Harapan di Balik Cahaya Neon
Jakarta, tahun 2087. Kota ini memancarkan cahaya neon yang memukau dari setiap sudutnya. Di bawah langit malam yang berkilauan dengan awan buatan, gedung-gedung pencakar langit berkilau dengan lampu LED yang membentuk pola rumit, menjadikannya tampak seperti lukisan futuristik yang hidup. Alia, seorang remaja berusia sembilan belas tahun dengan rambut hitam legam dan mata yang penuh semangat, berdiri di tepi balkon rumahnya yang terletak di lantai dua puluh.
Di bawah, kerumunan manusia tampak seperti arus sungai yang bergerak cepat, dikelilingi oleh kendaraan terbang dan hologram iklan yang menari-nari di udara. Tapi bagi Alia, pemandangan ini tidak lebih dari latar belakang untuk pertempuran batinnya.
Di tangan kanan, dia memegang sebuah gadget berbentuk gelang yang dikenal sebagai "Simulasi Rencana Impian" atau SRI. Alat ini, sebuah inovasi terbaru dari teknologi imersi, dikembangkan untuk membantu orang mewujudkan impian mereka. Alia telah berlatih dengan alat ini selama berbulan-bulan, berharap dapat memasuki dunia yang sepenuhnya terbuat dari mimpi dan harapan.
Hari ini adalah hari terakhir batas waktu yang diberikan oleh akademi teknologi untuk mengajukan proyek final. Alia tahu bahwa keberhasilannya dalam proyek ini akan menentukan masa depannya—baik untuk masuk ke universitas terkemuka yang dia idam-idamkan atau kembali ke jalan yang penuh ketidakpastian. Tekanan di dadanya hampir tak tertahankan.
Ia menatap layar holografis di depan matanya, di mana simulasi dari rencana impian yang telah dia susun selama ini terpampang jelas. Dunia virtual ini diciptakan untuk menunjukkan bagaimana dia akan membuat perubahan besar dalam industri teknologi, namun masih ada satu elemen penting yang belum dia selesaikan.
Keringat dingin membasahi dahinya saat dia menyadari bahwa hanya ada satu langkah tersisa yang harus dia lakukan. Langkah ini—langkah terakhir—adalah bagian terpenting dari proyeknya, dan dia tidak dapat gagal. Jika berhasil, dia akan menunjukkan kepada dunia bahwa mimpi besar dapat menjadi kenyataan.
Tiba-tiba, bunyi pesan masuk terdengar dari gelang SRI-nya. Itu adalah notifikasi dari Dr. Adrian, mentor dan pelindungnya. Alia membuka pesan itu dengan cepat. "Perhatikan detil kecil di akhir simulasi. Kadang-kadang, hal-hal kecil memiliki dampak besar. Jangan biarkan kekacauan membuatmu kehilangan fokus."
Alia mengangguk pada pesan itu, bertekad untuk memperhatikan setiap rincian. Ia mematikan lampu ruangannya dan memulai simulasi. Dalam sekejap, dia terlempar ke dalam dunia virtual yang penuh warna dan kompleksitas. Setiap elemen dari simulasi—dari struktur teknologi hingga interaksi karakter—harus sempurna.
Di dunia virtual, dia dapat melihat visi masa depannya: sebuah pusat riset yang didorong oleh inovasi yang memberdayakan jutaan orang. Dia mengarahkan pandangannya pada setiap detail, memastikan semuanya sesuai dengan rencananya. Namun, ketika dia mendekati akhir simulasi, sebuah kesalahan kecil muncul—sebuah glitch yang seharusnya tidak ada. Alia tahu ini adalah tantangan terakhir yang harus dia atasi.
Dengan tangan yang bergetar dan tekad yang bulat, dia mulai memperbaiki kesalahan tersebut, menyadari bahwa ini adalah momen yang menentukan nasibnya. Setiap detil yang benar-benar sempurna membawa dia lebih dekat ke pencapaian impiannya.
Saat dia akhirnya menyelesaikan simulasi dan melihat hasil akhir yang sempurna, rasa lega dan kepuasan mengalir dalam dirinya. Dia tahu bahwa dia telah melakukan yang terbaik, tetapi hasilnya masih harus menunggu keputusan akhir.
Di luar jendela, kota Jakarta terus bersinar, sementara Alia merasakan beban yang terangkat dari pundaknya. Namun, dia juga tahu bahwa tantangan sebenarnya baru saja dimulai. Mimpinya tidak hanya bergantung pada kesuksesan proyek ini, tetapi juga pada kemampuannya untuk menghadapi tantangan yang mungkin akan datang.
Dengan napas dalam-dalam, Alia menyimpan alatnya dan melihat ke luar, menatap bintang-bintang di langit. Dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk terus berjuang, apa pun yang terjadi. Karena di dunia di luar sana, mimpi-mimpi besar dan tak terduga mungkin siap menunggu.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpiku
Science FictionDi Jakarta, Alia adalah seorang siswa SMA dengan tekad yang kuat dan impian besar untuk menciptakan proyek teknologi yang dapat mengubah dunia. Namun, perjalanan menuju impian itu tidaklah mudah. Saat dia memasuki masa kuliah dan mulai mengembangkan...