Mark berlari menggunakan payung, langkahnya terburu-buru untuk cepat sampai ke gedung sekolah tempat Haechan bekerja. Mark sedikit heran ketika mendapati gedung dua lantai tersebut gelap gulita, Mark melirik jam tangannya gelisah, sudah nyaris pukul tujuh—cito-nya berantai dikarenakan korban kecelakaan beruntun lainnya dipindah dari IGD Rumah Sakit lain dan dirujuk ke Asan Medical Center hingga Seoul Medical Center. Mark masih belum bisa menghubungi Haechan, memutuskan untuk tetap menjemput sang istri walaupun kemungkinan kecil sekali jika Haechan masih menunggunya—Mark sedikit berharap jika Haechan sudah pulang terlebih dahulu ke apartemen.
"Oh, Tuan Mark ya?"
Mark terhenti ketika sekuriti yang bertugas jaga menyapa.
"Iya.."
"Haechan Ssaem sepertinya memang belum pulang, Tuan.. karena kunci gedung masih belum berada di pos."
"Gedungnya gelap sekali.."
"Ah maaf, hujan deras tadi menyebabkan listriknya padam. Generator sudah dinyalakan namun tenaganya lemah, sulit sekali menyalakannya karena ini pertama kalinya petir menyambar sampai listrik padam.. aku sampai harus menghubungi petugas layanan terdekat tapi mereka sedikit terlambat dikarenakan ada kecelakaan beruntun.. astaga, hujan memang terkadang menyeramkan ya.."
Mark mengangguk paham, seragam sekuriti tersebut basah dan kotor mungkin karena berusaha menyalakan genset yang letaknya di samping gedung.
"Baiklah, jika begitu saya akan ke dalam untuk mencari Haechan.."
"Uh, ya.. padahal kukira mobil yang setengah jam lalu pergi itu Haechan Ssaem.."
Sekuriti tersebut bergumam kecil namun mampu membuat Mark menoleh heran.
"Mobil?"
Sekuriti itu mengangguk.
"Yah mungkin saja orangtua murid yang kembali untuk mengambil barang yang tertinggal, sering seperti itu sih, terutama tempat bekal anak."
Jantung Mark bertalu, di hari selarut ini? Lagi-lagi perasaan tidak nyaman itu menyeruak muncul.
"Apa kau melihat warna atau jenis mobilnya?"
"Sepertinya biru metalik tua, tapi aku kurang yakin karena hanya melihat sekilas dan gelap.. yah aku tidak tahu jenis mobil tapi jelas itu mobil sedan."
Sedan biru tua? Berapa banyak di daerah ini yang memiliki warna mobil seperti milik Jeno?
.
"Haechan... Haechan.."
Mark melihat ke sekeliling teras di Taman Kanak-kanak, memindai untuk mencari keberadaan Haechan, namun nihil. Mark berkeliling sekali saja ke dalam gedung namun masih tidak mendapati Haechan.
"Kuharap kau memang sudah pulang.."
Mark memutuskan untuk kembali saja, taxi-nya masih menunggu di depan gerbang. Parkir di dalam tidak memperkenankan taxi untuk masuk, hanya mobil-mobil pribadi yang dapat masuk dan parkir di area pekarangan sekolah. Netra Mark masih berusaha melihat dalam kegelapan, namun sedetik kemudian lampu-lampu mulai kembali menyala—sepertinya gensetnya sudah bekerja... Mark mendesah namun seketika terpaku ketika melihat ke sisi pekarangan sekolah.
Haechan sedang berdiri di bawah tiang lampu yang sebelumnya padam, di sudut pekarangan sekolah. Tubuhnya basah oleh hujan, Mark dengan cepat berlari menghampiri, membuka jaket yang dipakainya untuk menutupi tubuh Haechan yang sudah menggigil.
"Haechan! Apa yang kau lakukan di sini!"
Haechan yang menunduk menoleh, mendapati Mark dengan raut khawatir di depan matanya. Haechan tersenyum, jemarinya naik mengusap pipi Mark yang hangat—berbanding terbalik dengan jemarinya yang dingin, nyaris beku.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING RING [END]
FanfictionHaechan mencintai Mark, begitupun sebaliknya. Namun, terkadang kata cinta tidaklah cukup untuk membuat segalanya lebih baik. Haechan hanya kesepian. Mark berjanji akan membahagiakan Haechan, seperti terucap dalam janji sucinya kala menyematkan cinc...