2.b

32 10 6
                                    

Istana itu begitu besar dibandingkan istana kecil mereka di Syamsi. Pelayannya lebih banyak. Mereka disambut oleh salah satu utusan Raja begitu menginjakkan kaki di aula istana.

Ayahnya langsung menghadiri ruang pertemuan sementara Haula diarahkan ke kamar tamu oleh seorang pelayan. Setelah tau letak kamarnya, Haula ingin jalan-jalan bersama Dayang yang ia bawa dan pelayan tadi yang membantu mengarahkan tempat-tempat yang boleh di kunjungi tamu serta yang dilarang.

Haula melihat ada beberapa anak-anak lain yang baru tiba maupun yang sudah datang sejak kemarin. Bukan hanya dirinya saja. Ini memang untuk acara mereka. Anak-anak yang akan memasuki usia remaja dan akan mengadakan ritual bulan biru.

"Apa Nona mau bergabung bersama mereka?" tanya Dayang Sika melihat Nonanya itu terus memperhatikan gadis-gadis kecil yang tengah minum teh di tengah taman duduk di antara meja bundar. Tengah berbincang satu sama lain diiringi tawa riang.

Haula memalingkan wajah. "Tidak, mereka terlihat sombong."

Ia berjalan lagi mengikuti Pelayan yang lebih dulu jalan di depan. Dayang Sika langsung mengiringi dari belakang.

"Dari tempat-tempat tadi lalu ke sini dan ke arah sana, anda boleh melakukan apapun. Namun, anda tidak boleh memasuki wilayah barat di mulai dari pintu itu." Pelayan itu menunjukkan menggunakan ke semua jarinya mengarah ke pintu pagar besi yang dibaliknya ada taman juga.

"Anda tidak boleh ke taman itu atau memasukinya." Sambung pelayan lalu pergi meninggalkan mereka.
Awalnya Haula tidak terlalu penasaran. Namun, setelah mengitari semua tempat dan hanya ada taman bunga, rumah kaca, istana mungil yang didesain khusus untuk anak-anak, dan pohon-pohon palem, ia mulai bosan. Ia membutuhkan sesuatu yang menantang.

Saat Dayang Sika pergi untuk mengambil jatah makan siang. Haula menyelinap ke area terlarang. Di mana gadis-gadis lain lebih tertarik pada aktivitas membosankan mereka, Haula justru semakin di larang ia semakin ingin untuk melanggarnya.
Pintu taman itu tidak di kunci.

"Kenapa dilarang masuk? Apa di sini ada tanaman terlarang? Pohon buah kuldi?"

Taman itu seperti taman lainnya. Yang membedakan hanya di sini hanya ada taman bunga mawar biru. Seluruh tanah itu di selimuti tanaman bunga mawar biru. Tak ada yang lain.
Haula nyaris ingin berbalik karena tak menemukan hal menarik. Tapi, matanya menangkap ada benda berkilau di antara susunan ranting sarang burung di satu-satunya pohon rindang yang tumbuh di taman itu. Penasaran, ia melepas sepatunya dan mulai memanjat batang. Meski sulit karena pakai gaun dan telapak tangannya tergores, ia melihat benda temuannya. Sebuah kalung berlian biru layaknya terbuat dari birunya jantung samudra. Sangat cantik dan indah.

Bagaimana kalung cantik ini bisa ada di atas pohon dalam sarang burung?
Ah, ini pasti ulahnya gagak. Burung itu suka benda berkilau.

"Hei, kau! Pencuri!"

***
12824
Ayo vote dan komen :)

Pengantin Raja Jin MuslimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang