Chapter 16
Olivia hanya mengenakan setelan celana pendek dan crop hoodie berwarna pink. Ia bahkan tidak menggunakan bra. Ia juga mengenakan sandal rumah dengan kepala kelinci berwarna pink. Ketika sampai di lobi asrama, ia terkejut karena yang datang ternyata bukan Jonathan melainkan Derren.
"Dasar licik," batinnya.
Olivia langsung berubah ekspresi dengan cemberut.
“Ayo pulang!” kata Derren langsung sambil menatap Olivia dari ujung kepala hingga kaki.
"Imutnya," batin Derren.
“Tidak, aku ingin tidur di sini.”
“Kau ingin masak makanan Indonesia, bukan?”
“Tidak. Aku telah kehilangan mood.”
“Tapi aku ingin makan masakanmu malam ini,” kata Derren dengan tatapan memohon.
Olivia tidak menjawab.
“Maaf! Aku tadi lupa menyalakan ponselku. Aku mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temanku di atap gedung.”
Mendengar pengakuan Derren, ekspresi wajah Olivia semakin gelap. "Pasti ada Merry di sana," batinnya. Perasaannya semakin terbakar kekesalan yang tidak biasa.
“Maaf!” kata Derren sambil membelai rambut Olivia. "Ayo pulang!”
Perasaan kesal Olivia seketika lenyap. Hatinya luluh hanya karena mendengar perkataan Derren yang lembut.
“Aku harus mengambil ponsel dan dompet.”
“Minta tolong teman sekamarmu mengantar ke sini.” Derren takut Olivia menipunya dan tidak kembali lagi.
“Tidak Derren. Miranda sedang sibuk.”
“Lima menit saja waktumu, ambillah!”
Olivia mengangguk dan segera menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 3.
Derren benar-benar kejam. Ia hanya memberi waktu 5 menit. Olivia sedikit kesal. Namun, tetap saja ia menuruti Derren dengan setengah berlari.
“Miranda, aku akan pulang ke apartemenku,” kata Olivia sambil menyambar ponsel dan tasnya.
“Oke, sampai jumpa!” Miranda tersenyum melihat tingkah Olivia yang cepat sekali berubah moodnya. Mereka telah saling mengenal selama satu tahun. Sifat manja Olivia membuat Miranda merasa nyaman dan kadang terhibur.
“Jangan lagi mematikan ponselmu! Aku khawatir,” kata Derren setibanya mereka di dalam mobil.
“Kau juga mematikan ponselmu.” Olivia tidak mau kalah
“Iya aku salah. Maafkan aku! Tidak akan terjadi lagi.”
"Derren meminta maaf padaku? Aku tidak sedang bermimpi, bukan?" batin Olivia.
Mereka tiba disebuah swalayan yang khusus menjual bahan masakan dari Asia. Ketika Olivia hendak turun, Derren menarik pergelangan tangan Olivia.
“Pakaianmu terlalu mini,” kata Derren. Ia melepaskan jaket yang dikenakannya dan memakaikan pada Olivia. Napas Derren sangat dekat menyapu wajahnya. Tubuhnya menjadi kaku seketika dan jantungnya terasa hampir melompat dari rongga dadanya. Mereka kemudian berbelanja banyak bahan makanan dan berbagai bumbu dapur.
Sambil memasak Olivia dan Derren saling melempar canda tawa ringan yang membuat Olivia sering merengek manja pada Derren. Dulu jika Olivia merengek, Derren akan membuat Olivia semakin merengek hingga menangis atau marah. Namun, kali ini jika Olivia merengek, Derren berhenti menggoda. Ia hanya tertawa ringan atau mengacak-acak rambut di kepala Olivia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Storm of Love 21+
RomanceZona panas 21++++!!! Cerita dewasa! "Olivia, dengarkan penjelasanku" kata Derren sambil mendekati Olivia "Jangan mendekat" kata Olivia dinginsaraya menggelengkan kepalanya pelan. "Olivia, aku bisa jelaskan, oke? Mari bicara baik-baik, bujuk Derren. ...