Seperti biasanya pekerjaan seorang dokter, Davin menjalani pekerjaannya dengan sepenuh hati walaupun banyak orang yang tidak percaya pada dirinya. Hari ini dia tidak memiliki jadwal operasi jadi dia sedikit lebih santai, hanya perlu menyelesaikan beberapa berkas milik pasiennya.
"Ibu ini nanti lukanya tinggal dibersihkan saja ya setiap hari dan ini saya berikan resep untuk obatnya bisa diambil dibagian apotek."
"Baik dok saya paham, terima kasih untuk pelayanannya saya permisi."
"Silahkan semoga cepat sembuh."
Akhirnya satu orang keluar lagi Davin melihat kembali daftar pasiennya hari ini dan ternyata full sampai jam tiga nanti.
Kiriman makanan untuk dirinya sudah sampai akan tetapi dia belum sempat menyentuhnya hanya bisa memandangi dengan wajah pasrah, mungkin dia tidak akan memakannya tepat saat jam makan siang masih banyak yang harus dia kerjakan sekarang ini.
"Nggak makan siang?" Tanya Jayen dia memunculkan setengah badannya.
"Nanti masih tanggung." Jawabnya sambil fokus pada komputer didepannya.
"Gimana pasien mau percaya, dokternya aja makanya nggak teratur."
Yang tadinya tidak mau berlama-lama Jayen malah menghampiri Davin yang masih fokus bekerja.
"Eh? Udah ada makanan ternyata, pantesan santai. Dari siapa?"
"Jangan dibuka!" Davin menepis tangan Jayen yang tiba-tiba saja akan menyentuh makanannya.
"Ohhh dari Kirana, pelit amat."
"Udah sana katanya mau cari makan."
"Dih, ya sudahlah mau cari makan dulu semangat bekerja pak dokter, fighting!" Jayen akhirnya berjalan keluar, sebelum benar-benar meninggalkan ruangan dia sempat menyemangati Davin dengan mengepalkan kedua tangannya.
Di rumah sakit ini tidak banyak yang tahu kalau Davin mempunyai kekasih hanya rekan yang dekat dengan dia saja yang tau, karena beberapa kali Jayen membicarakannya. Begitu pula sebaliknya mereka yang tidak tahu dengan terang terangan mendekati Davin untuk mendapatkan perhatiannya, Davin tidak ambil pusing dengan itu dia hanya perlu tidak peduli dan menganggapnya sebatas rekan kerja.
Terdengar suara pintu ruang kerja Davin diketuk.
"Dokter, nggak makan siang?"
Dia Sarah dokter gigi, dia salah satu orang yang selalu mencoba mendekati Davin. Tidak setiap hari, jika waktunya tepat dia akan datang dan mengajaknya makan bersama.
"Saya sudah makan tadi."
"Iyakah? Kata dokter Jayen dokter nolak ajakan dia makan."
"Iya memang saya nolak, soalnya saya sudah makan barusan."
"Mmm begitu, okedeh saya permisi dulu." Sarah melirik pada kotak makan yang ada disebelah Davin.
Begitulah sejauh ini cuma Sarah yang berani mendatangi Davin terang terangan mengajak dia makan bersama, dan itu sangat-sangat Davin hindari agar tidak menjadi rumor dia ingin pekerjaannya tidak dicampuri dengan rumor-rumor tidak penting. Ada hati yang harus dia jaga
Waktu terus berjalan dan jam istirahat telah selesai kini para staf perawat dan dokter mulai pekerjaan mereka kembali.
Davin hampir selesai dengan pekerjaannya setelah selama dua jam berada di ruangannya, dia hanya sesekali pergi keluar untuk mengambil air dan setelah itu kembali lagi. Hari ini Davin benar-benar bekerja keras, sampai dia lupa makanan yang dibelikan untuknya dari Kirana.
"Akhirnya selesai, tadi pasien terakhir kan?" Dia bertanya kepada perawat yang membantunya.
"Iya dok, sepertinya hari ini dokter bekerja sangat keras." Dia berkata begitu karena melihat Davin yang melakukan peregangan otot tangan dan leher.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Goodbye
FanfictionKisah cinta yang dimulai dua tahun lalu kini masih berlanjut, hubungan layaknya sepasang kekasih masih dilakukan setiap hari. Suatu hari Kirana merasa ada yang salah dengan hubungannya, semakin dia pikirkan dia tidak tahu jawabannya bahkan saat dia...