4

31 14 58
                                    

Happy Reading><

  Entah setan mana yang sedang merasuki tubuh Ayuna, ia yang biasanya sulit dibangunkan, kini malah sudah berada didepan pintu kelasnya dengan keterangan jam masih menunjukkan angka 06.10 wib. Masih terlalu pagi dan bisa dipastikan bahwa dirinya sendiri yang sudah sampai dikelasnya. Perlahan kakinya melangkah menuju ke tempat duduknya, barisan kedua samping dinding adalah mejanya. Sesampainya disana ia meletakkan tas nya dan tak lupa memeriksa kondisi loker meja. Tak sengaja matanya menangkap sebuah bunga dan sebungkus cokelat, setangkai mawar putih dengan sticky note ditangkainya bertuliskan,

'Kutunggu ditaman belakang waktu istirahat nanti’. ~S

S? Siapa dia? Dan untuk apa dia menungguku disana?

Berbagai pikiran kini berkecamuk dikepala Ayuna, masih mencoba menerka-nerka siapa inisial S ini.

Saking asiknya melamun memikirkan siapa pengirim bunga dan cokelat itu, tak terasa kini teman-temannya satu persatu mulai bermunculan.

"Wisshh dapet bunga darimana tuh?" Ah sial sekali, sahabatnya ini sudah datang. Namanya Sabrina, mereka sudah kenal sedari SMP, dan kini menjadi sahabat dekat Ayuna.

"Gue juga gatau Sab, gak ada namanya cuma ada inisial aja." Jawabnya sembari memperlihatkan sticky note itu kepada Sabrina.

Sabrina yang memang kepo pun memilih mengambil sticky note itu dan membacanya,  "wihh Lo punya penggemar rahasia nih kayaknya. Siapa ya kira-kira inisial S ini, kan yg awalannya huruf S tuh banyak, salah satunya Samudra Dewantara Pratmaja. Ah tapi g mungkin dia kan? Kan kalian g kenal? Lagi pula dia murid baru disini."
Ayuna sendiri hanya mengangkat bahu seakan tak perduli walaupun aslinya ia juga penasaran. Tapi apakah mungkin benar dia? Dia akan tau ketika ia memenuhi permintaan yang ditulis orang itu didalam sticky note tersebutkan? Jadi tak usah dipikirkan sekarang!.

"Lo mau nyamperin dia nanti istirahat?"

"Entah"

"Udahlah gak usah dibahas dulu, noh buk Amel dah hampir nyampe sini."

"Iya Yun iyaa"

Tak berselang lama buk Amel sampai dikelas mereka dan pelajaran pun dimulai dengan khidmat walaupun ada beberapa murid yang mengobrol dengan suara kecil takut ketahuan oleh satu guru killer itu.

🌊🌊

Tak terasa sudah lebih dari 2 jam mereka belajar dan kini sudah tiba waktu istirahat para murid. Setelah guru berpamitan, banyak murid yang menyusul keluar untuk ke kantin atau tempat lainnya.

"Kuy kantin Yun" ajak Sabrina

Ah setelah dipikir-pikir lebih baik ia menemui si pengirim bunga itu, sungguh rasa penasarannya itu mengalahkan rasa lapar yang kini singgah diperutnya "Lo duluan aja deh Sab, gue mau nemuin sipengirim bunga itu. Oh iya, titip roti sama aqua ya nanti gue makan dikelas"

"Oke-oke"

"Thanks ya Sab"

Kaki Ayuna mulai melangkah ketaman belakang sekolahnya. Sebenarnya taman disana itu indah dan juga sejuk karna banyak pepohonan, tetapi sayang sekali tempatnya sepi dikarenakan banyaknya rumor mengatakan ditaman itu ada sosok penunggu, untungnya Ayuna bukan wanita penakut terhadap mitos, Ayuna hanya takut kepada badut. Ya badut yang dulu ditemuinya sangatlah mengerikan, dengan topeng bibir berwarna merah yang sedang tersenyum lebar dan suara kuat dari musik yang tak beraturan. Merinding sekali ketika mengingat kejadian itu.

Ayuna telah sampai ditaman belakang dan memilih duduk ditempat yang memang sudah disediakan oleh sekolah. Kepalanya menoleh kesana kemari guna mencari seseorang itu, namun tak kunjung menemukannya. Mungkin menunggunya sebentar lagi tak masalah, sambil menikmati rasa sejuk yang menimbulkan ketenangan untuknya. Saking asiknya ia sampai tak sadar sesosok pria berjalan menghampirinya dari belakang, membawakan sebuket bunga mawar putih yang lumayan besar, indah sekali.

Perlahan tapi pasti kaki laki-laki itu mendekat dan sampai tepat dibelakang Ayuna, ia menyodorkan buket bunga itu dari belakang tubuh Ayuna, membuat Ayuna tersikejap kaget karena tiba-tiba melihat buket bunga yang sangat indah dari belakangnya. Kepalanya dengan cepat menoleh kebelakang dan matanya bertemu dengan mata teduh milik pria itu, Samudra Dewantara Pratmaja.

"Sam..." Suara Ayuna berbisik lirih karena masih tak menyangka ternyata benar bahwa pengirim bunga itu adalah Samudra, pemilik mata teduh yang kini menatapnya hangat dengan senyum tipis yang terlihat tulus, manis sekali. "Kamu pengirim setangkai bunga mawar ini di mejaku Sam?."

Masih dengan senyumnya yang tulus Sam menjawab dengan yakin "iya Ayy, aku pengirimnya. Sengaja aku letakkan diloker mejamu dengan sticky note itu agar kamu kesini. Tak kusangka kamu beneran kesini. Udah nunggu lama ya? Maaf ya aku telat kesini nya." Jawab Sam sambil memberikan buket itu untuk Ayuna.
"Ini bunga kesukaanmu, yang tadi cuma setangkai dan yang ini ada 9 tangkai."

"Makasi ya Sam. Ini indah banget, cantik." senyum ceria kembali terukir dibibir Ayuna. "Kamu tau dari mana aku suka mawar putih, Sam?” Ayuna penasaran, dari mana Samudra tau jika ia sangat menyukai mawar putih.

“Dari pertama kita bertemu, mungkin? Kamu bawa mawar putih, Ayy. Jadi aku kira itu bunga kesukaanmu, hehe….” Jawab Samudra sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Itu memang bunga kesukaanku, Sam. Tebakanmu benar kok.”

“Kenapa kamu suka mawar putih, Ayy? Bunga yang lainnya juga g kalah cantik kan?." Tanya Sam, sungguh ia sedikit penasaran dengan bunga kesukaan Ayuna, Ayuna sangat menyuka mawar putih padahal bunga yang lainnya juga indah.

Sambil menghirup wangi bunga mawar itu, Ayuna menjawab,
"Bunga yang lainnya memang indah Sam, tapi mawar putih itu melambangkan tentang kesucian cinta dan keabadian cinta, yang tidak terhingga dan abadi, serta diberikan sebagai ungkapan rasa sayang yang tulus dan setia."

"Dan aku berharap aku juga mendapatkan lelaki yang mencintaiku dengan tulus, Sam."

"Aku akan mewujudkannya, Ayy, aku janji!.”

“Kita baru mengenal, Sam. Jangan terburu-buru berjanji, aku tidak mau kecewa karna berharap lebih.”

Karena sejujurnya Ayuna memang berharap kepada Samudra. Tetapi ia masih ragu, akankah Sam punya perasaan yang sama dengannya?
Ataukah Sam memang bersikap hangat kepada siapapun bukan hanya pada dirinya? Walaupun ia tidak buta untuk melihat binar puja dimata Samudra ketika menatapnya, tapi bukankah hal yang wajar apabila ada setitik keraguan yang hinggap di-diri seseorang?
Ia pernah jatuh cinta, ia pernah gagal dalam percintaannya. Kepercayaannya telah terkikis karena orang dimasalalunya hingga membuatnya terus meragu pada orang-orang yang berniat mendekatinya.

“Jika begitu biar aku buktikan kepadamu, Ayy!. Izinkan aku berjuang yaa?.” Samudra sudah berjanji, ia yakin perasaannya pada Ayuna itu nyata dan kekal, tidak akan pudar!. 
Samudra tau, ia terlalu cepat, ia terlalu sat set untuk menyimpulkan perasaannya. Tetapi ia sangat yakin, Ayuna akan menjadi orang spesial di hidupnya. Sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya.



🌊🌊🌊

Sam, kamu terlalu terburu-buru. Kamu tidak tau didepan sana apakah jalan lebar ataukah jalan buntu yang yang akan kamu lewati bersamaku. Aku tidak mau kecewa lagi, aku ragu tetapi aku juga berharap kepadamu. ~Ayuna

Ayy, aku tau, aku terlalu cepat mengungkapkan ini. Tapi aku yakin dengan hatiku. Hatiku memilihmu untuk menjadi tempat berpulangnya. ~Samudra

Laut Lepas (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang