Hi guys
Jangan lupa vote dan komen
Share cerita ini ke temen kalian 😁
Terima kasih dan selamat membaca.
Di salah satu rumah mewah dan megah, dengan desain interior yang mahal di setiap sudut ruangan.
Pilar pilar tinggi yang kokoh menopang dengan gagah nya.
Warna gold bercampur cream mendominasi rumah yang memiliki lampu kristal yang menjuntai dari lantai tiga kebawah. Ada tangga yang melingkar di tengah tengah ruangan memberikan kesah kemegahan.
Seorang wanita paruh baya baru saja masuk dan langsung di sambut beberapa maid yang membawakan barang barang bawaan wanita itu.
Dia nyonya besar Kim, pemilik perusahaan terbesar di Korea dan rumah megah itu. Nama nya selalu hadir bersama sang putra yang saat ini menggantikan kepemimpinan nya di perusahaan di setiap majalah bisnis. Siapa yang tidak kenal dengan cucu penerus perusahaan Kim. Yang selalu jadi buah bibir di kalangan wanita wanita single yang menjadikan nya sebagai tolak ukur kriteria pasangan hidup. Meskipun hal itu amat tidak mungkin bagi kalangan biasa, karena status sosial yang terlalu ketara. Apa lagi sekelas cucu penerus perusahaan terbesar di Korea. Mereka juga akan memilih dan menyeleksi siapa yang pantas untuk jadi menantu yang akan melahirkan penerus selanjut nya.
"Nyonya, teh jasmin dengan cookies gluten sudah di siapkan di taman belakang" ucap salah satu maid dengan seragam nya.
Hanya anggukan yang wanita itu berikan. Setelah nya wanita itu langsung menuju taman belakang rumah mewah itu.
Terdapat taman bunga dari berbagai jenis. Yang sengaja di tanam dan tumbuh subur. Dan hampir semua jenis bunga dari berbagai negara ada di sana.
Wanita itu duduk di kursi taman yang nyaman. Ada meja kecil bundar di sisi nya yang sudah terisi teh dan camilan yang sehat.
Wanita itu tersenyum saat menyeruput teh nya dan memandangi bunga bunga yang berhasil bermekaran di taman nya.
"Permisi nyonya. Sekertaris Jung sudah tiba"
"Suruh dia ke taman"
"Baik nyonya. Saya permisi"
Wanita itu kembali menyesap teh yang menjadi minuman kesukaan nya.
"Nyonya. Anda memanggil saya?" Ucap sekertaris Jung.
"Bagaimana perkembangan penyelidikan wanita simpanan cucu ku itu? Apa masih belum ketemu?"
"Belum nyonya. Maafkan saya karena lambat dalam menangani kasus ini"
"Tadi. Saat aku berbelanja buku untuk panti asuhan aku bertemu dengan seorang anak remaja laki laki. Kau tau Jung, aku melihat cucu ku di mata anak laki laki itu. Apa mungkin dia cicitku?"
"Dimana anda bertemu dengan anak remaja itu nyonya?"
"Kalau tidak salah, dia bersekolah di SMA Sekang. Aku mau kau menyelidiki anak laki laki itu. Entah bagaimana aku punya firasat dia cicit ku"
"Baik nyonya. Saya akan laporkan apa pun yang saya dapatkan. Saya permisi dulu"
Wanita itu kembali menyesap teh nya dan menatap bunga bunga yang sedang di hinggapi kupu kupu. Wajah nya datar. Mata nya tajam, meski sudah berusia lebih dari setengah abad lebih tapi ketegasan dan karisma nya tidak luntur sedikit pun. Siapa pun akan merasa takut atau segan saat berhadapan dengan nya. Dia wanita yang punya power untuk menundukan lawan bicara nya.
"Andai saja waktu bisa ku putar. Mungkin saja kau masih tetap hadir di sisi ku"
Meski terlihat tegas tapi jauh di dalam mata wanita yang di panggil nyonya itu terlihat pancaran kesedihan. Ada penyesalan yang tidak bisa di ungkapkan dan terbaca dari mata yang sudah tidak lagi awas dalam melihat. Tapi hanya dalam sekali lihat nyonya besar Kim bisa tau mana lawan dan mana kawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty
Fiksi Penggemar21+ usia bukan lah halangan untuk kembali merasakan menggebu nya rasa yang selalu di identikan dengan anak anak remaja atau mereka yang masih berusia muda. karena untuk merasakan rasa itu hanya cukup memiliki hati dan tidak dengan usia.