9

371 28 2
                                    

Deg

Vaxie terdiam saat mendengar ucapan Aldo, apa maksud laki-laki itu jika cincin yang dipakainya mengeluarkan sengatan apalagi itu listrik? Sejauh ini Vaxie tidak merasakan sengatan listrik dari cincin yang dipakainya.

"Itu mustahil! Selama ini gue nggak ngerasa sengatan listrik di tubuh gue."

"Lo ga ngerasa tapi gue!"

Vaxie menggelengkan kepalanya. "Kalau lo ngerasa sengatan listrik, seharusnya Steff juga ngerasa! Selama ini dia sering sentuh-sentuh gue."

"Itu beda."

"Apa bedanya?"

"Karena dia cewek!"

"Apa? Cewek?" lagi-lagi Vaxie terdiam. "Gue tau lo lagi mikirin sesuatu." Benar yang dikatakan Aldo, Vaxie tengah memikirkan sesuatu. Jika hanya Aldo yang mendapatkan sengatakan listrik berarti cincin ini nggak mau kalau gue di sentuh laki-laki?"

Lalu sengatan listrik itu? Jangan-jangan. Vaxie teringat sesuatu mengenai seseorang yang mempunyai kekuatan petir. "Ranka?" gumamnya pelan yang tidak didengar oleh Aldo.

"Lo ngomong apa barusan?" tanya Aldo namun Vaxie menggelengkan kepalanya. "Nggak."

"Lo bener ini bukan cincin peninggalan papa gue. Tapi gue juga nggak bisa ngasih tau lo darimana cincin ini berasal dan kenapa ada sengatan listrik muncul."

Mendengar ini Aldo menganggukkan kepala. "Selama itu nggak berbahaya buat lo gue gamasalah. Tapi jika cincin itu berbhaya lebih baik lo lepasin dan buang jauh-jauh, oke?"

Sayangnya cincin ini gabisa di lepas Do

"Oke."

Di sisi lain di sebuah ruangan yang sangat banyak orang tengah berkutat dengan berbagai macam kertas ada salah satu orang yang hanya melihatnya dari kejauhan. Sosok itu menatap tajam bawahannya, membuat mereka segan dan merasa takut.

Seorang wanita paruh baya terlihat mendekati sosok itu yang berdiri diam, wanita paruh baya yang diyakini bernama Ratu Vivi menyentuh pundak anak semata wayangnya yaitu Putra Mahkota Ranka. Melihat ini Ranka menoleh ke arah ibundanya.

"Ibu kenapa anda datang kemari."

"Anakku, tidakkan kau hanya membuang-buang waktu melakukan semua ini?" ucap Ratu Vivi pelan takut menyinggung hati anaknya yang sekarang tengah sensitive.

"Apa maksud ibu mengakatan semua hal itu? Aku tidak berfikir bahwa yang kulakukan hanya omong kosong dan membuang-buang waktu." Ucapan tajam dan menohok ini membuat Ratu Vivi menghela nafas pelan.

"Tetapi sudah 3 bulan lebih tidak ada hasil mengenai cara membuka gerbang ke dimensi lain kecuali menunggu gerhana bulan merah yang entah kapan datangnya."

"Aku harus yakin bahwa semua pasti ada jalan keluarnya. Hal yang mustahil pasti dapat kita lakukan jika berusaha." Sebenarnya Ratu Vivi sangat senang mendengar tekad anaknya yang sangat kuat dan berambisi namun sayangnya hanya dilakukannya untuk seorang wanita.

"Apakah kau masih menyukainya? Dia meninggalkanmu Ranka, dia tidak menyukaimu. Ibu rasa lebih baik kau mencari wanita lain dan hidup bahagia bersamanya."

Tiba-tiba Ratu Vivi tersenyum senang. "Atau ibu aka mencarikan sosok wanita yang lebih baik darinya untukmu?"

Mendengar ucapan ibunya membuat Ranka terdiam, sorot matanya menatam dengan kedua tangan yang mengepal. Para bawahannya tidka berani menoleh ke arahnya karena aura pekat dan membunuh yang dikeluarkan oleh Ranka. Ratu Vivi yang merasakan hal ini pun merasa sedikit takut dengan putranya.

"Jika ibu hanya mengatakan itu lebih baik keluar."

Ratu Vivi mengangguk keluar. "Ibu akan keluar namun ingatlah Ranka bahwa tidak semua orang akan suka jika dipaksa."

ACADEMY MUSHLE of GENIUS PEOPLE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang