Tak Semanis Sebelumnya

2 2 0
                                    

"Terkadang, perasaan ikut berbeda, kala waktu terus berjalan dan runtutan kisah tak lagi sama."

@Listya12

***

"Farisha nggak bobo, Sayang?" Aku mengelus lembut kepala putriku itu dengan sepenuhnya sayang, aku tidak ingin membuatnya merasa terasingkan setelah sosok mungil yang tengah asyik dengan mimpinya itu berada di tengah-tengah kami. Farisha sosok riang yang menjadi obat segala kegalauanku, sekaligus keturunan keluarga Gus Afa—yang tersisa—yang sekarang menjadi salah satu anggota keluarga kecilku.

"Umma ...." gadis kecil itu memainkan pipi gembul anggota keluarga baru kami, ekspresinya sulit ditebak, tapi pancaran kesedihan terlihat di sana.

"Kenapa, Sayang?" Aku ikut sedih, dan menggenggam lembut tangan kecilnya.

"Dede bayi sayang Isha nggak?" Pertanyaan lugu dari gadis kecilku itu membuatku menahan senyuman, dengan hati-hati kutarik dia dalam dekapanku.

"Kenapa Isha tanya seperti itu? Memangnya Isha nggak sayang Dede bayi?" Kucium puncak kepalanya dan membiarkan dia nyaman dalam dekapanku.

"Isha sayang Dede bayi, Umma ... sayaaaaaang bangetttt." Gadis kecil itu melepaskan dekapanku dan menatapku dengan sendu. "Kalau Dede bayi nggak sayang Isha gimana? Kan Isha bukan anak Umma dan Aba ...."

Aku mengerutkan kening, sempat kaget saat anak sekecil ini harus mengatakan hal yang di luar nalarku. Apakah dia sudah paham dengan yang telah terjadi? Dari siapa? Bukankah aku dan Kak Zaki tidak pernah mengatakan apapun perihal dia bukan putri kandung kami? Dengan sayang kudekap kembali gadis kecil itu, kemudian berkata, "Isha kok ngomong gitu? Isha kan anak Umma dan Aba juga ...."

"Isha udah tau, Umma ... kemarin Isya tanya Mbak-mbak kenapa Isha punya dua pasang orang tua, tapi tidak ada yang mau menjawab, lalu Isha tanya sama Om Zul, tapi Om Zul juga nggak mau jawab. Akhirnya Isha paksa, jadi Om Zul bilang kalau Isha itu dulunya sama Ummi dan Abi, lalu pas Ummi dan Abi udah nggak ada, Isha diasuh oleh Umma dan Aba ...."

Aku termenung diam cukup lama, gadis kecilku itu sudah semakin besar, bahkan sudah mau naik kelas 3, sepertinya aku juga tidak bisa menyembunyikan kebenaran itu lagi. Namun, aku harus bicara dulu dengan Kak Zaki ....

"Assalamu'alaikum ...." Suara panggilan salam mengalihkan kami berdua, dan sebuah senyuman terkembang di bibir lelaki yang baru saja memasuki kamar kami.

"Wa'alaikumussalam," jawabku dan gadis kecilku itu serempak. Dengan penuh sayang Kak Zaki mengecup keningku lama usai aku mengecup punggung tangannya, disusul mengambil alih Farisha untuk digendong.

"Aba habis ngaos, ya?" Gadis kecil itu tampak ceria, seperti tidak ada yang terjadi beberapa saat yang lalu.

"Iya, nih. Isha kangen, ya, sama Aba?" Kak Zaki mengangkat tubuh gadis kecil kami itu dan membuat tubuh mereka berputar-putar bahagia. Tawa mereka mengundang senyumanku, dan aku pun berdiri dan memeluk mereka saat puas berputar-putar.

Kak Zaki mengerutkan dahi penuh tanda tanya, dan sekarang Farisha sudah nyaman dalam gendongan. "Umma kenapa, Kak? Kok wajahnya sedih gitu?"

"Kangen sama Aba juga kali ...." Farisha menjawab dengan kekehan kecil, membuatku mengulum senyuman dan mengelus pipinya dengan gemas.

"Iya, nih, Aba kan main terus sama Isha ...." Aku ikut terkekeh, tanganku menggelitiki perut gadis kecil kami itu, dan dia tertawa dan semakin mempererat pegangannya di tubuh Kak Zaki.

"Umma ... kan sekarang Kak Isha udah punya adek, jadi sekarang wajib panggil Kakak yaaa ...." Kak Zaki giliran mengelus kepalaku, kemudian mencubit pipiku kecil.

Takdir Tersembunyi 3 (The Closing Part)Where stories live. Discover now