-teriak deh. Berisik!" Arka hanya melirik sekilas ke arah Naya seraya memasukkan handphone nya kedalam saku jaketnya.
"GAK USAH MACEM-MACEM YA ARKA!" Naya semakin panik ketika melihat Arka melepas sabuk pengamannya, dan mendekatkan dirinya ke arah Naya.
"Nih pake!" Arka melemparkan sebuah jaket yang ia ambil dari bangku belakang mobilnya, kemudian ia melihat Naya dari ujung kaki hingga ke ujung kepala, membuat Naya seketika menutupi tubuhnya dengan kedua tangan mungilnya.
"Lagian, gue gak selera sama lo! Gak seksiiih!" Kata Arka dengan sedikit meledek, kemudian keluar dari mobil.
"Arka syalan!!!" Tariak Naya dan hanya mendapatkan gelak tawa dari Arka. Seketika, kekhawatiran Naya hilang seketika.
.....
Arka melangkahkan kakinya dengan santai, memasuki bangunan satu lantai yang cukup besar dengan interior sederhana namun terkesan mewah. Semburat senyuman terpancar ketika matanya bisa kembali menikmati pemandangan indah yang ada di halaman belakang villa itu. Pemandangan yang ia harap tidak akan berubah. Sebab seringkali, alam-alam cantik itu dimusnahkan oleh manusia-manusia serakah yang hanya memikirkan keuntungan.
![](https://img.wattpad.com/cover/373897544-288-k31590.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA?
РазноеSering terjadi di kota-kota besar ketika dua anak manusia yang bersahabat namun ternyata salah satu nya memilih untuk menjadi lebih dari sahabat. Sangat klise, memang. Namun bagaimana jika hal tersebut terjadi atas sebuah perjanjian?