Entah itu keputusan yang baik atau tidak bagi Jeno mengekori Mark dan Haechan dengan embel-embel Ryo, hanya saja Jeno sungguh kebakaran jenggot karena melihat sisi lain dari Haechan yang belum pernah dilihatnya selama ini. Haechan sangat manja! Manja dalam artian menggemaskan namun menggoda untuk diraup bibirnya yang sejak tadi merajuk pada Mark. Mark sendiri jelas menahan gemas, sesekali tanpa dilihat Ryo Mark akan meremas bokong Haechan dan membuahkan tatapan melotot dari Haechan. Mark bahkan mengigit cuping telinga Haechan untuk membisikkan sesuatu yang lagi-lagi sukses menuai rona kemerahan di kulit tan Haechan.
Jeno cemburu, ia akui dirinya terlalu melibatkan perasaan dalam hubungan terlarangnya bersama Haechan, namun mau dikata apa jika nasi sudah menjadi bubur? Lagipula dirinya lebih kaya daripada Mark yang baru merintis karier spesialisnya. Seharusnya masih banyak kesempatan bukan? Setidaknya bagi Jeno, tidak akan menjadi yang kedua asalkan masih tetap dapat mendapat perhatian Haechan dan juga dapat merengkuh tubuh sintal itu dalam kehangatan ranjang. Jeno terlanjur cinta dan candu.
.
"Haechan, muridmu yang bernama Ryo itu kelihatannya dekat sekali denganmu.. kalian sering keluar bersama?"
Haechan yang sedang memotong sawi putih untuk dijadikan kimchi nyaris saja mengorbankan jari telunjuknya teriris pisau. Haechan berusaha untuk tidak gugup, untungnya Haechan tidak sedang berhadapan dengan Mark. Haechan kembali mengiris sawi putih.
"Aku dekat dengan semua muridku, Mark.. hanya saja Ryo memang sesekali ingin membeli es krim bersamaku.. ada kedai di belakang sekolah dan aku sering mengajaknya ke sana—ng, Appa dan Eomma Ryo sering terlambat menjemput."
Haechan dengan sengaja menambahkan Eomma untuk memudarkan kecurigaan Mark, ah dirinya over thinking sekali.. memangnya Mark curiga?
Lengan Mark melingkari pinggang dan bertarut di perut Haechan, sedsngkan dagu Mark tersampir di bahu kanan Haechan. Dada Mark menempel di punggung Haechan sehingga Haechan dapat merasakan degup jantung suaminya itu.
"Kau kenapa, Mark...?"
Mark menggeleng.
"Tidak, hanya merasa jika kau perhatian dan keibuan sekali... rasanya aku ingin menjadi murid-muridmu saja.."
Haechan tertawa, merasa berat sebenarnya karena Mark setengah bergelayut di tubuhnya sedangkan dirinya masih berkutat dengan bahan-bahan kimchi.
"Kau lebih segalanya daripada muridku, Mark. Aku mencintaimu, Mark.."
"Tidak tidak, aku jauh lebih mencintaimu.. selamanya tetaplah menjadi Haechan-nya Mark Lee.."
Haechan-nya Mark Lee.
Sebuah kata kepemilikan pada dirinya yang kenyataannya sudah terbagi. Haechan sedikit menunduk melihat tautan jemari Mark di perutnya, perasaan bersalah itu menyeruak kembali.. kenapa dirinya tidak bisa menahan dan menjaga diri? Tapi sungguh... Haechan juga sangat mencintai Mark, saat itu... Haechan hanya kesepian.
"Perutmu lucu.."
"Ng? Aw!"
Haechan mengaduh ketika Mark mencubit perutnya.
"Apa maksudmu? Jangan mencubit perutku.."
"Perutmu seperti perut bayi, imut sekali sih..."
Haechan mulai merasa kegelian, Mark menggelitik perut Haechan dengan jari jemarinya, membuat Haechan kehilangan fokus dari kegiatannya dan memilih untuk tertawa meladeni tingkah Mark.
"Sudah, sudah! Ahahaha... Mark berhenti anggg..."
Haechan merajuk manja, bahkan nada bicaranya pun terdengar mendayu dan Mark menyukai itu. Mark memang berhenti, tangan Mark mengelus lembut perut mulus Haechan, kali ini dari dalam kaos yang terbaluti apron.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING RING [END]
FanfictionHaechan mencintai Mark, begitupun sebaliknya. Namun, terkadang kata cinta tidaklah cukup untuk membuat segalanya lebih baik. Haechan hanya kesepian. Mark berjanji akan membahagiakan Haechan, seperti terucap dalam janji sucinya kala menyematkan cinc...