Sabianne kembali di rebahkan di atas kasur empuk milik Julio, kini si manis sedang diperiksa oleh dokter yang sudah menjadi dokter pribadi keluarga Avellino sejak lama. Namanya Dokter Ana, perempuan cantik berusia di pertengahan tiga puluh, memiliki suami yang juga mengabdikan dirinya pada keluarga Avellino.
"Suhu tubuhnya normal, tidak ada yang aneh menurut ku, so far. Dia hanya shock, oh! Dan dia terlewat kurus, berat badannya lumayan jauh dari kata ideal. Selain itu nothing to worry about" Sang dokter kembali memasukkan peralatannya ke dalam sebuah tas.
"Baiklah, terimakasih banyak Ana" ucap Julio lirih, sedih dengan keadaan tubuh Sabianne.
"Who is he, Sir? Kalau aku boleh tanya.."
"Dia.. seseorang yang sudah lama ingin saya lindungi, i want to protect this boy dengan semua yang saya punya. Saya mau melindungi dia dari segala hal buruk di luar sana" balas Julio kepada Ana, sembari mengelus surai halus milik Sabianne.
Hati Julio sakit jika mengingat kejadian di masa lampau, tak ada niatan untuk melanjutkan bercerita, Julio menghentikan perbincangannya dengan Ana. "Maaf, sepertinya saya-".
"Yeah, no i get it. Maaf kalau aku kesannya lancang, well itu saja yang harus dikhawatirkan dari anak ini. Take care, Sir" Dokter cantik itu lantas pergi meninggalkan Julio dan Sabianne.
Yang lebih tua lalu memindahkan posisinya, ia bawa tubuhnya bersebelahan dengan si manis. Ia bawa tubuh mungil Sabianne ke dalam dekapannya, ia peluk erat, memberikan kehangatan dan rasa sayang kepada Sabianne.
__________________________________________________
"Sudah.. Abi mohon.. sakit.. tolong.. berhenti Ayah.." Sabianne kecil menangis histeris, merasakan sakitnya pukulan gagang sapu yang pelakunya tak lain dan tak bukan adalah ayahnya."Dasar gak berguna! Susah-susah disekolah-in malah main terus! Buang-buang duit ayah aja, gak becus!"
Pukulan itu terus melayang ke arahnya, posisi mereka tepat di ruang tamu yang dimana pintu rumah juga terbuka. Para tetangga tidak berani ikut campur dalam urusan mereka, hanya sebatas prihatin dan kasihan dengan anak kecil itu.
Sabianne sudah lemas, tak berdaya, ia hampir pingsan. Hingga dirinya mendengar seseorang meneriakkan namanya.
"ABI!"
"ABII!"
"SABIANNE!"
Sabianne tersadar, ia melihat ruang kamar yang gelap, hanya mempunyai penerangan satu lampu tidur. Tepat di atasnya ada Julio yang memberikan ekspresi panik dan khawatir. Keringat membasahi wajah dan kening Sabianne, ia masih mengerjapkan matanya.
"K-kamu.."
"Kamu kenapa Sabianne, masih sakit? Mau saya panggilkan dokter lagi?" Sabianne yang di lontarkan pertanyaan oleh Julio, malah kembali menangis. Ia meronta, mencoba kembali menarik dan memukul kepalanya sendiri. Sebelum kemudian di hentikan oleh Julio.
"Stop. Sabianne, tidak boleh. Nanti kamu sakit. Sabianne, hey stop" Si manis masih memberontak, menangis histeris sembari menyalahkan dirinya sendiri, mengucapkan hal-hal buruk pada dirinya sendiri.
"Kamu mau bunuh aku kan? Bunuh aku sekarang! Ayah bilang aku tidak layak hidup di dunia ini, sebaiknya aku mati!"
Hati Julio teriris mendengar ucapan tak wajar Sabianne, si manis benar-benar mengalami perlakuan buruk dari sang ayah, hingga membuat mentalnya kacau seperti ini. Julio menahan emosinya, melihat kondisi Sabianne yang jauh dari kata baik-baik saja.
Ia mencoba untuk menenangkan yang lebih muda, tangan besarnya menangkup pipi si manis. Julio usap air mata yang masih mengalir, ia kecup pucuk hidung Sabianne. "Sstt jangan menangis. Ada saya, Sabianne. Ada saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ Let Me Love You ] - [ JaeYong ] 🔞
Fanfic[ BXB ] [ M-PREG ] [ BOYPUSSY ] [ HARSH WORDS ] Sabianne, pemuda sembilan belas tahun yang baru saja lulus dari bangku SMA, harus menerima kenyataan bahwa dirinya telah "dijual" oleh sang Ayah, demi melunasi segala hutangnya di masa lampau kepada b...