3

217 40 6
                                    

"Lantas bagaimana dengan perasaanmu, Jaehyuk?"

Dan tidak ada jawaban. Setelahnya Jaehyuk memilih bangkit dari kursinya dan mengembalikan buku yang ia ambil. 

Jaehyuk mengambil tasnya. Ia akan pergi.

Dan Jeongwoo hanya diam menatap semua pergerakan Jaehyuk. Apakah ia langsung tertolak?

Cukup menyakitkan rasanya.

"Jeongwoo"

"Mn?" balas Jeongwoo dengan gumaman tanpa melihat kearah Jaehyuk yang sudah berdiri disampingnya.

"Apa kamu tertarik untuk pergi keluar denganku?"

Hah?

.          .           .               .            .

Jeongwoo menatap Jaehyuk yang tengah menyimpan tasnya di pojokan bangku. 

Keduanya ada dihalaman kampus mereka sendiri. 

Derasnya hujan mengguyur halaman yang penuh rumput hijau ini terasa tenggelam oleh air. Angin yang cukup kencang tidak menciutkan tekad seorang Jaehyuk.

Untuk bermain di bawah guyuran hujan.

"Letakkan tasmu disebelah tasku. Dan jangan lupakan lepas hoodie hitam-mu itu" kata Jaehyuk.

Jeongwoo hanya diam dan menuruti segala perkataan Jaehyuk. Meskipun ia cukup bingung.

Jaehyuk kemudian berdiri disebelah Jeongwoo kemudian menggelengkan kepalanya saat melihat kearah bawah.

"Teman, sepatumu sangat mahal. Dan aku tau kamu sangat kaya. Apakah kamu mau membelikan aku sepatu sepertimu juga?"

Hah?

Jeongwoo kemudian ikut menatap sepatunya dan,

"Kapan kamu melepaskan sepatumu?" tanya Jeongwoo yang baru menyadari bahwa Jaehyuk sudah bertelanjang kaki.

"Sejak kamu melamun. Apakah kamu memikirkan tugas kuliahmu sampai melamun?" tanya Jaehyuk.

Jeongwoo menggeleng sembari melepas sepatunya, "Aku Park Jeongwoo Ekonomi Bisnis kelas 1, sudah pasti tugas tidaklah ada apa-apanya"

"Kamu sangat sombong. Tapi itu bagus, pertahankan"

Jeongwoo kemudian hanya mengacungkan jempolnya.

"Jadi apa yang akan kita lakukan? Hujan-hujanan bersama, Jae?"

Jaehyuk terkekeh pelan dengan menatap hamparan rumput yang terguyur hujan deras. 

Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore lebih. Kampus sudah mulai sepi di fakultasnya.

"Aku yang akan bermain hujan"

"Dan kamu tetaplah disini" kata Jaehyuk. Mengundang kebingungan dari Jeongwoo.

Apa maksudnya? Lalu untuk apa semua persiapan yang sudah Jeongwoo lakukan tadi?

"Hei, aku kira kamu akan mengajakku bermain hujan. Untuk apa aku hanya diam disini memperhatikanmu?"

Jaehyuk menoleh dan mengangkat kedua alisnya. Untuk meminta penjelasan lebih.

Jeongwoo seketika sedikit gugup. Apakah perkataannya ada yang salah?

"O-oh maksudku. Bukannya aku tidak suka memperhatikanmu. Hanya saja, bukankah lebih menyenangkan ketika kita bisa bermain bersama, Jaehyuk?"

Barulah Jaehyuk tersenyum tipis.

"Jeo, dengar. Aku tidak akan mengajakmu untuk bermain hujan denganku"

Jaehyuk melangkahkan kakinya. Mulai merasakan guyuran hujan yang dingin. Membuat hatinya semakin membeku.

Jaehyuk menyisir rambut coklatnya yang mulai seluruhnya basah kebelakang dengan jemarinya.

"Hatimu, Jeo. Hatimu yang akan mendorongmu untuk ikut denganku dibawah guyuran hujan"

Jeongwoo masih mencoba mencerna kearah mana Jaehyuk tengah membawa pembicaraan mereka.

"Park Jeongwoo. Kamu sama sekali tidak mengenalku. Dan kamu mungkin saat ini merasa memiliki perasaan untukku"

"Pikirkanlah dengan benar. Aku bukanlah seseorang yang bisa kamu ajak untuk bersenang-senang didunia ini"

"Hidupku sangat berbeda, Jeongwoo"

Jeongwoo mencoba terus menatap mata kelam Jaehyuk yang terhalang guyuran hujan.

"Sekali kamu masuk ke dalam hidupku-"

"Maka akan aku sembunyikan dirimu hanya untukku dibalik derasnya hujan"

Setelahnya Jaehyuk menampilkan senyum lebarnya. Membuat Jeongwoo tertegun. Sangat tertegun.

Untuk pertama kalinya Jeongwoo melihat senyum yang berbeda seperti itu dari Jaehyuk. Bahkan setelah satu tahun lamanya Jeongwoo beberapa kali memperhatikan Jaehyuk.

Senyum Jaehyuk-

Sangatlah indah.

Mata Jeongwoo mengikuti arah pergerakan Jaehyuk yang semakin menjauh darinya. Berlari kecil menuju tengah halaman.

Dengan tangannya yang ia ayunkan ke berbagai arah.

Dan jangan lupakan bahasa tubuh Jaehyuk yang sangat menikmati setiap tetesan hujan yang mengenai tubuhnya.

'Apakah kamu sangat menyukai hujan, Yoon Jaehyuk?'

Di lain sisi.

Jaehyuk terus mengayunkan kearah manapun tangannya ingin bergerak. Jaehyuk seolah menari dibawah guyuran air.

Suara rintisan hujan dan gemuruh kecil dari langit mampu membuat Jaehyuk merasa tenang. Ia tidak sendirian.

Semesta tengah menemaninya. Semesta tidak membuatnya merasa sendiri dengan pikiran kalutnya.

Hujan memeluk erat tubuh Jaehyuk dengan eratnya. Sapuan angin membelai tubuhnya dengan halus. Gemuruh petir seolah menjadi nyanyian merdu untuk didengarkan oleh Jaehyuk.

"Aku menyerahkan seluruh hidupku pada-Mu"

"Aku menerima semua takdirmu dengan semua rasa sakit yang aku punya"

"Tuhan semesta alam. Aku bersujud padamu melalui hidupku yang tak pernah ku biarkan menyerah"

Jaehyuk menikmati waktunya bersama hujan. 

Jaehyuk mendongakan wajahnya. Membiarkan hujan semakin masuk kedalam kulitnya. Angin yang terus menyergap.

Sampai,

"Dan biarkan anak adam sepertiku mencintai hamba-Mu, Tuhan semesta alam"

"Aku menyerahkan hidupku untuknya"

Suara berat itu seolah berbisik dengan tegas ditelinganya. Bersamaan dengan rengkuhan lembut dipinggangnya.

Park Jeongwoo, memeluk Yoon Jaehyuk dibawah guyuran hujan yang semakin lebat.

Jaehyuk kemudian membuka matanya. Menatap seseorang yang tengah berdiri didepannya dengan jarak yang cukup dekat.

"Jeo" lirih Jaehyuk.

Membuat senyum tulus dari bibir Jeongwoo muncul.

"Terimakasih sudah memberikan hatiku pilihan"

"Aku sempat ragu dan takut karna kata-katamu"

Tangan besar Jeongwoo meraih sisi wajah Jaehyuk dan mengusapnya pelan.

"Tapi melihatmu bersama duniamu lebih membuatku jatuh semakin dalam"

Jaehyuk masih terus mengunci mulutnya. Ia belum membalas semua perkataan Jeongwoo.

"Kamu tidak perlu mempercayai perkataanku, Jaehyuk"

"Tapi biarkan aku memberitahumu. Bahwa kamu tidak perlu menyembunyikanku dibalik hujan-"

"Karena mulai saat ini, aku milikmu sepenuhnya"


OUR RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang