Chapter 5Paginya Olivia terbangun dan teringat tugas yang diberikan Derren. Jadi, ia berniat menanyakan pada Derren kapan mereka akan kembali ke London. Setelah mereka selesai sarapan Olivia memasuki kamar Derren yang dipenuhi dengan rak buku. Kamar yang sangat membosankan, membosankan seperti penghuninya yang berhati dingin.
"Derren, kapan kita akan kembali ke London?" tanya Olivia dengan ekspresi merengut.
"Kenapa?" tanya Derren yang sedang membaca buku tanpa menoleh.
"Aku harus mengerjakan tugasku."
"Kau bisa mengerjakan di sini. Lagi pula tugas itu hanya perlu dikirim melalui email pada dosen."
"Tidak bisa. Aku tidak membawa bukunya."
"Meskipun kau membawa bukunya aku yakin kau tidak mengerti. Kau melamun sepanjang mata kuliah."
"Jadi, kau memperhatikanku?"
"Aku memperhatikan semua yang berada di ruangan itu, bukan hanya kau," ujarnya masih tidak menoleh.
"Kurasa aku akan kembali ke London lebih dulu," kata Olivia sambil berbalik hendak meninggalkan Derren.
Derren meletakkan bukunya. "Aku memiliki salinan materinya, jika kau mau aku bisa meminjamimu."
"Kau akan meminta imbalan, bukan?" Olivia berbalik menghadap Derren.
"Tentu. Tidak ada yang gratis di muka bumi ini, Olivia," kata Derren sambil memutar kursinya menghadap Olivia.
"Kau!" Olivia membelalakkan mata galaknya pada Derren.
Derren tersenyum penuh kelicikan.
"Aku lebih baik kembali ke London dari pada diperalat olehmu." Olivia emosi dan berkacak pinggang.
"Terserah kau saja, tapi aku yakin kau tidak bisa mengerjakan tugas itu tanpa bimbinganku."
"Aku bisa mengerjakannya!"
"Aku tidak percaya," kata Derren dengan nada sinis.
"Aku bisa bertanya pada teman-teman di kelasku."
"Jangan membantahku, Olivia! Kerjakan di sini!" kata Derren dengan nada tidak senang. "Aku akan membantumu dan aku tidak akan meminta imbalan."
"Baiklah. Aku akan mengerjakan di sini dan kupegang kata-katamu yang tidak meminta imbalan." Olivia menjentikkan jarinya di depan wajah Derren penuh semangat.
Derren mengambil sebuah buku, flashdisk, dan mengulurkannya pada Olivia. "Baca dan pahami resume ini. Masukkan ke sini! Aku akan memeriksanya nanti."
Olivia segera menyambar kedua benda itu dan meninggalkan Derren lalu mulai membaca buku di kamar Keiko.
Sudah tiga hari Olivia berkutat dengan buku dan Macbook-nya. Akhirnya Olivia menyelesaikannya sebelum malam tahun baru.
"Aku telah mengerjakannya," kata Olivia sambil meletakkan buku dan flashdisk di atas meja Derren. "Tolong kau periksa, sepupuku yang baik!"
Derren hanya diam sambil meraih kedua benda di atas mejanya dan memasukkan ke dalam laci seperti membuang benda yang tidak dibutuhkan.
"Terima kasih kerja samanya, Olivia-chan," kata Derren dengan wajah bahagia.
"Aku bukan anak kecil!" kata Olivia malas sambil berlalu dari kamar Derren.
Karena tidak ada yang dikerjakan, Keiko mengajak Olivia untuk bermain alat musik. Kedua gadis itu memasuki sebuah ruangan dimana piano, biola, gitar, dan cello milik Keiko berada.
Olivia mulai memainkan piano, sedangkan Keiko mulai menggesek biolanya dan mereka saling menyeimbangkan nada. Olivia dapat bermain piano, tetapi itu hanya keisengan bukan hobi maupun bakat. Ia pernah les piano saat umurnya masih sangat muda dan biasanya ia memainkan piano di saat memiliki waktu luang sebelum ia pindah ke London.
Jonathan yang kebetulan melewati ruangan itu mendengar suara musik, bergegas pria itu membuka pintu studio dengan hati-hati dan saat mendapati Olivia sedang bermain piano dan Keiko mengiringinya dengan biola, ia segera masuk dan merekam aktifitas kedua gadis itu.
Olivia menghentikan permainan pianonya dan mengajak Jonathan menyanyikan beberapa lagu.
Mereka juga menyanyikan lagu berjudul Perfect versi Beyonce feat Ed sheeran.
Keiko mengiringi dengan pianonya. Jonathan masih merekam aksi mereka bertiga dengan ponsel pintarnya dan berniat akan mengunggah ke media sosialnya.
"Suara Kak Olivia sangat indah. Kenapa kau tidak menekuni bidang tarik suara?" tanya Keiko setelah mereka menyelesaikan satu lagu.
"Aku tidak percaya diri di atas panggung," kata Olivia sambil menyeringai. "Dan aku hanya ingin menjadi dokter spesialis anak."
"Kenapa kau ingin menjadi dokter spesialis anak?" tanya Jonathan.
"Anak-anak sangat menggemaskan, bukan?" kata Olivia dan Keiko mengangguk. "Keiko, apa kau yakin ingin menjadi musisi?"
"Aku belum tahu, tapi untuk saat ini aku sangat mencintai musik," jawab Keiko tanpa berpikir panjang.
"Dan aku adalah fans pertama Kei Chan setiap kali dia bermain musik," kata Jonathan sambil mengacak-acak rambut adiknya.
"Kak Joe, aku sangat menyayangimu," kata Keiko penuh semangat. Ia memeluk pinggang kakaknya, pria paling dekat dengannya setelah Naoki, ayahnya.
"Kalau begitu aku fans nomer dua Keiko," kata Olivia tidak kalah bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Storm of Love 21+
RomanceZona panas 21++++!!! Cerita dewasa! "Olivia, dengarkan penjelasanku" kata Derren sambil mendekati Olivia "Jangan mendekat" kata Olivia dinginsaraya menggelengkan kepalanya pelan. "Olivia, aku bisa jelaskan, oke? Mari bicara baik-baik, bujuk Derren. ...