Mazaya saat ini sedang berada diruangan lantai satu bersama karyawan yang sedang bekerja. Ia memperhatikan satu-satu dari mereka semua yang sedang sibuk dengan komputer masing-masing, lantas ia tersenyum.
Mazaya sangat bersyukur, bisnis sang ayah yang ia lanjutkan ini terus berkembang seiring berjalannya waktu. Tentu ini tidak hanya karena dirinya, tetapi juga dari support orang sekelilingnya dan kerja keras karyawannya juga. Semua turut ikut serta dalam mengembangkan bisnis ini.
Lalu sesaat setelah itu, Mazaya keluar ruangan dan bergegas menuju lobby untuk mengambil pesanan makan siang yang ia pesan.
Inilah dia, ketika dirinya sedang berada di kantor, ia akan selalu traktir makan siang untuk karyawan kesayangannya. Setiap bulan, selain mendapat gaji, Para karyawan juga diberi insentive yang cukup lumayan, karena lewat situlah Mazaya ingin berterimakasih dan sebagai bentuk menyemangati mereka.
Pukul 12.00 siang, saat Mazaya masih berbincang dengan orang orang diruangan itu, satpam pun mendatangi dirinya. Setelah mendengar perkataan dari satpam tersebut, Mazaya langsung meninggalkan ruangan di lantai 1 itu, ia bergegas menuju lobby.
Ia melihat perawakan seorang pria bertubuh tinggi mengenakan setelan jas, terlihat wajahnya yang awet muda. Ia sudah lama sekali tak bertemu dengan pria itu. Disampingnya, ada seorang gadis yang tentu sangat ia kenali. Ia Hanshika, gadis cantik yang ia sukai.
Jiakh, suka banget nih si Aya.
Ia langsung menghampiri keduanya dan berjabat tangan dengan pria tersebut. Ia adalah Sergio Dharmawangsa, ayahnya Hanshika. Dirinya sangat mengenali pria itu.
Setelah berjabat tangan dan sedikit mengobrol dengan ayahnya, Mazaya melirik sambil tersenyum manis kearah Hanshika. Kontak mata mereka bertemu. Tak ada yang memulai bicara, hanya tatapan dan senyuman yang saling dilempar oleh keduanya.
Ketiganya sedang berjalan menuju lantai dua sambil mengobrol, dengan Hanshika yang setia merangkul lengan sang ayah. Sesampainya diruangan, Mazaya mempersilahkan Hanshika dan ayahnya untuk duduk disofa.
"Seru banget ya tadi aku liat di bawah, kamu sama karyawan kamu deket, mereka juga keliatan seneng banget sama kamu."
"Hehe ya gitulah, Han. Sikap aku ke mereka sudah seharusnya begitu, ada waktu serius dan bercandanya. Aku harus ngertiin mereka, mereka sudah kerja keras untuk ini semua" Ucap Mazaya sambil tersenyum teduh pada Hanshika.
Hanshika mengangguk setuju dengan perkataan Mazaya."Ternyata kalian nih sudah saling kenal ya." ucap Sergio tiba-tiba.
"Iya om, saya sama Hanshika udah saling kenal dari beberapa hari lalu. Mazaya ketemu sama temen dan ada Hanshika juga, dari situ kami kenalan deh"
"Oh begitu ya, kebetulan dong berarti. Padahal baru aja saya mau kenalin kamu sama Aika. Ada yang mau saya bicarakan juga nanti."
Mazaya mengangguk paham mendengarnya."Oh iya om, Om selama ini gimana kabarnya selama di Singapure? Ada yang mau dibantu nggak om kalo soal pekerjaannya?" canda Mazaya pada Sergio.
"Haha kamu ini dari dulu suka bercanda ya. Om selama ini baik-baik aja kok disana. Kalo soal pekerjaan, ya semuanya jalan lancar lah. Ini saya lagi balik ke jakarta karna mau ketemu Aika, udah berbulan-bulan saya ninggalin dia, kasian. Oh iya, orangtua kamu gimana di Bellingham?"
"Ayah ibu baik-baik aja om disana. Mereka lagi bucin masa tua, nggak mau diganggu sama Mazaya. Katanya mereka juga mau ke indo tapi akhir tahun, masih lama. Padahal Mazaya kangen sama mereka." Ucap lesu Mazaya, ucapannya itu dibalas dengan tertawa kecil dari Sergio.
"Astaga, mereka ini kayaknya sudah lupa kalau punya kamu. Nanti biar om marahin ayah kamu, kebanyakan bucin tuh nggak baik juga. Kasian anaknya disini sendirian." Ucap Sergio dengan nada candanya sukses membuat Mazaya tertawa. Tetapi sedari tadi, seorang gadis muda disamping Sergio ini nampak bingung, soalnya sang ayah terlihat dekat dengan Mazaya beserta keluarga. Sergio yang sadar dengan sang anak yang masih tertawa jaim dan terlihat bingung itu, ia membuka suara kembali.
"Aika, kalau kamu belum tau, papa sama ayahnya Mazaya ini dulu dapet julukan dua sejoli saat jadi mahasiswa kampus. Kami berdua dulu sama-sama mahasiswa fakultas manajemen bisnis. Kami awalnya kenal dari organisasi. Pak Damar namanya. Dia seniornya papa. Papa juga sudah kenal Mazaya dari dia SMA, kan kamu dulu SMA nggak di Jakarta."
Penuturan dari sang ayah membuat Hanshika mengangguk, ia paham sekarang. Namun, satu pertanyaan tiba-tiba terlontar dari mulutnya."Terus papa kenapa ajak aku ikut dateng kesini? papa kemarin bilang mau ngomong sesuatu yaa tentang aku dan Aya? serius banget lagi ngomongnya."
Sekarang, suasana diruangan menjadi serius. Mazaya dan Hanshika yang penasaran akan jawaban Sergio selanjutnya.
"Soal itu, papa disini mau ngasih tau kalian. Papa nggak maksa ya, tapi papa berharap sama kalian. Berhubung juga kalian sudah saling kenal, menurut papa ini sepertinya takdir. Papa sama ayahnya Mazaya, dulu punya rencana mau menjodohkan anak kami masing-masing, yaitu kalian. Maaf ya kalau ini buat kalian berdua kaget. Tapi gak apa-apa, papa disini nggak maksa kalian berdua atas keputusan itu. Kalian punya pilihan. Mazaya, bilang ke saya kalau kamu tertarik atau tidak ya soal perjodohan ini." Final Sergio.
Ucapan singkat namun jelas itu diterima oleh Mazaya dan Hanshika. Keduanya terkejut bukan main. Bukankah ini sangat tiba-tiba? Mereka baru kenal beberapa hari lalu.
Mazaya dan Hanshika belum banyak mengetahui satu sama lain. Namun jika jujur dihati kecil Mazaya, ia merasa terkejut sekaligus senang. Bukankah ini takdir yang seolah mendukung dirinya? Setelah pertemuan ia dengan Hanshika sesaat waktu itu, yang membuat Mazaya menghadirkan perasaan suka dalam pandangan pertama.
Begitupun dengan Hanshika, semua ini terjadi begitu cepat untuknya. Hanshika sejujurnya juga senang, namun ia masih memiliki sedikit rasa ragu kalau menerimanya langsung begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight | Bbangsaz
Random"Ketemu sama kamu adalah kebahagiaan paling besar yang pernah aku rasakan, Aika."