4. Sedarah

120 31 5
                                    

Mahagita yang sejak tadi gugup diam-diam mengerjapkan matanya melihat sebuah nama yang menurutnya unik dan cukup lucu, ia pikir namanya yang cukup aneh karena ibunya senang bersenandung maka jadilah namanya Senandung.

Ya meskipun tetap memiliki makna yang dalam sih dalam pemberian namanya.

Bibirnya tanpa sadar menggumamkan sebuah nama,

Aksara Dilembar Putih.

Bibirnya mengulum senyum, benar-benar unik dan pastinya sama-sama memiliki makna tapi apakah karena orangnya memang putih jadi orangtuanya memberi nama ia Putih ya?

Selain gugup Mahagita mati-matian menahan fungsi jantungnya yang berdetak-detak ribut.

Bukan apa-apa tapi calon atasannya ini benar-benar tampan, Mahagita sekarang tidak ragu pada selintingan kabar kalau cucu pemilik perusahaan ini benar-benar menyilaukan dan buat siapa saja terpana dibalik wajah dinginnya yang kaku.

Mahagita tersentak kaget kala pria didepannya kembali memanggil namanya, Ya Tuhan rasa-rasanya Mahagita tidak sanggup berlama-lama menatapnya.

Dalam hati mengumpat karena teringat ucapan Jinara yang mengatakan kalau mungkin saja Mahagita yang lebih dulu menyentuh atasannya.

"Jadi Mahagita kalau kamu diterima diperusahaan ini, apa yang bisa kamu berikan?"

Hatiku beserta jiwa ragaku bisa saya berikan untuk Pak Aksara.

Mahagita mengutuk dirinya dalam hati, untung saja jawabannya tidak terlontar begitu saja dari mulutnya.

Untuk itu Mahagita berdehem pelan lalu memberikan jawaban diplomatis untuk atasannya benar-benar mempertimbangkan dirinya bisa bekerja tepat dibawahnya.

Ahh dibawahnya ya?

Mahagita jadi tidak sabar merasakan Aksara berada diatasnya dan Mahagita dibawah tubuhnya, menyatu bersama dengan desah-desah yang penuh hasrat.

Sial, Mahagita. Setan jalang mana yang sudah merasukinya?

Pria di depannya mengangguk-nganggukkan kepalanya, obrolan keduanya terus berlanjut dengan sorot matanya yang terus mematri wajah Mahagita.

Sudut bibir Aksara berkedut samar, puas dengan setiap jawaban yang diberikan perempuan di depannya dan pembawaannya yang penuh percaya diri.

"Jadi kapan kamu bisa bekerja?"

"Baik terima kasih Pak Aksara, untuk itu paling lambat dua minggu saya sudah siap untuk bekerja Pak, tetapi kalau memang Pak Aksara benar-benar butuh saya untuk segera bekerja maka saya siap untuk bekerja di hari Senin minggu depan."

Aksara bergumam pelan sambil membereskan berkas-berkas di mejanya. "Kalau begitu apa kamu bersedia untuk bekerja hari Kamis minggu ini?"

Mahagita melebarkan matanya, ia cukup tidak menyangka akan secepat ini.

"Kalau bersedia nanti kamu bisa datang dan Reza sekretaris saya sebelumnya akan membantu kamu untuk beradaptasi soal pekerjaan."

"Terima kasih Pak Aksara." ujarnya dengan binar dimatanya, dengan sedikit bergetar tangannya menjabat tangan Aksara.

"Ya."


"Ih Jelly... gue seneng banget deh." pekik Mahagita yang kini duduk saling berhadapan dengan Jinara di ruang tengah kamar kost-nya.

Jinara yang sedang membuka berbungkus-bungkus makanan menoleh jengah, sejak tadi Mahagita seperti orang gila.

Senyum Mahagita kembali terbit di bibirnya sambil mengambil salah satu dimsum kesukaannya. "Makasih ya Jinora peliharaannya bangsad, orang dalam hasil nge-lobby lo itu sukses membantu sahabatmu yang hampir luntang-lantung jadi gelandangan ini."

SENANDUNG AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang