friendzone 08

160 15 0
                                    

Terhitung satu minggu setelah kepergian Jaemin, Renjun mulai hilang arah. Seakan ia tidak mempunyai semangat hidup lagi. Jika dahulu selama ada Jaemin disisinya Renjun selalu tersenyum setiap saat, kini senyum itu seolah hilang. Bahkan, Renjun merasa ia tidak tahu lagi bagaimana caranya agar bisa tersenyum.

Tidak terhitung sudah berapa kota ia lalui hingga Renjun bisa tergeletak di sebuah gubuk yang tak berpenghuni seperti ini. Tidak makan, tidak mandi, dan tidak berganti pakaian selama satu minggu lamanya, yang Ia lakukan hanyalah minum dan minum.

Renjun yakin jika Jaemin melihat kondisi saat ini, ia pastinya akan marah besar kepadanya, namun Renjun tetap tidak perduli. Lagipula Jaemin juga yang telah membuat kondisinya menjadi seperti ini. Maka dari itu, Jaemin juga yang harus bertanggung jawab.

"Jaemin... Jaemin tau, betapa berartinya Jaemin di hidup Aku, tapi kenapa Jaemin tega tinggalin Aku seorang diri disini.. Apa Jaemin memang udah gak perduli sama Renjun?" Renjun kembali terisak dengan kedua bola matanya yang terus memandangi foto Jaemin.

"Apa cuma Renjun aja yg anggep Jaemin sebagai sahabat? Jaemin hanya anggep Renjun orang asing?" lelehan air mata kembali memgalir membasahi kedua pipi bulatnya.

"Jaemin jahat, hiks.."

Atas kejadian ini, barulah ia menyadari jika kehadiran Jaemin disisinya sangat berharga.

Jaemin itu sudah ia anggap seperti keluarga, sosok sahabat, Kaka kandung, sekaligus sosok ayah dalam hidupnya.

Meski Renjun baru bertemu dengan Jaemin di masa Sekolah Menengah Atas, tapi rasa sayang Renjun ke Jaemin sudah sedalam itu. Kehilangan Jaemin, sama saja seperti kehilangan separuh nafasnya. Juga semangat hidupnya.

-----

"RENJUN!!??"

Si punya nama langsung menoleh, mata juga wajahnya yang terlihat sangat kacau itu menatap parau ke arah seseorang yang sedang berlarian ke arahnya.

"J-Jaemin-

Ucapan Renjun langsung terhenti ketika tatapannya mengabur, perlahan tubuhnya kelimpungan, hingga beberapa detik setelahnya ia jatuh terkulai ke jalan setepak.

.
.
.
.
.
🖤🖤🖤
.
.
.
.
.

Kesadaran Renjun mulai pulih, ia meringis memegangi pelipisnya yang terasa nyeri. Kedua matanya terbuka secara perlahan.

Kerjapan pelan dilakukan, hingga saat pandangannya mulai jelas, Renjun mulai melirih meracaukan nama seseorang.

"JAEMIN..? JAEM? JAEMIN!!???"

hanya nama Jaeminlah yang terus terucap di bibirnya yang masih kelu. Seolah hanya Jaemin yang ada di otaknya, juga pikirannya. Dan mungkin saja, Renjun memang mengira Jaeminlah yang membawanya kesini, sampai ia terus memanggil nama Jaemin.

"JAEMINNNNNN!!!!!!??????"

Selang beberapa menit setelahnya, suara dernyitan pintu kamar mewah itu terdengar. Renjun segera menoleh, menanti seseorang yang akan memasuki ruangan tersebut.

Senyuman di bibir manisnya seketika luntur disaat matanya menangkap sosok orang lain yang menghampirinya. Wajah Renjun sontak memaling ke sembarang arah.

"Renjun? Makan dulu ya, Aku udah bawain makanan kesukaan Kamu."

Renjun segera menggeleng, ia membalikkan badannya yang masih berbaring di kasur empuk hingga posisi menyamping. Disela itu, isak tangis kembali terdengar dari bibirnya.

"Jaemin hiks... Jaemin.. Jaemin dimana.. Renjun kangen Jaemin, Renjun pengen ketemu Jaemin.. hiks hiks.."

Seseorang di belakang tubuh Renjun kembali tertohok. Hatinya seolah tertusuk ribuan belati begitu mendengar isak tangis dari Sang kekasih.

Dari semalam, ia terus mendengar igauan Renjun yang terus menyebut-nyebut nama Jaemin. Ia masih memakhlumi, mungkin Kekasihnya memang bermimpi Jaemin di dalam tidurnya. Namun, disaat dalam keadaan sadar, Kekasihnya masih saja menyebut nama Jaemin. Apa sepenting itu Jaemin dihidupnya?

Lamunan Jehan terbuyar akibat mendengar dernyitan pintu, Jehan terkejut ketika tidak mendapati keberadaan Renjun di atas tempat tidurnya. Kaki jenjangnya langsung berlari mengejar kepergian Renjun.

"RENJUNNN!!???"

"REN??!!"

"RENJUNNNN!!!!???"

Jehan terus berjalan terburu dengan bibirnya yang terus terbuka memanggil nama sang kekasih. Ia sangat cemas akan kondisi Renjun, sekaligus terheran juga. Lantas ia belum lama mendengar suara dernyitan pintu, lalu mengapa Renjun belum tertangkap di pandangannya. Kemana perginya dia?

"RENJUN, TUNGGU!"

Begitu melihat kehadiran Renjun di ambang pintu lantai bawah, Jehan segera berteriak, dengan tergesa ia berlari menyusul Renjun lalu menggapai lengannya.

"Mau pergi kemana?."

"Cari Jaemin." balas Renjun tanpa menolehkan wajahnya sedikitpun kepada Jehan.

"Kondisi Kamu belum pulih, Renjun. Istirahatlah lebih dulu."

Renjun menoleh, "Aku gak kenapa-napa, badan Aku masih enakan. Aku juga gak sakit, jadi Aku mau tetap cari Jaemin."

"Engga, kamu pucat, Renjun. Semalem juga Kamu demam. Jangan memaksakan diri." Jehan berusaha merengkuh tubuh Renjun agar kembali memasuki Mansionnya, namun Renjun memberontak.

"AKU GAK MAU ISTIRAHAT JEHAN, AKU MAU CARI JAEMIN." tanpa sengaja, ucapan Renjun meninggi kepada Jehan. Hal itu sontak membuat Jehan terkejut.

"Je.. J-Jehan.. Ma-maaf, Maafin Aku." Renjun segera menggapai kedua tangan Jehan sesaat setelah menyadari sikapnya yang tidak bisa ia kendalikan.

Jehan segera mengangguk, ia tersenyum manis demi mengurangi rasa bersalah kekasihnya.

-----

"Kita cari Jaemin nanti ya? Sekarang Kamu harus istirahat terlebih dulu, sampai kondisi Kamu kembali pulih." ucap Jehan lembut, dengan sebelah tangannya yang mengelus lembut surai halus Renjun. Renjun yang posisinya sudah terbaring di atas tempat tidur milik Jehan hanya memberikan respon kecil. Hanya tersenyum manis saja, sambil menerima sentuhan-sentuhan kecil dari tangan Jehan.

Selang beberapa menit setelahnya, Jehan keluar dari dalam kamar ketika mendapati Renjun sudah tertidur. Padahal nyatanya, Renjun sama sekali belum tertidur, ia hanya berpura-pura tertidur dengan memejamkan matanya agar Jehan keluar dari kamar.

"Harus pergi lewat mana ya?" gumam Renjun setelah beranjak dari Ranjang.

Setelah pemikiran panjangnya, Renjun memilih keluar dari depan. Mengambil jalan aman agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Perlahan tangan Renjun membuka secara pelan pintu kamar, kepalanya kemudian menyumbul melihat sekeliling kamar. Dirasa aman, Renjun segera keluar dari kamar, kemudian menutup pintunya dengan sangat pelan menghindari suara dernyitan.

Setelah berhasil pergi dari Mansion Jehan, Renjun langsung berjalan kaki menjauhi area Mansion dan berusaha kembali mencari keberadaan Jaemin.

~~~~

Friendzone - Jaemren [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang