Malam itu, suasana di ruang makan mansion terasa canggung. Semua anggota keluarga hadir, termasuk Joong Ki, Yeon Ben, Irene, Jennie, Rosé, Wendy, dan Jisoo. Namun, ada yang terasa kosong di meja makan—tempat duduk Lisa tetap tak berpenghuni setelah seminggu Yeri pulang ke mansion.
Yeri, yang duduk di samping Yeon Ben, tampak gelisah. Trauma yang masih menghantuinya membuatnya ragu untuk berbicara, tetapi rasa penasaran yang semakin kuat membuatnya berani membuka suara.
"Eomma...," Yeri memulai dengan suara pelan namun terdengar oleh semua orang di ruangan itu.
Tatapannya beralih ke arah ayahnya. "Kenapa... Lisa unnie nggak pernah terlihat lagi saat aku pulang ke rumah"tanya Yeri sedikit ragu
Pertanyaan itu membuat semua orang di meja makan terdiam sejenak. Tatapan mereka saling bertemu, masing-masing merasakan ketegangan yang mendadak menyelimuti ruangan. Joong Ki, yang sedang memotong daging di piringnya, menghentikan gerakannya dan menatap Yeri dengan tatapan berat.
"Lisa... sudah pergi ke LA untuk melanjutkan pendidikannya, Yeri," jawab Joong Ki akhirnya, suaranya tegas namun ada sedikit keraguan yang tersirat.
Yeri menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa takut dan trauma yang perlahan muncul kembali. "Tapi... kenapa? Kenapa dia harus pergi, appa? Kenapa nggak ada yang bilang apa-apa padaku?"
Yeon Ben mencoba meraih tangan Yeri untuk menenangkannya, namun Yeri dengan halus menarik tangannya, tatapannya tak lepas dari ayahnya.
"Karena kami takut kamu tak nyaman jika Lisa berada di dekat mu, sayang"jawab Joong Ki membuat Yeri menatapnya bingung
Kepala Yeri mendadak menjadi pusing"Maksud appa..."
"Apa Lisa unnie pergi karena insiden waktu itu? Karena... karena kalian semua pikir dia yang menyakitiku? Kalian menyuruhnya untuk pergi?" lanjut Yeri dengan suara yang kini terdengar lebih tegas, ia sangat berharap bahwa tebakan nya itu Tidak benar
Joong Ki menghela napas berat, tatapannya menajam ke piringnya. "Yeri, ini keputusan yang diambil demi kebaikan semua orang, termasuk dirimu. Lisa butuh waktu untuk merenungkan perbuatannya, dan—"
"Tidak!" potong Yeri tiba-tiba, membuat semua orang di meja terkejut. Suaranya mulai bergetar, tetapi ia tetap melanjutkan, "Lisa unnie nggak bersalah, appa! Dia nggak melakukan apa-apa! Aku... aku tahu Lisa unnie nggak pernah menyakitiku. Dia hanya mencoba membantu!"
Semua orang di meja makan mulai saling memandang dengan bingung dan cemas. Irene, yang duduk di sebelah Jennie, menggenggam erat tangannya, sementara Rosé menatap Yeri dengan mata melebar.
"Yeri," Irene mulai berbicara dengan nada hati-hati. "Kamu masih dalam masa pemulihan. Mungkin ingatanmu masih kabur—"
"Tidak, unnie," potong Yeri lagi, kali ini lebih tenang namun tegas. "Aku ingat semuanya. Lisa unnie datang untuk menolongku. Dia nggak pernah menyakitiku. Kalian semua salah paham!"
Jennie mengerutkan keningnya, merasa kesal dengan situasi yang semakin tak terkendali. "Yeri, kita tahu mungkin kamu tak enak dengan Lisa, tapi apa yang terjadi—"
"Tidak! Kalian salah!" teriak Yeri dengan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Aku tahu dia nggak bersalah! Kenapa kalian semua nggak percaya padanya? Kenapa kalian tega mengirimnya pergi begitu saja?"
Joong Ki meremas sendok di tangannya, berusaha menahan emosi yang bergejolak dalam dirinya. Ia tak menyangka Yeri akan bereaksi sekeras ini, apalagi dengan ingatan yang tiba-tiba kembali dan bertentangan dengan keputusan yang telah diambil. Suasana di meja makan menjadi semakin tegang, seakan semua orang menunggu apa yang akan ia katakan selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BV|Step Family
General Fictionego dan gengsi yang menguasai membuat kita menjadi asing