[18]

953 169 22
                                    

"ya, seperti matamu" ucap Steven sembari menyingkirkan poni selano yang memanjakan menutupi matanya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"ya, seperti matamu" ucap Steven sembari menyingkirkan poni selano yang memanjakan menutupi matanya itu.

bruk

selano terduduk ia menghindar dari sentuhan Steven, matanya yang berbeda memang selalu di tutupi oleh poni maupun softlens, karena hari ini yang lain sedang sibuk jadi ia tak ada yang membantu memasangkan softlens, lagi pula hanya di rumah.

"jangan takut, aku hanya memuji dan tak akan menyakitimu" selano mengangguk pelan, tak mundur ketika Steven mendekatinya dan menyingkirkan poninya lagi.

selano tak mengerti arti pandangan itu, tangan Steven yang mengusap kelopak matanya pelan, selano rak risih lagipula hampir semua orang sering memperlakukannya seperti itu, seperti mengusap rambut atau mencubit pipinya.

setelah itu selano bangkit, mengobrak Abrik lalu mengeluarkan cat warna dan buku gambar, mereka berbaring di karpet dengan posisi telungkup sembari mewarnai, Steven mengikuti kegiatan selano, mereka mulai mewarnai.

Steven duduk mengeluarkan bungkusan dari sakunya, suara itu membuat selano menoleh.

"wahh, apa itu ? cantik sekali" selano menatap benda di tangan Steven dengan berbinar.

"permen, ambil " Steven memberikan beberapa ke tangan selano, anak itu antusias memakannya.

"lagiii" walau di tangannya masih ada ia ingin lagi, ingin yang warna pink karena rasanya berbeda-beda dan pink terasa seperti strawberry.

"tak boleh, hanya boleh tiga dalam sehari, aku akan memberikannya padamu setiap harinya jika kau ingin kau bisa datang dan memintanya padaku" bungkusan permen itu ia masukkan lagi ke dalam saku.

selano mencebik namun ia mengangguk paham, kakaknya yang lain juga sering membatasinya mengonsumsi permen.

"aku akan keluar sebentar mengambil air" Steven berdiri keluar dari kamar, ucapannya di anggukki oleh selano yang mengusap pelan matanya yang terasa berat.

Steven benar-benar mengambil air, lalu mendekati pemuda - pemuda yang duduk di depan televisi.

"selano tertidur, kurasa kalian lebih baik pulang selano sendiri yang meminta kalian untuk pulang sebelum tertidur tadi" orang-orang itu tersentak mendengar suara Steven yang berat.

para pemuda itu saling pandang, mereka memang di tugaskan untuk menjaga hari ini, mereka juga sebenarnya ada kegiatan masing-masing, namun selano anak itu rasanya tak bisa di tinggal sendirian.

semuanya memiliki pemikiran yang sama, siapa yang akan meninggalkan anak yang setiap makan selalu tersedak itu sendirian.

"biar aku menghubungi Liam, kau periksa apa selano benar-benar tertidur" Taka yang bersuara mengambil handphonenya yang ada di atas meja lalu melangkah keluar.

Steven pergi ke kamar lagi, di ikuti teman Taka tadi, membuka pintu kamar pelan dan benar saja mendapati selano yang tertidur di atas karpet tebal itu sembari memegang krayon.

Steven menahan lengan pemuda yang ingin memasukki kamar itu.

"aku yang akan memindahkannya nanti" pemuda itu menatap Steven dengan tatapan menyelidik namun ia menurut dan pergi kembali ke ruang tengah, di ikuti dengan Steven yang telah meletakkan gelas tadi di atas nakas.

suara samar-samar percakapan Taka dapat di dengar oleh mereka.

"baiklah, ya temannya"

"...."

"baik kurasa, daripada selano sendirian bagaimana jika di titipkan saja pada anak itu"

"...."

"bukan begitu, anak itu yang tinggal di sini untuk menemani selano ya lagipula mereka sekelas selano akan ada teman untuk pergi ke sekolah "

"...."

"ren sendiri yang bilang jika selano langsung mengenali anak itu"

"....."

"baiklah, cepatlah pulang tak nyaman rasanya meninggalkan selano sendiri di sini"

setelah itu Taka mematikan panggilannya dan memandang Steven.

"kau jika tak keberatan tinggalkanlah di sini, untuk beberapa hari kedepan"

"tentu" Steven mengangguk mengikuti mereka yang keluar dari rumah, menutup pintu rumah begitu semua orang telah pergi, ada orang yang berjaga namun hanya di luar rumah dan gerbang depan.

lagipula hari sekarang sudah menjelang sore, Steven kembali melangkahkan masuk ke dalam kamar selano, mengangkat tubuh anak itu dengan mudah, mendudukkan selano di pangkuannya sedangkan ia duduk di pinggiran kasur.

"lain kali jangan mengonsumsi apapun dari orang yang baru kau kenal, bocah" Steven menatap selano dengan tajam, kepala anak itu berada di telapak tangannya yang lebih sementara itu sibuk memandangi wajah selano yang tertidur dengan nyenyak, tentu saja nyenyak anak itu mengonsumsi permen tadi sekali tiga.

mana yang seharusnya mengonsumsi dua saja sudah dapat menidurkan orang sampai lima jam.

kangen buat cerita yang karakternya ga waras kaya gini, permennya masih sisa banyak sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

kangen buat cerita yang karakternya ga waras kaya gini, permennya masih sisa banyak sekali.

jangan hujat aku pls 😓

 BABY ANO Where stories live. Discover now