1

72 20 82
                                    

Jangan lupa vote and komen guys

Happy Reading;)

🌊🌊🌊

Hamparan laut luas adalah pemandangan yang kini tersaji didepan matanya. Matahari yang hampir tenggelam bagaikan sebuah bohlam lampu yang menerangi tempat duduknya. Tepat dipinggir pantai, ia duduk lesehan menikmati panorama indah ciptaan Tuhan, dengan segenggam bunga kesukaannya, bunga mawar putih. Semilir angin menerbangkan rambut panjangnya, tetapi sama sekali tak mengganggu aktivitasnya.
Sambil menikmati senja ia juga mengingat kembali masalalunya, ketika ia masih bisa tertawa lebar, ketika ia masih bisa tersenyum tulus, dan ketika ia belum terluka hingga trauma.

Andai saja, dulu ia tak egois. Andai saja, dulu ia tak keras kepala. Pasti kejadian itu takkan pernah terjadi, dan yang paling penting adalah pasti bundanya masih hidup, masih bisa menemani dirinya sampai ia dewasa, lulus sekolah, sarjana, hingga menikah. Dan ayahnya pasti masih menyayanginya seperti dulu, ketika ibunya masih ada.
Tapi semuanya adalah takdir, ibunya meninggal, itu sudah takdir. Walaupun kesalahan itu adalah perbuatannya.

Tetes-tetes air mata jatuh dari manik matanya, lagi-lagi kembali menyesali takdir, kenapa dulu ia sangat ceroboh?!.
“Maaf Bun, aku masih belum ikhlas bunda pergi. Padahal ini sudah 4th berlalu… aku rindu bunda…” Lagian, anak mana yang bisa ikhlas menerima begitu saja kematian orangtuanya? Apalagi itu karna kesalahannya.

Asik meratapi nasibnya, ia sampai tak sadar ternyata sedari tadi dibelakangnya ada orang lain. Sesosok laki-laki tampan dengan tas dipunggungnya, pakaian sekolah yang sudah tak rapi masih melekat ditubuhnya. Ikut mendengar gumaman si gadis yang kehilangan ibunya. Tatapan iba dilayangkan kepada gadis itu, seakan-akan ikut merasakan kesedihan gadis itu pula. Mencari sesuatu didalam tas nya, sebuah sapu tangan kecil berwarna biru muda. Lalu dengan perlahan ia mendekati gadis itu, ikut duduk disebelahnya sambil menyodorkan sapu tangan itu. Gadis itu sontak kaget akan tindakan tiba-tiba lelaki ini.

“Ambillah, dan hapus air matamu.” Katanya sambil menyodorkan sapu tangan itu, “Gak baik sore-sore begini kamu menangis sendirian.” Sambung lelaki itu.

Gadis itu tetap tak bergeming, masih memfokuskan diri melihat lelaki tampan yang masih menyodorkan sapu tangan itu.

“Heyy?!” Tegur sang lelaki sambil mengibaskan tangan beberapa kali didepan wajah gadis itu, agar tersadar dari lamunannya. “Kamu gapapa?” Sambungnya bertanya, sedikit terkekeh geli melihat ekspresi gadis itu, lucu sekali seperti tidak pernah melihat cogan saja haha. Astagaa PD sekali lelaki ini, walaupun kenyataannya ia memang tampan.

“E-ehh aku gapapa, maaf, kak.” jawab gadis itu sambil mengambil sapu tangan yg diberikan lelaki itu, lalu ia menundukkan kepalanya dengan perlahan,  aikh aku rasanya malu sekali karena ketahuan terpesona’ batinnya menggerutu

“Hahahaha kamu lucu sekali, dasar gadis Maghrib.” tawa geli kini benar-benar keluar dari bibir sang lelaki. Semakin menambah ketampanan yang ia punya.

“Gadis Maghrib?!” Gadis itu memberengut kesal, heyy ayolah ia ini punya nama, seenaknya saja memanggilnya seperti itu. Apa-apaan panggilan gadis Maghrib itu?! Tch!.

Bukannya menjawab pertanyaannya, lelaki itu malah semakin kencang tertawa, merasa geli sekaligus lucu melihat ekspresi kesal gadis ini, ditambah suara kesalnya itu sungguh lucu, terdengar seperti suara anak-anak.
“Maaf-maaf. Tapi kamu lucu sekali seperti bocah, astagaa!. Hmm gadis Maghrib ya? Kamu kan gadis penunggu Maghrib, tidak pulang kerumah padahal hari sudah petang, bagaimana jika kamu diculik wewegombel?! Dia kan penculik anak-anak kecil yang suka menangis,sama seperti kamu tadi”

“Tapi aku kan bukan anak kecil! Dan aku tidak takut setan.” Menyebalkan sekali lelaki ini, ia tidak jadi terpesona!.

“Tapi dimataku kamu seperti bocah, hemm pendek juga.” Katanya setelah mengamati tubuh gadis itu.

“Kamu sangat menyebalkan!”Lelaki itu tak membalas, ia hanya tertawa.

Lalu tak lama hening menyapa, keduanya kembali menatap hamparan laut luas yang kini langitnya berwarna jingga. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut keduanya.

“Kamu sudah tidak ingin menangis lagi, gadis Maghrib?”

Mendapat pertanyaan seperti itu, gadis itu baru tersadar, kesedihannya sedikit terlupakan karena adanya lelaki asing ini. Ternyata sedari tadi lelaki itu berniat menghibur dirinya, walaupun dengan cara yang membuatnya kesal.

“Aku sudah lebih baik, terimakasih.” katanya sambil menunjukkan sapu tangan berwarna biru milik lelaki itu “aku akan mencucinya.” sambungnya.

“Ambil saja, aku tidak membutuhkannya. Aku masih punya yang lain.”

“Tak apakah? Terimakasih”

“Iya”

Hening kembali menyapa, rasanya canggung sekali. Ditambah dipantai ini sepi, hanya tinggal mereka berdua saja yang berada disini. Dan jangan lupakan satu fakta bahwa mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

“Indah ya lautnya.” celetuk lelaki itu, pandangannya beralih menatap gadis itu, ‘tapi kamu lebih indah, cantik…’  batinnya menyusul.

“Iya indah, keduanya, laut dengan sunsetnya. Perpaduan yang amat sempurna.”

Gadis itu ikut mengalihkan pandangannya dari laut, menatap manik lelaki asing yang berada disebelahnya. Tatapan mereka terkunci, saling mengagumi. Jantung mereka sama-sama berdetak lebih cepat dari yang seharusnya.

Seakan tersadar, gadis itu yang pertama kali mengalihkan pandangannya dari manik mata indah milik lelaki itu. Ia menundukkan kepalanya, wajahnya memerah malu, salah tingkah.

Lelaki itu juga ikut mengalihkan pandangannya ke arah laut lagi, perlahan senyum tipis terbit dibibirnya, menyadari keanehan pada dirinya hari ini ketika bersama gadis itu. Gadis yang bahkan tidak ia ketahui namanya. Gadis yang ia juluki sebagai, Gadis Maghrib.

“Kita belum kenalan, aku Sam, Samudra Dewantara Pratmaja. Kamu?”

“Aku….

🌊🌊🌊

“Seperti lautan yang tak pernah berakhir, begitu pula cinta kita tumbuh disetiap detiknya” ~Samudra

“Pantai ini menyaksikan cinta kita, seiring ombak yang tak hentinya datang dan pergi” ~Ayuna

“Pantai ini menyaksikan cinta kita, seiring ombak yang tak hentinya datang dan pergi” ~Ayuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samudra Dewangga Pratmaja

__________________________________

Part ini emang sengaja aku bikin pendek biar g cepet cape mata kalian.
Sesuka apapun kalian dengan bacaan, tetap sayangi mata kalian yaa❤️

See you di next chapter….

Laut Lepas (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang