6. Dereng

124 25 6
                                    

Aksara mengangguk puas melihat pekerjaan Mahagita yang mampu mengimbangi ritmenya dalam bekerja, rasanya sekarang Aksara tidak perlu lagi khawatir setelah ditinggal sekretaris yang sebelumnya.

Kini Mahagita lebih dari mampu dalam mengurusi semua pekerjaannya dan Aksara merasa semakin terbantu.

Mahagita sejak tadi mendengarkan rapat bersama Aksara, selain fokus mendengarkan dirinya juga mencatat point-point penting saat rapat berlangsung.

Kini langkahnya keluar bersama Aksara dan beberapa karyawan yang berada di belakangnya.

"Pak, untuk bulan depan ada kunjungan ke pabrik semen di Kalimantan selama 4 hari. Jadwalnya sudah saya atur dan kirim lewat email." ujarnya setelah keduanya masuk ke ruangan Aksara.

"Oke, kamu juga tidak keberatan untuk mendampingi saya nanti?" 

"Tentu." Keduanya bercakap-cakap soal pekerjaan sebelum Mahagita undur diri untuk kembali ke tempatnya.

"Mahagita." panggil Aksara sebelum tangan Mahagita meraih pintu.

"Ya Pak? ada lagi yang bisa saya bantu?" sahutnya setelah membalikkan tubuhnya.

Aksara memijat batang hidungnya sesaat sebelum kembali menatap Mahagita. "Hmm kamu bersedia kalau menemani saya ke sebuah pesta malam sabtu nanti? kalau bersedia saya jemput nanti jam 8 malam."

Di depan sana Mahagita malah terbengong tanpa mengedip.

"Kyaaaaaa Jinaraaaaaa."

Jinara memejamkan mata di depan televisi melihat Mahagita yang berteriak lalu menggigit bantal sofa. "Kenapa sih lo nyet."

"Ini gimana Ya Tuhan gue harus gimana dan pakai apa?"

"Apaan sih ngomong yang jelas!" sewot Jinara karena sejak tadi Mahagita hanya berteriak dan meracau tidak jelas.

"Tadi siang Pak Aksara ngajak gue ke pesta malam sabtu nanti."

"Terus lo iyain?"

"Iya lah, rugi banget gak gue iyain." jawabnya bersungut-sungut.

"Biasa aja."

"Apanya yang biasa aja???" heboh Mahagita, tidak terima dengan ucapan Jinara.

"Sekretaris diajakin atasannya ke pesta ya biasa."

Dengan kesal Mahagita menendang paha Jinara membuat perempuan itu meringis. "Bisa gak sih lo tuh jangan menghancurkan rasa senang gue, nyebelin banget." omelnya.

"Mentang-mentang lebih pro jadi ngeledekin mulu." lanjutnya masih mengomel sampai Jinara terbahak-bahak.

"Sorry, jadi udah tau mau pake baju apa?"

Mahagita membelalakkan matanya. "Oh iya gue belum nyiapin baju." pekiknya sambil meloncat, buru-buru pergi ke kamarnya.

&&&

Mahagita tidak pernah merasakan detak jantungnya seribut ini sebelum ia bertemu dengan seorang Aksara Dilembar Putih, dulu saat ia memiliki pacar mungkin hanya akan berdetak disaat-saat tertentu saja dan tidak sebegini hebatnya.

Sejujurnya Mahagita ingin lari terbirit-birit saat Aksara turun dari mobilnya saat menjemputnya, Mahagita hanya merasa jantungnya akan mati meledak melihat betapa sempuranya laki-laki itu.

Tubuh Mahagita sampai terlonjak saat dering ponsel berbunyi.

"H-hallo." cicitnya.

"Saya sudah di depan, kamu masih siap-siap?"

"O-oh enggak, saya segera turun Pak." jawabnya terbata. Sekali lagi Mahagita mematut dirinya di pantulan ponsel sambil menarik napas dalam, okay tenang saja Mahagita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENANDUNG AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang