1

1K 55 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 1

Olivia sengaja bermalas-malasan di atas ranjangnya hingga menjelang pukul delapan barulah menyeret tubuhnya keluar kamar dan di ambang pintu ia mengangkat kedua tangannya dan menggeliat dengan nikmat.

Gadis itu hampir terlonjak kaget karena melihat seseorang sedang terlentang di sofa dengan wajah ditutupi buku. Dengan hati-hati Olivia mendekati pria di atas sofa, ia membungkukkan badannya lalu mengambil buku itu dengan dan menatap wajah pria itu  dengan saksama.

Wajah pria itu halus dan lembut ditumbuhi bulu-bulu halus disekitar rahang dan dagunya. Alisnya dan rambutnya berwarna coklat, cukup tampan menurut Olivia. Namun, di mata Olivia  tak setampan yang dikatakan para mahasiswi di kampusnya.

Namun, tiba-tiba tangan kekar pria itu menarik tubuh Olivia hingga gadis itu terjatuh tepat di atas tubuh Derren.

“Derren, kau... kau?” kata Olivia gugup yang berada di pelukan Derren, sepupu sekaligus musuhnya sejak kecil.

 Derren justru mendekap erat tubuh Olivia. Kedua kakinya mengunci paha Olivia dan menggesek gesekkan sesuatu yang keras ke paha Olivia.

“Kau, Bajingan! Derren, kau melecehkanku!” Olivia berteriak dan meronta-ronta sebisanya.

"Salahkan dirimu sendiri memakai baju yang tidak senonoh," kekeh Derren tanpa melepaskan Olivia.

"Otakmu harus segera dicuci!" teriak Olivia seraya berusaha melepaskan diri.

“Jika kau menggunakan pakaian seperti ini lagi di rumahku, aku akan benar-benar menelanjangimu dan memerkosamu, Olivia,” kata Derren sambil melepaskan Olivia dari kungkungannya.

Olivia berdiri dan membenarkan pakaiannya yang berantakan sambil berkacak pinggang di depan Derren.

“You're an asshole!" makinya.

Gadis itu lalu mengambil buku yang terjatuh di lantai dan melemparkan buku itu hingga nyaris mengenai kepala Derren sementara Derren menyeringai jahat sembari memungut bukunya.

Sebenarnya Derren sedang membaca buku saat Olivia keluar dari kamarnya dan sengaja menutupi wajahnya dengan buku lalu berpura-pura tidur. Namun, tak disangka sepupunya mengambil buku yang menutupi wajahnya dan memandangi wajahnya dengan seksama.

 Derren membuka sedikit matanya dan mengintip ternyata pakaian yang dikenakan Olivia sangat seksi apalagi saat menundukkan tubuhnya. Kain di bagian dada Olivia otomatis menjuntai ke bawah. Ia bisa melihat dengan jelas payudara Olivia dan tiba-tiba hasrat kelaki-lakiannya bangkit kemudian entah pemikiran dari mana ia ingin menakuti Olivia.

Sementara Olivia sangat kesal dan kembali ke kamarnya, setelah  mandi dan mengganti pakaiannya, gadis itu pergi ke dapur untuk memasak sarapannya. Meskipun Olivia adalah gadis yang dimanjakan orangtuanya, tetapi ia memiliki hobi memasak dan membuat aneka kue seperti ibunya. Jadi, ketika harus tinggal  di London untuk menimba ilmu, ia tidak kesulitan untuk mengurus dirinya sendiri.

Olivia mulai memakan sarapannya. Tiba tiba Derren mendekatinya yang sedang duduk di meja makan dan mengambil piring di depan Olivia.

“Derren, kembalikan!” sungut Olivia, tetapi Derren justru dengan santai melahap pancake buatannya.

“Tidak buruk, Olivia. Kau pandai juga. Aku kira gadis manja sepertimu tidak bisa membuat makanan.” Dengan santai Derren terus menyuap dan mengunyah lalu meletakkan piring setelah keseluruhan isinya berada di dalam perut Derren.

“Derren, you're shamless!” desis Olivia yang merasa hari pertamanya tinggal di London bersama sepupunya menjadi sangat buruk.

“Kau tinggal di sini gratis. Seharusnya kau harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak untukku,” kata Derren.

“Nanti saat Tante Livia datang akan aku laporkan semua perbuatanmu padaku," geram Olivia.

Kemudian Olivia menggebrakkan tangannya di meja makan dan meninggalkan Derren yang tersenyum penuh kemenangan. Entahlah sudah berapa ratus kali ia membuat Olivia marah dan menangis sejak mereka kecil hingga mereka sama-sama tumbuh dewasa meskipun hanya sekali atau dua kali dalam satu tahun mereka berjumpa, tetapi itu cukup membuat Derren memiliki waktu untuk membuat Oliva selalu berakhir menangis karena  kesal dan bagi Derren hal seperti itu membuatnya sangat bahagia.

Storm of Love 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang