Wider Than the Ocean

606 116 64
                                    

Mark adalah seorang dokter bedah, melihat darah ataupun luka terbuka bukanlah suatu hal baru baginya, Mark terbiasa dengan semua itu. Namun hari ini ketika menghadapi Haechan dengan luka menganga di pergelangan tangan dan darah yang terus merembes padahal Mark sudah berusaha membebat tangannya—membuat Mark gemetar.

"Bertahan,.. Haechan.. Haechan.. please.."

Brankar yang didorong menuju ruang gawat darurat itu terdengar menggema di telinga Mark, dalam sekejap Mark merasakan dunianya memutih dan tubuhnya limbung. Mark nyaris saja jatuh jika seorang internis tidak menyangganya.

"Dokter Mark! Kau baik? Tunggulah di sini, biar dokter Jae dan juga perawat Min yang menangani istrimu.. duduklah, sepertinya tekanan darahmu turun, dok.."

Mark menatap internis muda tersebut lalu mengangguk dan mengepalkan tangan yang ternoda darah—masih tremor.

"Katakan pada dokter Jae.. lakukan apapun untuk menyelamatkan istriku.. tolong sampaikan.."

"Baik dok."

Mark menarik nafas panjang dan dalam, berusaha mengendalikan diri serta menstabilkan kondisi tubuhnya. Lemas namun tegang dalam waktu yang bersamaan. Tiga puluh menit kemudian dokter Jae keluar dan langsung menghampiri Mark.

"Mark..."

Mark yang terus menunduk—memanjatkan doa pada sang Pencipta, mengucapkan bujuk rayu agar tidak mengambil Haechan-nya—mendongak dan berdiri ketika melihat rekan dokternya itu.

"Hei.. hei.. duduk saja... it's ok Mark.."

Alih-alih berdiri, justru dokter Jae yang duduk di samping Mark. Menatap miris pada rekannya tersebut.

"Jae.. Haechan.. hhh, bagai—mana.. apa Haechan baik-baik saja?"

Getirnya perkataan Mark seakan tersampaikan pada dokter Jae. Sekedar pengingat jika dokter Jae yang menghubungi Mark ketika Jeno mengaku sebagai suami Haechan sebelumnya, jadi sedikit banyak dokter Jae mengetahui jika rumah tangga rekannya ini sedang bermasalah.

"Pertolongan pertama yang kau lakukan cukup akurat karena mungkin itulah yang menyelamatkan Haechan, Mark. Aku hanya melanjutkan sisanya.. Haechan mungkin membutuhkan tranfusi setelah ini, tapi lukanya sudah dijahit dan tidak sedalam perkiraanku.. satu lagi Mark.. aku cukup heran dengan kandungannya.. masih tetap lemah namun janin kecil itu tetap bertahan setelah semua ini.. yah, maksudku Haechan rasanya berkali-kali masuk Rumah Sakit akhir-akhir ini... bayimu kuat sekali, Mark.."

Mark tercenung, ia sempat melupakan jika Haechan sedang mengandung saat ini, sejak tadi yang berada dalam doa dan benaknya adalah Haechan. Mark mengusap wajahnya dan bergumam maaf pelan sekali. Dokter Jae menepuk pundak Mark seakan memberi semangat.

"Kuharap masalahmu segera selesai ya, Mark.. jangan sungkan menghubungiku jika kau membutuhkan bantuan."

"Thanks Jae.. aku benar-benar takut.."

Mark memejamkan mata, ketika tadi ketika Mark melihat kondisi Haechan dengan pendarahan di nadi.. sumpah demi apapun dirinya shock! Namun dibalik paniknya, Mark berusaha tenang dan memberikan penanganan pertama yang tepat untuk Haechan yang mana tidak sia-sia. Usahanya berhasil bukan?

"It's ok Mark.. everything will be okay..."

"Jae... a—aku.. tidak yakin.. bayinya... maksudku.. apa aku benar ayahnya atau..."

Ucapan Mark terputus di udara, menggantung. Tidak ingin memberikan kemungkinan sekecil apapun pada Jeno, namun kenyataannya memang ia bingung dan ragu.

"Mark.. aku tidak tahu pasti apa yang terjadi padamu, Haechan dan juga lelaki yang mengaku sebagai suami Haechan, Jeno. Tapi Mark, jika bayi itu memang anakmu, seharusnya kau dapat merasakannya.. kau sudah ehm.. bertanya pada Haechan mungkin?"

WEDDING RING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang