2.a

26 11 3
                                    

(Ya Tuhan, Ya Allah, Ya Rabb, Yang menciptakanku, Rajaku, Sesembahanku, kepada-Mu seluruh alam semesta bersimpuh.)

Hari itu, ketika penanggalan bulan ke empat belas. Ayahnya, Raja Payangkuma, mengajaknya ke kerajaan terbesar. Pusat penyebaran Islam terbesar. Hanya Haula seorang. Lembayang ingin ikut, tapi tidak diperbolehkan. Katanya, umurnya belum genap.

Bocah laki-laki itu cemberut seharian, namun berbalik cerah ketika dijanjikan Arum manis berbentuk bunga matahari dan istana coklat oleh Raja Payangkuma. Ratu Kenanga melotot karena gigi atas Lembayang sudah habis. Dia sudah mendisiplinkan anak itu untuk mengurangi makanan manis, tapi kakak tuyulnya selalu punya kantung ajaib yang bisa menyembunyikan berbagai hal di sana.

"Nggak boleh! Kamu mau anak kamu ompong! Pokoknya nggak!"

"Tapi, Sayang, Lembayang nanti menangis."

Dan detik itu, Lembayang langsung mengeluarkan lengkingan tangisnya.

"Biarkan saja dia menangis! Ini demi kesehatannya. Walaupun kamu sayang anak, tapi harus perhatikan kesehatannya. Kalau dia sakit gigi bagaimana?"

"Tinggal berubah jadi burung, burung kan nggak punya gigi?" saran Raja Payangkuma yang terdengar konyol di telinga Ratu Kenanga.

Terjadi perdebatan sengit dan dimenangkan oleh Ratu.

"Lembayang, demi kebaikanmu, minta yang lain saja ya sayang?" Akhirnya Raja Payangkuma menyarankan hal lain. Ia kalah berdebat.

"Huaaa!!! Nggak mau!!! Aku mau yang tadi!!" Lembayang berguling-guling di lantai.

"Lihat! Ini salahmu! Makanya jangan mudah menjanjikan sesuatu!" omel Ratu Kenanga.

Haula menghela napas. Ini selalu terjadi, ayah dan ibunya berdebat karena hal sepele. Lalu dia melirik adiknya yang meraung-raung di lantai. Ia mendekati Lembayang dan membisikkan sesuatu di telinganya.
Adiknya itu tampak mendengar dengan khidmat lalu diikuti anggukan. Tangisannya mereda. Kedua orang tuanya menoleh heran dan Lembayang sudah berdiri tersenyum lebar dengan ujung hidung merah.

"Tumben berhenti menangis?" cetus Raja Payangkuma heran.

Ratu Kenanga melirik curiga kehadiran Haula yang tau-tau ada di samping Lembayang.

"Kamu nggak membisikkan sesuatu yang aneh, kan, ke adikmu?"

"Nggak. Aku cuma memberitahu kalau aku akan membelikannya kue bulan yang terkenal enak di sana."

"Iya, aku suka." Lembayang mengangguk kompak.

Tapi, ibu mereka masih menyipit curiga. Tau percis tabiat anak mereka yang suka membuat proyek rahasia di belakangnya.

Raja Payangkuma senang karena tak harus berdebat lagi dengan istrinya. Ia pamitan dan Lembayang melambaikan tangannya di halaman depan ketika kereta ayah serta kakaknya mulai pergi.

Mereka pergi ke sana menggunakan kereta yang ditarik oleh enam kuda hitam perkasa. Biasanya, cara formal ini digunakan saat ada acara kerajaan resmi atau upacara peringatan.

Butuh satu hari untuk sampai ke jantung kerajaan Daulah Absyah, yaitu Yarkus. Ketika memasuki gerbang dan melewati pos pemeriksaan, Haula takjub dengan kemegahan dan keramaian di sekitar yang jarang ia temui di wilayah mereka Syamsi. Kerajaan itu di lingkup oleh dinding-dinding kokoh dengan arsitektur seni yang menakjubkan. Rumah-rumah penduduk di tata dengan rapi seakan mencerminkan telah terjadi peradaban tinggi di sini.

Sewaktu melewati perbukitan, ia lagi-lagi di buat takjub bagaimana jin-jin di sini memahat bukit-bukit itu sebagai bangunan dan pilar-pilar megah. Mereka melintasi terowongan di dalam gunung dengan api-api biru penerang jalan.

Ketika kegelapan telah sirna, matanya di sambut oleh deretan bangunan tinggi di atas perbukitan paling tinggi, dengan kubah-kubah emas mereka.

"Ayah, kapan istana kita memiliki kubah emas?"

"Haula, hentikan celotehanmu. Berprilakulah seperti putri. Kita akan memasuki kerajaan terbesar di sini. Jaga sikapmu. Ingat nasihat ibumu."
"Ibu menyuruku untuk mengedipkan mata ke anak mereka. Menyekap mereka di kamar dan bilang aku hamil anak mereka."

Raja Payangkuma cepat-cepat menutup mulut anaknya yang sudah seperti cocor bebek.

"Astaga! Candaanmu lucu sekali, Nak. Makanya jangan baca novel sebelum dewasa. Ayah akan menyita semua bacaanmu." Raja Payangkuma pura-pura tersenyum ke kusir kereta, "mungkin dia mencuri novel pengasuhnya. Taulah, anak suka penasaran."

Kusir kereta mengukir senyum maklum.

***
9824
Ayo vote dan komen :)

Pengantin Raja Jin MuslimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang