Episode 3. Shankara : Hadiah

59 7 0
                                    

Hari yang seharusnya menjadi hari paling mengharukan sekaligus membahagiakan bagi Shankara maupun ayah dan bundanya malah berubah menjadi hari yang akan selalu ia ingat sebagai luka paling menyakitkan.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, kami selaku tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin..."

Shankara nyaris jatuh pingsan mendengar kalimat demi kalimat dokter di depannya. Untung saja salah satu perawat sigap membantunya kembali berdiri.

"Kami hanya bisa menyelamatkan bayinya. Ibu anda mengalami pendarahan hebat saat sampai di rumah sakit, kami terpaksa harus mengeluarkan bayinya meskipun prematur."

Sebentar?

Shankara tidak salah dengar, kan?

Bayi?

"A-apa maksudnya? Bunda saya melahirkan?"

Dokter itu mengangguk, "seorang bayi laki-laki."

Tuhan, Shankara tidak tahu harus bagaimana setelah ini.
.
.
.

Tidak pernah terpikirkan di dalam benaknya jika ia akan memiliki seorang adik di usia sematang ini.

Bayi?

Shankara ingin menyangkal tapi di depannya sekarang, tepatnya di dalam inkubator bening tersebut, ada seorang bayi kecil tengah tertidur lelap.

Inikah hadiah yang bunda maksud?

Shankara mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Ini terlalu cepat untuknya. Semuanya terlalu kacau di dalam kepalanya. Terlalu banyak hal menyakitkan yang terjadi hari ini.

"Permisi mas, anda harus mengurus administrasi untuk kepulangan kedua orangtua anda. Untuk bayinya disarankan agar tetap berada di rumah sakit sampai keadaannya membaik."

Bahkan Shankara tidak memiliki waktu untuk mencerna kejadian ini tenang. Seharusnya hari ini ia pulang, bukan malah mengantar orang tuanya berpulang.

- to be continued -

HadiahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang