7 - Tiba-tiba

821 157 30
                                    

Masih tak dapat dimengerti oleh Naya apa arti dari ucapan Arka sesaat sebelum mereka memasuki rumah. Masih hadir berbagai tanya dalam benak Naya tentang apa dan siapa yang menjadi maksud dari Arka. Beberapa kali Naya mencoba mempertanyakannya secara langsung, namun Arka selalu punya alasan untuk menghindar. 

Hujan lebat yang tak kunjung reda membuat mereka bertiga harus membatalkan acara makan malam di luar, yang sudah direncanakan oleh Arka secara dadakan. Namun hal itu tak menghalangi kehangatan yang tercipta diantara ketiganya, Arka, Naya, dan juga Rina. Mereka dengan sigap membuat hidangan makan malam secara bersama-sama hingga kini sudah tersaji beberapa hidangan di atas meja makan. 

“Arka, Naya, tolong bantu Mama ambilkan mangkuk dan sup nya di dapur, sayang. Mama susah bawanya.” 

“Iya, Ma.” Jawab Arka dan Naya bersamaan, yang justru membuat Arka menghentikan langkah kakinya, dan juga langkah kaki Naya.

“Tunggu, kok Lo ikut-ikutan manggil Mama si?” Tanya Arka dengan sedikit nada tidak terima. 

“Ya kenapa si? Gak boleh?” Jawab Naya santai. 

“Gak! Itu Mama gue bukan Mama lo!” Arka masih dengan perasaan tidak terimanya. 

“Ya gue tau kalo Mama itu Mama lo. Kenapa si? Ribet amat!” 

“Gak boleh! Pokoknya lo gak boleh panggil Mama. Nanti aja manggilnya.”

“Maksudnya?” Jika tadi Naya dan Arka yang kompak meng-iya-kan perintah Rina secara bersamaan, kini giliran Rina dan Naya yang secara kompak menanyakan maksud dari perkataan Arka. 

Sementara Arka, seperti sedang mengutuki ucapannya sendiri. Kini ia harus secepat kilat memutar otak agar dapat memberikan jawaban yang pas. 

“Emm.. Maksudnya, nanti aja kalo aku udah ikhlas, Ma. Nah tuh. Aku gak rela ya berbagi Mama sama Naya.” Jawaban Arka berhasil membuat dua wanita yang di hadapannya melongo. 

Bagaimana tidak? laki-laki yang usianya sudah lebih dari seperempat abad itu mengatakan hal-hal seakan ia masih berusia tiga tahun. Sangat tidak masuk akal bukan? 

“Ya pokoknya itu, Lo jangan panggil Mama gue Mama. Tante aja kayak biasanya!” 

Perkataan Arka sama sekali tidak membuat Naya merasa kesal. Justru ide jahil kini muncul di benaknya. 

“Mama mama, mamaku sayang” Naya berlari menuju Rina, dan memeluknya dengan erat seraya sesekali menjulurkan lidah nya untuk mengejek Arka. 

Arka yang merasa kesal tak mau kalah. Ia ikut memeluk Mamanya dan berusaha menyingkirkan tangan Naya yang kini sudah erat memeluk Rina. 

“Awas tangan lo! Ini mama gue!” Ucap Arka. 

“Gak mau! Ini Mama Rina gue!” Naya tak mau kalah.

Sementara Rina yang menjadi rebutan hanya bisa pasrah sambil sesekali menertawakan tingkah lucu dari dua manusia yang sudah beranjak dewasa, namun seringkali masih bersifat kekanakan. Rina sama sekali tak keberatan soal itu. Sebab saat-saat ini lah yang justru membuatnya merasa hidup. 

“Kalian gak capek apa berantem mulu?” Akhirnya Rina turut bersuara. 

Aktivitas saling memperebutkan berhenti. Kini mata Arka menatap tajam ke arah Naya yang sedang berusaha menormalkan perasaannya dari rasa lelah. Sementara Arka, secara tiba-tiba menjalankan tubuhnya untuk mendekat ke arah Naya. 

“Eh-eh, mau apa lo deket-deket gue?” Naya mencoba mundur untuk menghindari Arka yang terus mendekat, namun usahanya sia-sia. 

Dengan cepat, tangan Arka sudah menggenggam tangan Naya dan sedikit menariknya untuk mengikuti langkah Arka. 

KITA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang