Decision

1.1K 125 83
                                    

"Haechan..."

Haechan sedikit terlonjak ketika pundaknya ditepuk, ia sedang melamun.

"Astaga, Ningning! Kau mengejutkanku!"

"Suaraku pelan lho, kau saja yang sejak tadi kupanggil tidak menyahut.. sedang memikirkan sesuatu?"

Haechan menggeleng pelan, Ningning adalah rekan sesama guru yang juga mengajar bersamanya.

"Atau.. kau memikirkan Appa-nya Ryo ya?"

Haechan menoleh cepat, tidak menyangka kalimat yang baru saja diucapkan oleh Ningning.

"Apa maksud ucapanmu?"

"Ish jangan berpura-pura bodoh di depanku! Aku pernah melihatmu dijemput di belakang sekolah.."

Ningning sedikit berbisik seraya melihat sekitar, jangan sampai timbul gosip aneh-aneh di antara kalangan guru. Akibatnya bisa fatal, lagipula Haechan termasuk dalam kategori guru favorit dan juga temannya.

"Itu.. aku..."

"Tidak usah menjelaskan apapun, aku hanya ingin mengingatkanmu jika kau itu sudah memiliki suami, Lee Haechan.. kukira kau cinta mati pada suamimu yang dokter itu..."

"Aku memang mencintai suamiku, jangan sembarang bicara Ning.."

"Cinta tapi kau bermain di belakang suamimu.. memang itu namanya cinta? Aku baru tahu.. jangan sampai kau menyesal kelak, Haechan..."

Haechan baru saja akan menjawab ucapan Ningning, namun getar ponselnya mendistraksi. Haechan menatap sebuah pop up pesan. Wajah lesu Haechan seketika berubah menjadi cerah setelah membaca pesan di ponselnya.

"Good news, I guess..?"

"Mark, Ning... akhir tahun ini Mark akan pulang! Aku senang sekali..!"

Ningning menatap heran pada Haechan, siapapun yang melihat reaksi Haechan yang begitu bahagia mendapat pesan mengenai rencana kembalinya Mark di akhir tahun akan menyimpulkan jika Haechan sangat merindukan Mark, bahkan mencintai Mark begitu dalam.. jika memang begitu, kenapa Haechan berhubungan gelap dengan ayah dari salah satu muridnya?

.

"Jeno.. aku, aku ingin kita mengakhiri semuanya.."

Suara denting besi yang bertemu dengan keramik piring terdengar nyaring. Jeno menyentak sendok yang sedang dipakainya untuk makan.

"Apa maksudmu? Kau bercanda?"

"Tidak, aku hanya merasa begitu bersalah karena telah mengkhianati suamiku..aku sangat mencintai Mark, ia akan kembali akhir tahun ini jika thesisnya rampung.. jadi, kupikir ji—"

Brakkk.

Nyaris saja sendok dan garpu di tangan Haechan terlempar, terkejut sekali ketika meja makan bergetar diakibatkan oleh gebrakan Jeno. Haechan dapat mengira-ngira jika Jeno marah padanya, wajahnya jelas menahan emosi dan telinganya bahkan sudah memerah.

"Suamimu akan kembali, jadi kau membuangku?"

"Tidak! Tidak, bukan begitu.. namun tidak seharusnya kita berhubungan di belakang pasangan masing-masing.."

"Renjun bukan pasanganku lagi.. walaupun secara hukum memang begitu."

"Tetap saja dia Ibunya Ryo, Jen.. kalian terikat seumur hidup dengan adanya Ryo."

Jeno mendesah malas, sungguh mood-nya turun drastis jika harus membahas Renjun. Jeno beranjak dari meja makan, berjalan berputar menuju Haechan yang duduk di sebrangnya. Haechan menunduk seraya menggenggam sendok dan garpunya erat. Jeno kini berdiri tepat disamping kursinya.

WEDDING RING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang