BAB 6

0 1 0
                                    

Perang dalam Bayang-Bayang

Malam itu, Jakarta diselimuti oleh hujan deras yang mengguyur kota dengan deras. Alia duduk di laboratoriumnya, menatap layar komputer dengan rasa cemas. Setelah peristiwa malam sebelumnya, dia merasa semakin terjaga dan waspada terhadap ancaman yang mungkin mengintai.

Selama beberapa hari terakhir, Alia telah bekerja tanpa henti, memperbaiki dan mengamankan sistemnya. Keamanan data telah ditingkatkan, dan dia telah meminta bantuan dari beberapa ahli keamanan cyber tambahan untuk memastikan proyeknya tetap aman.

Namun, ketegangan terus meningkat. Pagi itu, Alia menerima undangan mendesak dari Dr. Adrian untuk sebuah pertemuan penting di kantor akademi. Dengan rasa penasaran dan kekhawatiran, Alia menuju ke tempat pertemuan, berharap menemukan jawaban atau solusi untuk masalah yang sedang dihadapinya.

Sesampainya di kantor akademi, Alia disambut oleh Dr. Adrian dan beberapa anggota staf keamanan. Mereka tampak serius dan terlibat dalam diskusi rahasia. Dr. Adrian segera mengajaknya berbicara di ruangan terpisah.

“Alia, kami baru saja mendapatkan informasi penting,” kata Dr. Adrian, sambil mengunci pintu di belakang mereka. “Kumpulan Elit tampaknya telah melakukan langkah-langkah agresif untuk mendapatkan akses ke proyek-proyek yang dianggap potensial, termasuk milikmu. Mereka bahkan mencoba meretas beberapa sistem keamanan akademi.”

Rasa khawatir Alia semakin mendalam. “Apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi proyekku? Aku merasa seperti berada di bawah ancaman terus-menerus.”

Dr. Adrian mengangguk. “Kami telah melakukan segala yang kami bisa, tetapi aku ingin memberitahumu bahwa aku juga memiliki beberapa kontak di luar akademi yang dapat membantu. Mereka adalah ahli dalam keamanan dan pengawasan, dan mereka dapat memberikan perlindungan tambahan.”

Setelah pertemuan, Alia merasa sedikit lega karena ada dukungan tambahan, tetapi ketegangan masih menyelimuti dirinya. Dia tahu bahwa ancaman dari Kumpulan Elit tidak dapat dianggap remeh, dan dia harus tetap waspada.

Hari-hari berikutnya terasa penuh dengan ketegangan. Alia melanjutkan pekerjaannya dengan penuh kewaspadaan, memperbaiki dan memeriksa setiap aspek dari simulasi. Di samping itu, dia melakukan komunikasi rutin dengan tim keamanan luar yang telah dihubungi Dr. Adrian, memastikan bahwa semua sistem tetap terjaga.

Satu malam, saat Alia kembali ke laboratoriumnya setelah seharian bekerja, dia mendapati bahwa beberapa file penting telah hilang dari komputernya. Perasaannya meliputi campuran ketakutan dan kemarahan. Dia segera menghubungi Dr. Adrian dan tim keamanan untuk melaporkan kejadian tersebut.

“Ada kemungkinan besar bahwa Kumpulan Elit telah berhasil mendapatkan akses ke file-file tersebut,” kata Dr. Adrian setelah memeriksa situasi. “Kami harus segera melacak sumbernya dan memastikan bahwa mereka tidak mendapatkan akses lebih lanjut. Kami juga akan memperkuat langkah-langkah pengamanan.”

Sementara tim keamanan bekerja keras untuk melacak dan memperbaiki pelanggaran keamanan, Alia merasa semakin tertekan. Dia tahu bahwa proyeknya sedang dalam bahaya nyata, dan dia harus mengambil langkah-langkah drastis untuk melindunginya.

Di tengah ketegangan ini, Arief muncul kembali, kali ini dengan sikap yang lebih menantang. Dia mengundang Alia untuk berbicara di luar akademi, tampaknya ingin menjelaskan sesuatu.

Ketika mereka bertemu, Arief mengajukan tawaran yang mengejutkan. “Aku tahu tentang ancaman yang kamu hadapi, Alia. Kumpulan Elit tidak main-main. Tapi aku bisa membantumu—dengan syarat kamu harus bekerja sama denganku. Kita bisa melawan mereka bersama.”

Alia merasa bingung dan curiga. “Kenapa kamu tiba-tiba menawarkan bantuan? Apa tujuannya?”

Arief tersenyum sinis. “Aku tahu apa yang kamu hadapi, dan aku juga ingin memastikan bahwa ide-ide kami tidak jatuh ke tangan yang salah. Aku memiliki informasi dan akses yang bisa membantu kita, tetapi kamu harus percaya padaku.”

Dengan perasaan campur aduk, Alia memutuskan untuk mempertimbangkan tawaran tersebut. Dia tahu bahwa dia tidak bisa menghadapi ancaman ini sendirian, dan Arief mungkin memiliki informasi yang berharga. Namun, dia juga harus berhati-hati dan memastikan bahwa dia tidak terjebak dalam permainan berbahaya.

Ketika Alia kembali ke laboratoriumnya, dia memikirkan tawaran Arief dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk melindungi proyeknya. Dengan dukungan dari Dr. Adrian, tim keamanan, dan kemungkinan kerjasama dengan Arief, dia merasa siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang.

Di malam yang tenang, saat hujan mereda dan lampu kota berkilauan di kejauhan, Alia bertekad untuk tidak menyerah pada ancaman yang mengintai. Dia siap untuk melawan dan menjaga mimpinya tetap hidup, apa pun yang akan terjadi.

---

MimpikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang