Jaring yang Terbuka
Minggu setelah penilaian akhir, kota Jakarta kembali ke rutinitasnya, tetapi bagi Alia, segalanya terasa berbeda. Rasa cemas yang terus-menerus mengikutinya membuatnya sulit untuk beristirahat. Ia tahu bahwa keberhasilan proyeknya masih menghadapi ancaman yang belum sepenuhnya terpecahkan.
Di laboratoriumnya, Alia bekerja keras untuk memperbaiki dan menguatkan simulasi, mengikuti saran dari Dr. Maya. Dia juga memastikan bahwa sistem keamanan data dan proteksi intelektual diperbarui, tetapi kegelisahan di hatinya tidak mereda.
Suatu pagi, saat Alia membuka emailnya, dia terkejut menemukan pesan anonim yang mencurigakan. Pesan tersebut hanya berisi gambar layar dari salah satu bagian kunci simulasi, disertai dengan kata-kata singkat: “Apa yang kau sembunyikan? Berhati-hatilah, Alia. Dunia ini tidak seperti yang kau kira.”
Rasa takut menyelimuti dirinya. Apakah ini ancaman nyata, atau hanya upaya untuk mengacaukan pikirannya? Alia segera menghubungi Dr. Adrian untuk meminta nasihat.
“Dr. Adrian, aku menerima pesan anonim yang mencurigakan. Itu berisi gambar dari simulasi dan pesan yang membuatku khawatir. Apa yang harus kulakukan?” tanyanya dengan cemas.
Dr. Adrian mendengarkan dengan seksama. “Ini bisa jadi peringatan nyata atau usaha untuk menakut-nakuti kamu. Namun, kita harus tetap waspada. Aku akan mengatur pertemuan dengan tim keamanan cyber untuk memastikan semua data kita aman. Sementara itu, jaga agar semua informasi tetap rahasia.”
Dengan nasihat tersebut, Alia mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan laboratoriumnya. Namun, kekhawatiran yang mendalam tetap menghantui pikirannya. Apakah ada seseorang yang mencoba meretas atau menyalin karyanya?
Beberapa hari kemudian, Dr. Adrian menghubungi Alia untuk memberitahukan bahwa tim keamanan cyber telah melakukan penyelidikan dan menemukan beberapa celah kecil dalam sistem, tetapi semuanya telah diperbaiki. Mereka juga menemukan jejak digital yang menunjukkan bahwa pesan anonim itu mungkin berasal dari dalam akademi.
“Ini tidak bisa diabaikan,” kata Dr. Adrian. “Kita harus lebih berhati-hati. Aku juga akan memberitahu pihak berwenang untuk memantau situasi ini lebih dekat.”
Alia merasa campur aduk antara lega dan khawatir. Ketika dia kembali ke laboratoriumnya, dia menemukan bahwa suasana di akademi tampaknya lebih tegang dari biasanya. Beberapa peserta lain tampak membicarakan sesuatu dengan penuh kerahasiaan, dan Alia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
Satu malam, saat Alia mengerjakan revisi terakhir pada simulasi, lampu laboratoriumnya tiba-tiba padam. Kegelapan menyelimuti ruangan, dan Alia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dengan cepat, dia mencari senter dan memeriksa seluruh laboratorium, memastikan bahwa tidak ada yang hilang atau rusak.
Ketika lampu kembali menyala, Alia menemukan sebuah catatan kecil di meja kerjanya. Catatan tersebut berisi pesan lain: “Kami tahu apa yang kamu lakukan. Jika kamu terus maju, kamu akan menyesal.”
Rasa ketegangan dan ketidakpastian melanda dirinya. Alia tidak bisa membiarkan ketakutan menghalanginya, tetapi dia juga harus lebih berhati-hati dan memastikan bahwa dia melindungi dirinya dan karyanya dengan maksimal.
Malam harinya, Alia duduk di meja kerjanya dengan mata merah akibat kurang tidur. Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya, diisi dengan kegelisahan dan perasaan terancam setelah ancaman yang diterimanya. Lampu laboratoriumnya bersinar lemah, dan suara dingin dari pendingin ruangan mengisi ruang yang sunyi. Dia memeriksa setiap detail dari simulasi yang telah diperbaiki, memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak lain.
Di tengah keheningan, ponselnya bergetar. Pesan singkat dari Dr. Maya muncul di layar: “Kita perlu berbicara. Ada perkembangan penting.”
Rasa cemas dan penasaran membuat Alia segera merespons dan mengatur pertemuan dengan Dr. Maya. Mereka bertemu di sebuah kafe yang tenang di pusat kota, jauh dari kerumunan dan kebisingan. Dr. Maya tampak lebih serius dari biasanya, dan suasana di sekeliling mereka terasa tegang.
“Alia, aku baru saja mendapatkan informasi dari sumber di akademi,” kata Dr. Maya setelah mereka duduk. “Ternyata ada grup rahasia di akademi yang disebut ‘Kumpulan Elit.’ Mereka dikenal karena mencuri ide-ide dari proyek-proyek yang dianggap potensial. Aku khawatir mereka mungkin telah menargetkanmu.”
Alia merasakan darahnya berdesir. “Jadi, ini mungkin bukan hanya kebetulan? Bagaimana aku bisa melindungi proyekku dari mereka?”
Dr. Maya menatapnya dengan penuh perhatian. “Kumpulan Elit memiliki jaringan yang luas dan metode yang sangat canggih. Kamu perlu memastikan bahwa semua data kamu benar-benar terlindungi dan mungkin mempertimbangkan untuk mengalihkan beberapa aspek proyekmu ke dalam format yang lebih aman. Selain itu, kamu harus waspada terhadap siapa saja yang mencoba mendekat terlalu dekat dengan proyekmu.”
Kembali ke laboratorium, Alia merasa lebih terjaga dan bertekad. Dia segera memeriksa semua pengaturan keamanan sistemnya dan berkoordinasi dengan tim keamanan cyber untuk memastikan bahwa tidak ada lagi celah yang bisa dimanfaatkan. Namun, di tengah-tengah kerusakan dan perbaikan, dia merasa bahwa ancaman ini lebih dari sekadar gangguan teknis—ini adalah serangan langsung terhadap impiannya.
Hari berikutnya, saat Alia menuju akademi untuk memeriksa dan memperbaiki simulasi, dia melihat Arief berdiri di dekat pintu masuk akademi, berbicara dengan beberapa anggota staf. Senyum sinis di wajah Arief menambah kecurigaan Alia.
Ketika Alia memasuki laboratoriumnya, dia menemukan sebuah catatan di meja kerjanya. Catatan tersebut berisi pesan: “Kami tahu kamu sedang melakukan sesuatu. Waspadalah terhadap langkahmu berikutnya.”
Dengan tekad baru dan rasa kewaspadaan yang meningkat, Alia memutuskan untuk mencari dukungan tambahan. Dia menghubungi Dr. Adrian dan meminta saran tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk melindungi proyeknya dan menghadapi potensi ancaman.
Dr. Adrian menyarankan agar Alia mencari bantuan dari beberapa ahli di luar akademi yang dapat memberikan perlindungan tambahan terhadap data dan ide-idenya. Dia juga merekomendasikan untuk melakukan audit menyeluruh pada semua komunikasi dan transaksi terkait proyek.
Sambil mengatur rencana perlindungan tambahan, Alia merasa semakin tertekan. Dia tahu bahwa dia menghadapi bukan hanya ancaman dari pesaing, tetapi juga kemungkinan bahwa ada yang berusaha merusak reputasinya dan mimpinya. Namun, di balik semua ketegangan, dia juga merasakan dorongan yang kuat untuk terus maju dan membuktikan bahwa dia bisa mengatasi semua rintangan.
Satu malam, saat Alia bekerja larut malam di laboratorium, dia mendengar suara berisik dari luar ruangan. Dia segera memeriksa dan menemukan bahwa beberapa alat laboratoriumnya telah dipindahkan dan tampaknya ada usaha untuk merusak sistemnya. Alia merasa terkejut dan marah, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan fokus.
Dengan bantuan Dr. Adrian dan tim keamanan, Alia segera memperbaiki kerusakan dan meningkatkan langkah-langkah keamanan. Dia juga melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang di akademi untuk mendapatkan dukungan lebih lanjut.
Malam itu, saat Alia duduk di balkon rumahnya, melihat lampu kota yang bersinar di kejauhan, dia merasa berat. Namun, dia juga merasa semakin bertekad. Dia tahu bahwa perjalanannya penuh dengan tantangan, tetapi dia tidak akan menyerah pada ancaman yang mencoba menghentikannya.
Alia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus melawan dan menjaga mimpinya tetap hidup, apa pun yang terjadi. Dengan semangat yang diperbarui, dia mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian berikutnya, siap untuk mengatasi setiap rintangan yang mungkin datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpiku
Science FictionDi Jakarta, Alia adalah seorang siswa SMA dengan tekad yang kuat dan impian besar untuk menciptakan proyek teknologi yang dapat mengubah dunia. Namun, perjalanan menuju impian itu tidaklah mudah. Saat dia memasuki masa kuliah dan mulai mengembangkan...