Tok
Tok
Tok
Suara pintu kelas yang diketuk membuat guru yang tengah mengajar menghentikan suaranya lalu menuju kea rah pintu dan membukanya. Semua pasang mata melihat ke arah sana, terlihat Steff Anya berdiri sembari menarik nafas panjang.
"Hosh hosh maaf Bu saya terlambat."
Guru itu menatap Steff dengan tajam, "Kenapa bisa terlambat?"
Kedua mata Steff menoleh kesana kemari tengah mencari jawaban, "Ah ta-tadi saya habis di panggil ke ruang BK benar ke ruang BK bu, makanya terlambat hehe." Ucapnya dengan senyuman yang dipaksakan. Vaxie tahu bahwa Steff tengah berbohong.
"Benarkah? Kamu tidak berbohong kan?" sontak Steff langsung mengangguk dengan pasti. "Tentu saja, bagaimana bisa saya berbohong kepada ibu? Saya masih takut dosa bu hehe."
Guru itu menggelengkan kepala, "Yasudah masuklah, jangan diulangi lagi atau akan ibu hukum!" peringatnya.
"Baik bu." Setelah itu guru melanjutkan pelajarannya hingga waktu istirahat tiba. Vaxie mendatangi Steff yang tengah sibuk menyimpan peralatan belajarnya.
"Woy." Seru Vaxie karena Steff belum menyadari keberadaannya yang berada di samping mejanya. "Lo kenapa?" Steff kelihatan tengah memikirkan sesuatu. "Lo lagi ada masalah?"
"Ah masalah apa? Mana ada gue punya masalah hahaha." Ucapnya yang membuat Vaxie curiga. "Btw mau ke kantin kan? Ayok."
"Tumben banget lo yang datengin gue dulu, biasanya kan gue dulu."
Vaxie merotasi kedua matanya, "Lagi ingin aja sih."
"Oh iya makasih lukisannya."
"Lo suka?" Vaxie langsung menganggukinya. "Oh iya gue kok liat Aldo di rumah lo kemarin?"
"Dia anak pengurus rumah gue sering datang." Steff langsung mengangguki dengan mulut membentuk lingkaran. "Lo nggak risih ada cowok sering ke rumah gitu?"
"Ngapain?"
"Eh lo gasadar apa?" perkataan yang membuat Vaxie mengernyitkan dahinya. "Apa?"
"Ah nggak deh, gue kira lo udah tau." Namun Vaxie hanya menghendikkan bahunya, menuju tempat pemesanan makanan dan duduk di salah satu meja yang kosong. Seperti biasa mereka menikmati makanannya dengan tenangdan sesekali bercerita.
"Sulit."
"Baginda apakah tidak ad acara lain untuk menyadarkannya?" Raja Wayan menggelengkan kepala, dia sangat pusing perihal masalah yang tengah dibuat oleh putranya sendiri. Sejak kepergian wanita itu, putra semata wayangnya meneliti mantra yang dapat menerobos dimensi lain, yakni bumi.
"Aku sudah menasehatinya namun dia keras kepala! Sekalipun aku mengancamnya, dia tetap akan mencari cara lain untuk lepas ratu."
"Aku takut jika tindakannya akan menimbulkan malapetaka! Itu menentang hukum alam."
"Kenapa juga dia harus jatuh cinta dengan wanita itu! Padahal banyak wanita yang lebih baik di Kerajaan Amagi ini." Tiba-tiba kedua mata ratu berbinar. "Atau kita jodohkan saya dia dengan wanita lain?"
Raja Wayan langsung menatap tajam istrinya. "Jika kau lakukan itu Kerajaan ini akan hancur." Penuh penekatan. Raja wayan tahu betul bagaimana sifat keras kepala anaknya itu.
"Semoga usahanya gagal! Hanya itu yang dapat kita harapkan meskipun dia harus merasa menderita." Namun siapa sangka bahwa ucapan yang berusan dia katakana harus di tariknya kembali karena sedetik kemudian seorang bawahannya datang mengetuk pintu kamarnya.
"Masukklah."
Bawahan itu terlihat sangat gelisah, "Lapor yang mulia, ada informasi yang baru saja kita dapatkan terkait putra mahkota."
Firasatku tidak enak
"Katakan."
"Yang mulia putra mahkota telah berhasil menemukan mantra yang dapat memasuki dimensi lain."
Deg
"Dan sekarang dia tengah bersiap-siap untuk mencobanya pertama kali."
"Astaga anak itu." Raja Wayang memijat keningnya capek sedangkan Ratu sudah terduduk di kasur dengan helaan nafas lelah. "Dimana dia?"
"Ada di ruang penelitian."
Raja dan ratu langsung berjalan ke ruangan yang telah diberitahukan bawahannya, mereka memperlihatkan wajah khawatir jika terjadi apa-apa kepada putra semata wayangnya. Apa yang dipikirkan anaknya itu, bagaimana bisa dia menggunakan mantra yang belum teruji?
Brak
Raja langsung menerobos masuk ke dalam ruangan, di sana Ranka sudah berdiri di sebuah tanda yang digambar di lantai, Ranka tengah menggumamkan sebuah mantra.
"RANKA." Teriak ratu namun Ranka tidak memperdulikannya. "Hentikan putra mahkota sekarang!" perintah Wayan, namun saat bawahannya sudah berada di dekat putra mahkota, Ranka sudah menghilang bagaikan angin.
"TIDAKKKK RANKAAAAA."
"YANG MULIA PUTRA MAHKOTA!"
"Sialan, kau!" tunjuk Raja Wayan kepada salah satu penyihir yang membuat mantra. "Dimana mantranya aku akan menyusulnya."
"Jangan yang mulia anda tidak boleh melakukan itu."
"Anakku masuk ke dimensi lain yang entah berhasil atau tidak, aku akan menjemputnya kembali!"
"Biar saya saja yang mulia." Suara seseorang terdengar, semua yang berada di ruangan mengalihkan pandangannya terhadap sosok laki-laki muda nan tampan. Dia memiliki aura yang mengerikan namun berwibawa.
"Tuan muda Allfredo kenapa anda ada disini?"
"Maafkan saya yang mulia, saya mendengar bahwa ada kericuhan di istana sehingga saya datang untuk melihatnya."
"Jika diperbolehkan izinkan saya untuk menjemput yang mulia putra mahkota." Ucap Zigeo dengan tegas, wajahnya yang serius membuat Raja Wayan mengangguk. "Asal membawanya kembali aku akan mengizinkannya."
"Terimakasih yang mulia."
Zigeo diarahkan penyihir istana untuk berdiri di atas mantra yang sudah di gambar lalu menyuruhnya untuk merapalkan mantra yang ada di sebuah kertas. "Anda hanya bisa merapalkan satu kali jadi jangan sampai salah." Zigeo mengangguk.
"Tuan muda Zigeo." Ucap ratu dengan pelan. "Jangan biarkan anakku membuat kekacauan di dunia lain."
"Baik ratu akan saya bawa kembali yang mulia dalam keadaan baik." Setelah itu Zigeo menghilang seperti Ranka. Semua yang berada di sana berharap Zigeo berhasil membawa pulang Ranka dan tidak membuat keributan.
Pyarr
"VAXIE lo gapapa?" ucap Steff khawatir karena Vaxie memecahkan sebuah gelas. "Ah gapapa."
Vaxie mencoba untuk membersihkannya meskipun sudah dilarang oleh Steff, "Udah Xie biar staff aja yang bersihin."
"Itu terlalu lama kasian yang mau lewat jalan ini pasti keganggu."
Vaxie membersihkan pecahan-pecahan kaca itu lalu menaruhnya diatas sapu tangan yang selalu dibawanya. Steff juga membantunya dengan bersikeras. "Aww."
"ASTAGA VAXIEE!"
"Kan kena tangan, sini tangan lo." Steff mengelap tangan Vaxie yang mengeluarkan darah segar, lalu membawanya ke UKS untuk mendapat penanganan. Saat sudah sampai Vaxie diminta untuk duduk di atas kasur dan mendapat pengobatan. Entah kenapa Vaxie memiliki firasat buruk, dia merasa sesuatu yang besar akan segera terjadi.
"Vaxie." Bukan Steff yang memanggilnya, namun Aldo. Pria itu masuk ke dalam UKS dengan tergesa-gesa, lalu menghampiri Vaxie yang tangannya di plester. "Lo gapapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ACADEMY MUSHLE of GENIUS PEOPLE II
RomanceVaxie Athala berhasil kembali ke dunianya dan meninggalkan dunia para penyihir setelah melewati berbagai rintangan yang datang. Segala hal yang dia miliki di dunia penyihir telah ditinggalkannya! termasuk sahabat dan teman-temannya. Dia lebih memili...