Tiga hari telah berlalu semenjak Julio dan Johan pergi untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Sabianne dan Lian menghabiskan banyak waktu bersama, mereka sudah merasa cocok satu sama lain. Lian sering kali menggoda Sabianne mengenai "Sir Julio-nya", hal itu sering kali membuat Sabianne salah tingkah.
Sebenarnya ia juga tidak tahu mengapa selalu salah tingkah ketika di goda oleh Lian, Sabianne belum sepenuhnya percaya dengan Julio. Namun, segala afeksi yang diberikan membuatnya nyaman dan aman.
Kembali ke Sabianne dan Lian, kini kedua lelaki manis itu sedang menonton sebuah film horror, di sebuah ruangan yang memang kegunaannya untuk menonton film bersama. Tubuh mereka berada di balutan selimut, popcorn sudah pada pangkuan mereka masing-masing. "Ih bentar lagi ini pasti jumpscare-", belum sempat menutup mulutnya, film horror itu benar-benar menampilkan jumpscare yang membuat keduanya terkejut.
Popcorn mereka terlempar, berceceran di atas sofa empuk dan di atas karpet. "Tuhh kan.. aku bilang apa. Sabianne udah ya nonton ini, takut banget asli", Sabianne terkekeh melihat Lian yang begitu ketakutan. Dan akhirnya, mereka berdua menghentikan kegiatan menonton film horror tersebut.
"Duh gak lagi-lagi deh aku, kalau ada Jo mah.. aman, kalau sama kamu jadinya sama-sama takut", Sabianne kembali terkekeh, kemudian mengangguk setuju.
"Kalau aku boleh tanya.."
Lian mengangkat satu alisnya, menunggu Sabianne menyelesaikan perkataannya.
"Kamu bagaimana bisa jadi tunangan Johan?"
"Emm... sebenernya biasa aja sih, nggak serumit kamu sama Sir Julio. Dulu tuh aku kerja di sebuah Bar, yang emang banyak orang-orang seperti Johan, seperti Sir Julio-mu, yang mengunjungi bar itu-", Sabianne memukul paha Lian pelan ketika mendengar ucapannya.
"-nah terus, aku waktu itu jadi pelayan, nganterin pesanan customer, dan kebetulan customer itu adalah Johan. Dia minta aku nemenin dia di VIP Room. And then, suddenly we kissed, lupa juga sih dulu bagaimana. Dan sejak saat itu dia sering mampir, buat nemuin aku, eh tau-tau di ngajak ke rumahnya, dan ngelamar", Sabianne mendengarkan cerita Lian dengan penuh perhatian. Berpikir bagaimana lucunya kisah cinta Lian dan Johan.
"Em.. aku boleh tanya satu lagi?"
Lian menganggukkan kepalanya.
"Kamu kalau lagi di dekat Johan, deg-degan nggak?", tanyanya memberikan tatapan polos kepada Lian.
Lantas tunangan Johan memekik gemas, "Ish kamu ya.. iya sih, aku kadang masih deg-degan gitu. Why? kamu juga ya kalau di dekat Sir Julio?", lagi-lagi Lian menggoda yang lebih muda.
Sisa malam dilanjutkan dengan mereka yang saling berbagi cerita, tentang kehidupan sedih Sabianne yang membuat Lian menangis dengan keras, lalu bercerita tentang orang-orang yang pernah mereka suka, dan lain sebagainya.
Kini, Sabianne dan Lian berada di dalam kamar tidur. Lian sudah mendengkur halus, meninggalkan Sabianne menuju alam mimpi. Sedangkan Sabianne masih belum bisa tidur, ia membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, tidak dapat menemukan kenyamanan di atas kasur.
Kemudian, dirinya mengambil handphone miliknya-yang sudah dibelikan oleh Lian-di atas nakas. Ia mengetuk sebuah nomor, lalu mengirim sebuah pesan.
Sabianne tersenyum manis menatap layar handphone-nya, memandangi foto profil Julio yang menurutnya sangatlah tampan. Jantungnya berdebar kencang ketika membaca bahwa Julio sedang merindukannya, terlebih ketika emoji hati berwarna merah ditujukan untuknya.
Ia lalu meletakkan kembali handphone miliknya, ia kembali merebahkan tubuhnya, memejamkan kedua netranya, menyusul Lian menuju dunia mimpi.
__________________________________________________
Cerah pagi mengunjungi ruang kamar tidur yang di singgahi oleh Sabianne dan Lian. Kedua mata Sabianne perlahan terbuka, mendapati sesosok lelaki yang memilki surai berwarna coklat, yang sedang memandangi wajahnya. Lelaki manis itu menunjukkan senyuman manisnya."Wah.. abang dapet cowok cantik gini dari mana ya", ujar lelaki tersebut. Lantas Sabianne langsung duduk dari tidurnya, hendak membangunkan Lian, namun tangannya tidak menemukan presensi Lian, kasur sebelahnya kosong.
"K-kamu siapa?..", tanya Sabianne kepada lelaki manis yang semakin mendekat ke arahnya. Lelaki yang masih tidak menyebutkan namanya itu lalu duduk di samping Sabianne.
"Pasti abang aku mesum ke kamu ya? Jangan mau sama abang aku, dia tuh ngeselin banget", Sabianne masih tidak mengerti apa yang diucapkan oleh lelaki disebelahnya.
Lalu lelaki itu mengulurkan tangannya, menarik telapak tangan Sabianne, seolah menerima jabatan tangan-"Aku Vido, adik abang Julio dan kakak Rosé".
Sabianne mengedipkan matanya, masih tidak merespon perkataan Vido. Ia memandangi wajah tampan sekaligus manis itu, yang mengingatkannya kepada seseorang, yaitu Julio. Mendengar nama "Vido", ia mengetahui bahwa ini adalah adik Julio.
Lantas Sabianne ber-oh-ria dan menganggukkan kepalanya. Ia lontarkan senyuman manis kepada Vido, "Kak, kamu terlalu cantik dan manis buat abang aku. Kabur aja ya?", ujar Vido tiba-tiba.
"Apaan si kamu Do..", Lian tiba-tiba datang entah darimana, sembari membawa segelas susu hangat. Ia meletakkan gelas susu itu di nakas meja, "Kamu udah tau kan? Ini adik Sir Julio-mu, baru saja datang dari trip kuliahnya"
Setelah mengenal satu sama lain, Sabianne, Lian dan juga Vido anehnya seperti sudah mengenal sejak lama. Ketiganya bermain bersama, pergi ke Mall, membeli banyak skincare dan barang-barang branded lainnya.
Sabianne sungguh senang dengan kehidupannya sekarang, walaupun awalnya ia takut dan menolak, namun tidak berbohong ia juga menginginkan kehidupan seperti ini. Memiliki banyak teman, memiliki seseorang yang bisa melindunginya, dan memberikannya kasih sayang.
TO BE CONTINUE.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ Let Me Love You ] - [ JaeYong ] 🔞
Fanfic[ BXB ] [ M-PREG ] [ BOYPUSSY ] [ HARSH WORDS ] Sabianne, pemuda sembilan belas tahun yang baru saja lulus dari bangku SMA, harus menerima kenyataan bahwa dirinya telah "dijual" oleh sang Ayah, demi melunasi segala hutangnya di masa lampau kepada b...