13

12 0 0
                                    

Betapa indahnya bumi kalau didalamnya ada kamu.
~Samudra

Pulang sekolah, langit terlihat mendung disusul dengan rintik-rintik hujan yang mulai turun. Ayuna dengan setangkai bunga mawar yang digenggamnya itu memilih meneduh di pos satpam seraya menunggu jemputan dari sopir yang katanya sedang terjebak kemacetan.

Samudra yang sedang berada diparkiran sekolahnya, tak jauh dari tempat Ayuna berteduh, lelaki itu memilih menghampiri gadis cantik yang kini sedang termenung sembari menatap air yang turun dari langit.

"Ayy," sapa lelaki itu ketika sudah sampai ditempat Ayuna berteduh. Lelaki itu melirik bunga yang sedang digenggam Ayuna, lalu tersenyum tipis karena gadis itu masih menyimpan apik bunga pemberiannya tadi pagi.

Gadis itu menoleh ketika mendengar suara lembut itu memanggilnya, gadis dengan poni yang menutupi keningnya itu sudah akrab dengan panggilan istimewa dari Samudra.

"Sam? Kamu ngapain disini?" Tanya gadis itu seraya menggeser posisi duduknya, mengisyaratkan Samudra untuk duduk disampingnya.

Samudra yang paham dengan hal itu pun langsung duduk ditempat yang sudah Ayuna beri, "Aku nyamperin kamu, Ayy. Kenapa belum pulang?"

"Hujan? Aku lagi nunggu jemputan sopir, katanya lagi dijalan, macet," jawab gadis itu dengan mengalihkan pandangannya ke depan, kembali menatap rintik hujan yang kian deras.

"Pulang sama aku aja, ya, Ayy? Aku bawa mobil kok kalo kamu takut kebasahan?" Tawar lelaki jangkung itu

Gadis cantik itu kembali mengalihkan pandangannya pada lelaki yang duduk disampingnya, "Aku nggak takut basah kok, Sam. Cuma kasian sopirku udah jauh-jauh datang, masa aku suruh beliau pulang lagi nanti?" Tolak gadis itu dengan halus. Lagi pula memang benar alasan yang diberikan oleh Ayuna itu, kasian sang sopir apabila harus ia suruh putar balik lagi.

"Ya sudah kalo gitu," Samudra tak memaksa, tak ingin gadis itu menjadi risih dengan keberadaannya apabila ia selalu memaksakan kehendak.

Hening melanda, tak ada lagi obrolan diantara keduanya. Mereka sama-sama menikmati hujan yang kian deras, membawa hawa dingin namun menyejukkan pikiran.

Ayuna mengulurkan tangannya, menyentuh tiap tetes air yang berjatuhan, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Gadis itu, selain menyukai senja, ia juga menyukai hujan. Suara tetesan air bening yang bertabrakan dengan atap bangunan itu seperti sebuah nyanyian, dan tiap tetesan air yang menyentuh tanah itu memberikan aroma khas yang menenangkan.

Samudra ikut tersenyum tipis melihat aksi Ayuna, lalu lelaki itu bangkit berdiri, menghampiri tetes-tetesan air di pojok, bawah atap pos satpam. Memejamkan matanya seraya menikmati rasa dingin ditangannya yang diterpa air. Lalu kemudian, Samudra membuka matanya, mengalihkan pandangannya pada Ayuna yang juga sedang menatap kearahnya, "Kamu tau, Ayy, apa yang lebih menyenangkan dari pada hanya menatap hujan?" Tanya Samudra sembari menghampiri Ayuna lalu berjongkok didepan gadis yang sedang duduk itu, membuat sang empu membatu.

Ayuna tak menjawab, bahkan gadis itu tak bisa mengalihkan pandangannya dari netra hangat sang lelaki, jantungnya pun ikut berdetak lebih cepat. Seperti sedang dihipnotis, gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, tanda tidak tahu.

Samudra pegang tangan kecil gadis itu, lalu menariknya pelan menuju bawah guyuran air hujan, "Bermain hujan, Ayy! Ini lebih menyenangkan dari pada cuma liatin doang," ujar lelaki itu dengan sedikit berteriak karena suaranya teredam dengan suara hujan.

Ayuna yang awalnya kaget dengan tarikan ditangannya pun sekarang ikut menikmati rasa dingin yang menyelimuti tubuhnya, sudah lama sekali gadis itu tak merasakan bermain hujan.

Lelaki tampan itu merentangkan tangannya, mendongakkan kepalanya keatas, membiarkan guyuran air hujan itu mengenai wajah mulusnya. Lalu mengajak Ayuna melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan.

Ayuna menuruti permintaan lelaki itu, ia ikut merentangkan kedua tangannya namun tak ikut mendongakkan kepalanya keatas, gadis itu lebih memilih memandang lelaki didepannya ini, lelaki baik hati yang masih setia bersamanya tanpa sebuah kejelasan darinya. Lelaki yang perasaannya masih ia gantungkan, belum berani ia menjawab ajakan lelaki tersebut, untuk bahagia bersama-sama. Akan ia biarkan semuanya mengalir seperti air sungai, walaupun entah seperti apa akhirnya nanti. Semuanya masih terasa abu-abu, sama seperti perasaannya, antara suka dan rasa takut berlebih, akibat sebuah masalalu yang masih selalu menghantui.

Samudra masih bertahan pada posisinya, terlalu menikmati momen hujan kali ini sampai ia tak sadar, gadis didepannya ini sedang memandangnya dengan tatapan dalam.

Entah keberanian dari mana, dengan detak jantung yang menggila, gadis itu mendekatkan kan tubuhnya lalu melingkarkan tangannya dengan erat pada pinggang lelaki jangkung tersebut.

Lelaki itu terkesiap ketika merasakan sebuah tangan memeluknya dengan erat, kemudian ia menundukkan kepalanya, menatap surai basah gadis yang sedang memeluk nya, perasaannya menghangat, kemudian ia turunkan rentangan tangannya untuk membalas pelukan gadis itu tak kalah erat.

Ayuna tersenyum manis dalam dekapan Samudra kala mendengar suara detakan jantung yang menggila milik lelaki itu, membuatnya merasa nyaman. Rasa itulah yang membuatnya betah lama-lama berpelukan dengan lelaki ini dibawah rintikan hujan. 

"Ayy, dibawah rintikan hujan kayak gini, kamu bakalan ngerasa bebas. Kamu mau nangis? Air matamu nggak akan keliatan karena menyatu dengan air hujan. kamu mau teriak? silahkan, teriakan kamu gak akan terdengar karna tersamarkan sama suara hujan, jadi kamu ga perlu takut buat ngeluarin semua beban pikiran kamu disini, orang-orang nggak akan nilai kamu lemah. Ayo nikmati hujan kali ini tanpa takut dengan sakit esok harinya, Ayy!" bisik lelaki yang sedang memeluk erat gadis cantik itu.

Gadis itu melonggarkan pelukannya, mendongak demi menatap wajah lelaki didepannya ini, lalu ia angkat tangannya tepat pada pipi lelaki itu, mengusap sisa-sisa air yang menempel, "terimakasih, Samudra."

Samudra tak menjawab, lelaki itu sedikit menurunkan badannya, tangannya mengerat memeluk pinggang ramping gadis didepannya ini, kemudian ia angkat badan gadis itu dan berputar. Gadis dalam dekapannya ini melebarkan matanya, tangannya dengan cepat melingkar pada tengkuk Samudra dengan erat, takut terjatuh, walaupun gadis itu yakin lelaki ini tak akan mungkin membiarkannya jatuh.

Tapi mungkin, lelaki ini akan membiarkannya terjatuh dalam pesona yang dia miliki, terjatuh hingga tenggelam sampai dasar dan tak dapat kembali naik pada daratan.

"Samm... Takutt!" Ujar gadis itu dengan rengekan, kakinya ia goyangkan kecil, meminta untuk diturunkan.

Samudra pun menghentikan kegiatannya, menurunkan gadis itu, "aku nggak akan biarin kamu jatuh, Ayy, jangan takut," ujarnya menenangkan Ayuna.

"Aku takut jatuh ke kamu, Sam. Aku takut jatuh hati lagi, aku nggak siap kalau nantinya kita nggak bersama," sendu gadis yang tangannya masih bertengger manis dileher lelaki itu.

Tatapan sendu yang diberikan gadis itu terasa menyentuh hati Samudra, kerisauan yang dirasakan oleh Ayuna benar-benar tersampaikan hanya lewat sebuah tatapan. Samudra mengerti, masalalu Ayuna yang kelam, membuat gadis itu takut dalam kembali melangkah.

Tangan Samudra terulur, menyentuh surai basah milik gadis itu, menyingkirkan tiap helai yang menutupi pipi mulus itu, kemudian menyelipkannya pada belakang telinga gadis itu, "Jangan takut, aku disini, sekarang, besok, dan selamanya, untuk kamu." Tandas lelaki tersebut dengan sorot mata lembut menatap tepat pada netra indah milik gadis yang dicintainya itu.

🌊🌊🌊

Ayuna bilek : Sam, selamanyakan?



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Laut Lepas (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang