14

250 16 1
                                    

Setelah Vaxie dan Steff duduk di bangku nya masing-masing, tidak lama kemudian suara bel tanda masuk berbunyi. Semua siswa yang berada di luar segera memasuki kelas dan duduk di bangkunya.

Suara langkah kaki terdengar dari arah pintu, wali kelas X 3 memasuki kelas dengan langkah besarnya. Bu Dhew berdiri di depan kelas, melihat seluruh bangku yang sudah terisi dengan anak didiknya. Senyum lebar Bu Dhew terlihat sembari menyapa semua murid.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi bu." Ucap serentak siswa kelas X 3.

"Sebelum kita memulai pelajaran hari ini ada satu hal yang akan ibu beritahukan kepada kalian." Bu Dhew pasti paham bahwa siswa-siswanya sudah mendengar kabar mengenai informasi yang tengah beredar. "Seperti yang kalian tahu bahwa hari ini kita kedatangan teman baru."

Benar saja setelah mengatakan itu, suara kelas yang tadinya diam sekarang menjadi berisik. Semua siswa tengah bercakap-cakap bersama teman yang dekat dengannya. Salah seorang siswa kelas X 3 mengangkat tangannya lalu berbicara. "Lalu dimana dia bu?"

Bu Dhew mengangguk. "Baiklah akan ibu pekenalkan." Melangkahkan kakinya ke arah pintu lalu menyuruh seseorang yang berada di sana untuk masuk ke dalam.

Vaxie merotasi kedua matanya malas saat mendengar sorak sorai seluruh teman-temannya terutama para perempuan yang tengah memekik dengan histeria. Pandangan Vaxie hanya berfokus pada taman luas yang berada di bawahnya tanpa memperdulikan keadaan kelas maupun siswa pindahan itu.

"Gila Xie dia cakep banget! Bahkan berkali-kali lipat gantengnya." Seru Steff yang menoleh ke arah sampingnya.

"Eh lo kok malah liat taman sih padahal di depan lo ada cowok ganteng tuh." Namun Vaxie tidak memperdulikannya.

Menurut gue cowok itu sama aja entah yang ganteng ataupun yang jelek

Rasanya Vaxie ingin segera pergi dari kelasnya karena suara yang benar-benar berisik ini. Kupingnya terasa pengang saat mendengar teriakan-teriakan siswa perempuan yang mengangung-agungkan siswa pindahan itu.

"Gila dia ganteng banget."

"Kayak pangeran negeri dogeng."

"Rambut hitam, mata hitam dan liat dong cool parahhh!"

"Gue harus bisa deket sama dia! Pokoknya kalo jadi pacarnya gue gamau pisah."

"Tapi kok dia kayak ngeliatin sebelah sana terus ya?"

"Lo bener emang ada apa disana?"

"Eh udah ga liatin ke sana lagi dia, sekarang liat kea rah gue dongggg!"

"Jangan ngayal bused!"

Prok prok prok

"Anak-anak tolong diam sebentar." Bu Dhew menghentikan kebisingan yang berada di dalam kelas. "Biarkan teman baru kalian memperkenalkan diri terlebih dahulu." ucapnya sembari melihat ke arah semua kelas.

"Silahkan kamu memperkenalkan diri." Diangguki oleh siswa baru itu.

Melangkahkan kakinya maju ke depan beberapa langkah, menatap semua orang yang berada di kelas dengan tatapan tajamnya. Bagi siswa laki-laki sadar bahwa tatapan itu sangat membuat bulu merinding namun bagi siswa perempuan tatapan tajam itu membuat mereka meleleh.

"Perkenalkan namaku Ranka." Ucapnya dengan suara berat.

Deg

Tiba-tiba tubuh Vaxie mematung, tangan yang menyangga dagunya terlepas, tatapannya sekarang mengarah ke depan kelas tepat ke siswa baru tersebut. "Pindahan dari luar negeri." Kedua matanya bertatapan dengan mata tajam siswa pindahan itu.

Sebuah seringai tipis membuat bulu kuduk Vaxie berdiri, dia terkejut melihat siswa pindahan itu adalah sosok yang tidak diinginkannya. Namuh pria itu malah tersenyum lembar seakan memiliki arti yang besar untuknya.

"Bagaimana teman-teman apakah ada yang ingin ditanyakan?" tanya Bu Dhew sontak membuat semua siswa mengangkat tangannya, yah walaupun yang mendominasi adalah siswa perempuan.

"Hallo ganteng apakah namamu hanya Ranka?" ucapannya disambut sorakan teman-temannya. "Kayak tante girang lo."

"Ye biarin."

Ranka mengangguk. "Benar."

"Kamu pindahan dari negeri mana?"

"Amerika."

"Jadi lo jenius ya bisa masuk saat semester tengah ini." Tiba-tiba Aldo berucap dengan nada dingin membuat seisi kelas terdiam.

"Wow Aldo lo ngomong apa bused." Bisik Steff tidak enak jika itu didengarkan oleh Ranka. Namun siapa sangka bahwa Ranka malah tersenyum. "Sangat jenius." Dengan sombongnya yang langsung disoraki semua siswa laki-laki.

"Uwaaa Ranka cooolllll banget pengen deh jadi pacarnya."

"Jangan gitu dong sama calon suami gue."

"Perempuan indonesia tuh bisanya cuma halu doang haha."

"Husstttt diam semuanya, waktu perkenalkan sudah selesai. Ranka kamu bisa duduk di bangku yang masih tersisa di tengah itu."

"Sekarang keluarkan buku pelajaran kalian, kita akan memulai kelas sekarang." Saat semua siswa mengeluarkan buku pelajarannya. Ranka berjalan menuju tempat duduknya melewati bangku Vaxie.

Tangan Ranka menempel pada meja Vaxie sebentar dengan kedua matanya yang menatap Vaxie dengan seringai lebar. "Kita bertemu lagi." Gumamnya seperti hembusan angin yang hanya dapat di dengar oleh Vaxie yang membeku.

Tanpa sadar interaksi mereka di amati oleh Aldo yang duduk di bangku barisan depan. Laki-laki itu termengu, entah apa yang tengah dipikirkannya sekarang.

Di sisi lain Zigeo Allfredo yang ditugaskan untuk mengerjar Ranka sekarang telah berada di bumi. Pakaian khas kerajaannya terlihat mencolok di kerumuman orang-orang yang berjalan kaki. Merasa aneh karena tatapan-tatapan orang-orang Zigeo memutuskan untuk mengganti pakaian menggunakan sihir.

Zigeo menggunakan kaus pendek, jaket panjang dan celana panjang tidak lupa sebuah topi. Outfitnya sekarang terinspirasi dengan sosok laki-laki yang berjalan melewati dirinya. Kedua matanya menatap tajam ke arah langit.

"Dimana dia sekarang." Karena tidak ada petunjuk mengenai keberadaan pangeran Kerajaan Amagi itu membuat pekerjaan ini lebih sulit. Dia harus mencari Ranka di dunia yang luas ini sendirian ini.

Tak

Tak

Tak

Langkah kaki panjang Zigeo beriringan dengan langkah orang-orang yang berjalan di jalan raya. Dia mengamati segala hal yang berada di dunia ini, dunia milik sosok yang dia suka. Tiba-tiba dalam pikirannya terlintas wajah Vaxie yang tengah tersenyum lebar ke arahnya.

Zigeo menggeleng-gelengkan kepala. "Dia sudah ada pemiliknya." Namun dia sadar bahwa cintanya tidak akan berbalas. Jika pun dia harus merebut Vaxie dari Ranka dia tidak akan berhasil, hanya akan memecah belah Kerajaan Amagi dan bahkan bisa memulai kehancuran.

Yang dapat Zigeo lakukan sekarang hanya melindungi Vaxie, membuat wanita itu tidak akan meneteskan air mata kesedihan atau penderitaan.

Brak

"Awss." Tanpa sadar dia menabrak seorang pejalan kaki membuat barang bawaannya berjatuhan. Zigeo langsung membantu merapikannya. "Maaf."

"Tidak apa-apa."

Setelah mendengar jawaban ini, Zigeo langsung melangkahkan kakinya kembali hingga tubuhnya tidak terlihat lagi. Orang yang ditabarknya mengernyitkan dahi namun tidak terlalu memperdulikannya lagi.

Sekarang semua orang sudah berada di bumi, Ranka sudah bertemu dengan Vaxie dan menjadi siswa pindahan di sekolah tersebut. Setelah melakukan ini apakah Ranka berhasil membawa Vaxie kembali ke dunia penyihir?

"Atau dia tidak akan bisa membawa Vaxie karena dicegah oleh seseorang?"

"Bagaimana menurutmu?"

ACADEMY MUSHLE of GENIUS PEOPLE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang