Prilly bernafas lega akhirnya kini dia bersama Ali telah tiba di Jakarta tepatnya si bandara Soekarno Hatta.
Badannya terasa remuk selama dua hari di Bali membuatnya tidak banyak beristirahat."Prilly kamu ada yang jemput?" tanya Ali saat mereka telah melakukan chek out.
"Hemm engga pak."
"Yaudah bareng saya saja, diantar supir."
"Eng..Gausah pak, saya naik taksi aja,"
tolak Prilly merasa tidak enak, kalau Ali mengatarnya duluan nantinya Ali akan muter muter, karena belum tentu rumah mereka satu arah."Tidak ada penolakan!"
Kalau Ali sudah berkata seperti itu dengan nada dingin sedingin kutub utara Prilly tidak bisa berbuat apa apa, kecuali mengikuti perintah Ali.
Ali dan Prilly pun berjalan menuju tempat penjemputan, tidak berjalan bersebelahan melainakan Prilly berada di belakang Ali sudah seperti bodyguard.
"Pak anter Prilly dulu ya nanti," kata Ali pada supir nya.
"Iya den siap."
Prilly memilih tidur sebentar sebelumnya ia telah memberi tahu alamat rumahnya pada Ali, rasa ngantuk sudah tidak bisa di tahan lagi jadi Prilly lebih memilih untuk tidur sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Tidak peduli dengan Ali intinya ia sangat lelah, Ali hanya menggelengkan kepalanya memaklumi keadaan Prilly terlihat sekali di wajah Prilly bahwa Prilly benar benar lelah.
Keadaan ibu kota yang masih terlihat macet, kendaraan berbaris menunggu giliran untuk berjalan dan pastinya akan memperlambat waktu untuk segera tiba di rumah Prilly.
Setelah melewati kemacetan akhirnya kini telah tiba di alamat yang tadi Prilly beritahu. Rumah mewah pagar putih menjulang tinggi membuat Ali berfikir bahwa Prilly ada seorang kaya raya terlihat dari bangunan rumah Prilly yang tidak jauh beda dari rumahnya. Kalau memang Prilly orang kaya untuk apa Prilly bekerja di kantornya di lihat dari rumahnya saja pasti keluarga Prilly memiliki perusahaan fikir Ali. Dan Ali tidak ingin memikirkan tentang itu tidak ada urusannya sama sekali dengan dirinya. Yang ia fikirkan saat ini adalah bagaimana membangunkan Prilly yang pulas tertidur sudah berusaha semampu Ali namun tidak ada respon dari Prilly hanya menggerakan kepalanya saja kekanan dan kekiri pertanda bahwa tidak ingin diganggu.
"Prill,, astaga bangun harus pakai cara apa lagi saya!" kata Ali frustasi sambil terus berusaha membangunkan Prilly.
"Mengapa tidak di gendong saja den ke dalam?" usul pak Min supir Ali.
"Ah tidak pak menyusahkan saja."
"Prilly yampunnn bangun!!!" kesabaran Ali sudah benar benar habis akhirnya ia dengan tidak sabaran mencubit pipi Prilly keras.
"Aduhh." jerit Prilly terbangun dari tidurnya.
"Kamu tidur atau mati si !! Bangun aja susah!" oceh Ali.
"Yaa maaf pak saya ngantuk... Hoaammmm." Prilly menguap dihadapan Ali tanpa menutup mulutnya dengan tangan. Membuat Ali menatapnya ilfil.
"Punya sopan santun ga si kamu!!"
"Yaelah pak jangan ngomel ngomel mulu apa cepet tua ihh nanti."
"Bukan urusan kamu!! Lebih baik cepat masuk kerumah kamu,, saya juga lelah butuh istirahat."
"Kalau ga ikhlas buat anter saya pulang gausah pak!! Makasih!" Prilly terpancing emosi lalu keluar begitu saja dari mobil Ali dan membanting pintu mobil dengan keras membuat Ali dan pak Min terkaget.
Mobil Ali pun menghilang dari depan rumah Prilly, dan Prilly juga sudah memasuki rumahnya.
"Assalamualaikum Mah,Pah." salam Prilly saat melihat kedua orang tua nya sedang duduk santai di soffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Ceo (REVISI)
FanfictionAliando Wiliam Syarief adalah seorang ceo muda di perusahaan milik-nya yaitu Garuda group perusahaan terbesar di Asia. dia juga terkenal dengan ketampananya banyak wanita yg menyukainya tetapi tidak ada yang berani untuk mendekatinya karena sifat Al...