6

155 23 1
                                    

Jeongwoo tidak bisa untuk berhenti tersenyum setelah bertemu dengan Jaehyuk. Untuk kesekian kalinya.

Setelah hari Jaehyuk pergi memancing itu, hubungan keduanya menjadi lebih dekat dan menyenangkan. Sangat. Sampai-sampai seperti ini, Jeongwoo yang kesulitan untuk menyembunyikan senyumnya.

Jeongwoo baru saja mengantarkan Jaehyuk pulang ke rumah. 

Prang!

Jeongwoo langsung menoleh kearah ruang tv. Dimana tempat itu selalu saja Jeongwoo lewati ketika ia akan pergi ke kamarnya.

"Berhentilah mabuk" kata Jeongwoo sekenanya. Namun,

"Jeongwoo, sayang. Kemarilah" kata ayahnya. Benar, ayah Jeongwoo.

Seorang pemabuk.

Jeongwoo sebenarnya enggan untuk melayani ayahnya ketika ia menjadi pemabuk seperti sekarang. Tapi jika tidak ia turuti,

Prang!

"Jeongwoo, kemari anakku!" ayahnya akan semakin menggila.

Jeongwoo menghela nafas dan akhirnya berjalan mendekat. Ia menendang pelan pecahan botol alkohol itu agar menyingkir dari kakinya.

Ayah Jeongwoo langsung saja meraih pundak Jeongwoo. Kemudian menyandarkan kepalanya pada dada anak laki-laki sulungnya.

Jeongwoo hanya diam. Namun tangan besarnya merengkuh tubuh ayahnya dan mengusap punggung lelaki yang usianya sudah melebihi 50 tahun itu.

Tidak lama kemudian, suara isak tangis yang cukup lirih terdengar.

"Seandainya saja waktu itu ayah tidak bertengkar dengan ibu, maka ibu tidak akan meninggal" 

Jeongwoo lagi-lagi hanya diam. Iya memilih mengunci mulutnya.

"Ayah sangat bodoh dan tidak berguna. Menjaga ibu saja ayah tidak mampu. Ayah hanya laki-laki tidak berguna" lirih ayahnya dengan semakin mengeratkan tangannya pada bahu Jeongwoo yang selalu ia paksakan untuk tegap dari 4 tahun lalu.

Benar, sudah 4 tahun lalu.

Semenjak kecelakan mobil yang dialami ayah dan ibunya. Yang merenggut nyawa ibunya. Dunianya. Dan separuh jiwa dari ayahnya.

Dulu, Jeongwoo saat menyukai melihat bagaimana ayahnya memperlakukan ibunya bagaikan wanita paling berharga didunia ini.

Tapi saat ibunya meninggal. Jiwa ayahnya juga ikut meninggal.

Ayahnya menjadi pemabuk di setiap tengah malam, dan menjadi lelaki tak kenal lelah setiap pagi hingga malam. Ayahnya menjadi gila kerja.

Namun malam yang sunyi tidak mampu menyembunyikan kesedihan yang mendalam meskipun 4 tahun berlalu.

Adiknya? Park Junghwan.

Menjadi pribadi yang murung dan enggan bersosial setelah kehilangan semuanya.

Jeongwoo. Hanya Jeongwoo yang mencoba untuk tetap waras ditengah suramnya dunianya sekarang. 

Rumah yang dulu penuh canda tawa sekarang berubah menjadi rumah yang berisik karena keheningan yang mendalam.

Tidak ada lagi kehangatan dari seorang ayah dan anak-anaknya.

Seolah-olah mereka bertiga hidup didunia yang berbeda. Itu sungguh menyiksa batin Jeongwoo.

.

.

.

"Boom!"

Jeongwoo lantas menoleh saat Jaehyuk menyusulnya. Ke perpustakan kampus.

"Kamu tidak terkejut?" tanya Jaehyuk kemudian ikut duduk dilantai bersama Jeongwoo.

OUR RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang