friendzone 05

163 20 0
                                    

Sejak dimana Renjun memintanya untuk berangkat bersama Jehan, sejak saat itulah Jaemin mulai menyadari perihal betapa dalamnya rasa cinta yang ia miliki untuk Renjun.

Setiap melihat Renjun bermesraan dengan Jehan, hati Jaemin seakan tersayat. Ada getaran di dalam dirinya yang bergejolak seakan tidak terima akan semua itu.

Terhitung sudah satu minggu Jaemin merasakan hal demikian, dan Jaemin rasanya ingin menyerah. Sudah tidak sanggup melihat semua itu. Meski dirinya berusaha ikhlas, nyatanya memang ia tidak bisa ikhlas.

Jalan terbaik telah dipikirkan matang-matang hingga tibalah di hari ini, Jaemin akan mengambil jalan terbaik bagi dirinya.. Juga Renjun.

"Semoga dengan ini, Gue bisa lupain Lo, Ren. Juga ikhlasin Lo bersama Jehan." gumam Jaemin sembari mengemas barang yang ada di atas meja kerjanya untuk dimasukkan ke dalam tas.

"Jaemin?" Seseorang datang ke dalam ruangan. Dan berjalan cepat mendekati Jaemin yang hendak melenggang pergi.

"Jaemin, Lo mau kemana?" tanyanya begitu menyadari apa yang dilakukan Jaemin.

Jaemin hanya menoleh sekilas, hendak mengacuhkan orang itu, namun baru saja kakinya berjalan satu langkah, sebelah tangannya langsung dicekal.

"Jaemin, Lo mau resign?" tebakan darinya langsung diiyakan oleh Jaemin.

"Jaemin? Apa alasannya? Apa Lo gak nyaman kerja bareng kita."

"Jangan berpikiran buruk, alasan Gue pergi dari sini karena masalah pribadi Gue." Sebelum dia kembali berucap, Jaemin lebih dulu pergi dari ruangan.

.
.
.
.
.
🖤🖤🖤
.
.
.
.
.

"Maaf ya, Ren. Aku gak bisa temani kamu makan siang kali ini." ucap Jehan sambil mengelus pucuk kepala Renjun.

"Gakpapa, Je. Renjun bisa makan siang bareng Jaemin kok. Kamu semangat ya kerjanya." Renjun melemparkan senyuman manisnya ke Jehan, membuat Jehan yang tadinya terlihat lesu sontak berubah menjadi semangat. Dan ikut tersenyum seperti apa yang dilakukan Renjun.

"Pasti, Aku pasti semangat kerja kalo disemangatin Kamu, Sayang." Karena terlalu gemas, Jehan pun mencubit pelan kedua pipi bulat kekasihnya.

"Aku keluar dulu ya Je."

"Hm."

"Bye bye." seru Renjun gemas ketika dirinya sudah berada diambang pintu.

Jehan yang melihat tingkah menggemaskan dari kekasihnya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala. Tak bisa dipungkiri, ia terlalu mencintai Renjun.

-----

"Jaemi-

Sapaan Renjun terhenti ketika matanya tak mendapati keberadaan Jaemin di meja kerjanya. Renjun mengernyit, ia begitu terheran mengapa Jaemin tidak ada di ruangan kerja, padahal bel istirahat belum berbunyi.

"Renjun?" Seseorang menyapa Renjun, dan berjalan mendekati Renjun yang tampak kebingungan di dekat meja Jaemin.

"Eh, karin."

Seseorang yang bernama Karin ikut tersenyum. "Cari Jaemin ya, Ren?"

Dengan segera Renjun mengangguk antusias, ketika bibirnya mulai terbuka untuk melontarkan pertanyaan, ternyata Karin lebih dulu berkata.

"Jaemin udah Resign, dari tadi pagi, Ren."

Renjun terdiam mematung. Ucapan dari Karin mampu membuat detak jantungnya seolah terhenti sesaat.

Renjun menatap Karin lekat, dengan matanya yang sudah berkaca, Renjun kembali membuka kedua belah bibirnya.

"Re-resign?"

"Hm, Gue gak tau alasannya apa.. Tapi pas Gue tanya, Jaemin cuman bilang kalo dia Resign karena masalah pribadinya."

Entah mengapa, hati Renjun rasanya sakit. Orang lain bisa tahu tentang Jaemin tapi dirinya? Dirinya yang jelas-jelas sahabatnya tidak tahu sama sekali.

"Jaemin kenapa? Apa selama ini Jaemin cuma pura-pura baikan sama Aku? ..."

.
.
.
.
.
🖤🖤🖤
.
.
.
.
.

Begitu turun dari taksi, Renjun segera berlarian memasuki area kosan. Tak memperdulikan sapaan yang keluar dari bibir seseorang yang menyambut kedatangannya, yang jelas tujuan ia hanya satu, yaitu mencari Jaemin.

Renjun menghentikan langkahnya kala mendapati keberadaan Jaemin yang sedang berbincang dengan Bapak kost. Sayup-sayup ia mendengar perbincangan mereka.

"Kamu serius Jaemin? Padahal kan sewanya masih setengah bulan lagi."

"Gak masalah Pak, anggap aja itu rezeki buat Bapak."

"Apa Kamu kurang nyaman sama kosan Bapak, sampe berniat mau pergi begini?" tanya paruh baya dengan wajah murungnya, yang diyakini penyewa kos bulanan itu.

Jaemin tersenyum, ia lalu menatap dalam sosok Bapak kost nya yang selama 3 bulan ini sudah ia anggap sebagai orangtuanya.

"Bukan begitu, Pak.. Tapi Jaemin harus pulang ke kampung. Ada yg kasih kabar kalau orangtua Jaemin udah ketemu, jadi Jaemin harus balik ke mereka."

Tidak, aslinya ia berbohong. Mana ada orangtuanya ketemu, Kedua Orangtua Jaemin telah tiada. Mereka sudah bahagia di atas sana.

"Syukurlah Nak.. Semoga Kamu hidup bahagia ya dengan mereka." beliau memeluk tubuh Jaemin.

"Iya, terimakasih atas do'anya Pak." Jaemin melepaskan pelukan keduanya. "Terimakasih juga ya, Pak. Selama 3 bulan ini, Bapak udah banyak bantu Jaemin."

"Gak perlu bilang terimakasih, Jaemin. Bapak ikhlas, Bapak juga udah anggap Kamu sebagai anak Bapak."

"Jaemin ijin kemas barang-barang Jaemin dulu ya, Pak. Nanti Jaemin kesini lagi kalau semuanya udah beres." ucapan dari Jaemin langsung diangguki.

Perbincangan antara Jaemin dan paruh baya itu tak luput dari pendengaran Renjun. Sontak air mata yang selama ini Renjun tahan akhirnya melolos.

Renjun tak kuasa menahan tangisnya. Dan disaat Jaemin mulai pergi melangkah, Renjun mengikuti dari belakang.




~~~~

Friendzone - Jaemren [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang