26

304 32 0
                                    

DALAM CERITA INI HANYA FIKSI

DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN

TERIMAKASIH SEBELUMNYA

*

*

*

.

.

.

Saat itu hari udah gelap, tapi lampu di halaman belakang yang luas tetep terang banget, bikin suasana malam jadi beda. Adel jalan santai, tangan masuk saku, melewati jalan setapak taman yang panjang, menuju pergola di samping kolam renang yang juga terang benderang.

Adel duduk di depan Lampu Simulasi Listrik LED yang nyala, sambil deketin ponselnya ke wajah. Walaupun di luar dingin, dia ngerasain hangatnya lampu LED itu di kulitnya. Dia butuh banget istirahat dari keluarga yang kayaknya nggak mau ninggalin dia sendirian. Tiba-tiba ponselnya berdering, dan wajah yang selama ini dia kangenin muncul di layar.

"Adel!" panggil Chika dengan senyum lebar, matanya berbinar bahagia ngeliat pacarnya. Senyumnya langsung bikin Adel ikut senyum. "Aku lagi minum smoothie nih." lanjutnya.

Chika deketin gelas ke wajahnya, sambil nyengir kayak anak kecil. Senyumnya makin lebar pas Adel ngeliat dia berpose dengan smoothie di samping wajahnya, nggak sadar kalo dia hampir nggak bisa liat apa-apa karena rumahnya gelap. Cahaya dari ponsel nyorotin wajahnya, dan Adel langsung ambil screenshot.

Dia nyengir nakal denger suara rana kamera. Rol kamera ponselnya mulai terisi foto-foto mereka berdua. Beberapa foto ada yang nunjukin Chika tidur pas video call malam-malam, waktu mereka nggak bisa bareng, yang sering banget terjadi.

"Hai sayang." ucap Adel, tatapan matanya melunak ngeliat Chika yang lagi naik tangga dalam kegelapan. Adel terkekeh waktu denger Chika ngumpat karena kakinya kesandung tangga. "Kamu baik-baik aja?" tanya Adel.

Chika ngeluh kesakitan. "Ya, Mungkin. Aku emang nggak begitu bisa liat di kegelapan." jawab Chika.

Karena dua tangannya sibuk—kanan buat deketin telepon ke wajah, kiri buat pegang smoothie, Adel bisa ngebayangin dia lagi meraba-raba jalan menuju kamarnya pake siku.

Tiba-tiba ada suara di belakang Adel, bikin dia langsung berbalik. Sambil curiga ngeliat semak-semak, dia udah bisa nebak apa yang terjadi di belakangnya. Dia balik lagi ke telepon, ngeliat Chika yang nyalain lampu-lampu di kamar masa kecilnya, ganti-ganti warna sampai akhirnya dia puas dengan warna ungu-merah muda. Sebelum Adel sempat ngomong, dia denger suara benturan kaca di kayu dan retakan kayak listrik statis.

Dia agak canggung gerakin teleponnya, sampe akhirnya dia masuk frame dengan telepon yang disandarin ke kotak tisu.

"Udah beres?" tanya Adel sambil ngegodain, bikin Chika muter matanya. "Gimana makan malam kamu?" lanjutnya.

"Enak banget." jawab Chika. Dia mulai jepit rambut bagian depan ke belakang, satu per satu, supaya nggak jatuh ke smoothie-nya. "Kamu liat foto-foto yang aku kirim?" tanya Chika.

"Iya, aku liat." jawab Adel, sempet ngeliat foto-foto makanan yang disiapin orang tua dan neneknya sepanjang hari waktu makan malam. "Aku cuma liat makanan segitu banyak pas Thanksgiving sama Natal." lanjutnya.

Dia terkekeh, nyeruput jus stroberi dan pisangnya. "Kayaknya Oma aku agak keterlaluan tahun ini." kata Chika.

Memang, Oma nya Chika tuh emang agak berlebihan kalo nyiapin makanan, apalagi karena Festival Masskara itu hari libur tradisional yang penting banget buat mereka. Itu waktu yang bikin semua orang berkumpul, bahkan keluarga besar dari kedua belah pihak, sampe mereka harus nyiapin meja tambahan buat orang dewasa, muda, dan anak-anak.

Menyatukan Dua Dunia: Miliarder dan Arsitek (END) [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang