5. Diam atau bergerak

17 1 0
                                    

“Seperti indah nya langit jingga yang menyapa bumi. Seperti itu lah kamu yang hadirnya selalu ku nanti.”
— Rafael Adinata Alzam

___________________

5. Diam atau bergerak

“Gue kangen nge-lukis.” Nayara menyeletuk.

“Bel, lo mau ikut ekskul seni lukis nggak? Gue pengen ikut lagi. Kira-kira anak kelas dua belas masih boleh nggak ya ikut,” Kata Nayara pada Bella.

Bella yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas menoleh ke sumber suara. “Gue nggak jago gambar Nay. Tapi kalo lo mau, coba tanya aja langsung ke ketuanya.”

Nayara memang gemar sekali melukis. Melukis adalah salah satu hobinya. Lukisan Nayara juga bagus-bagus. Perempuan berkulit putih itu sejak masuk SMA Magnus dan ternyata ada ekskul seni lukis ia begitu antusias. Tapi itu tidak bertahan lama, hanya beberapa bulan saja. Nayara tidak betah, karena ketuanya dulu yang merupakan Kakak kelas mereka terus saja menyudutkannya. Oleh sebab itu, Nayara memilih keluar dari ekskul tersebut.

“Gue mau nanya sekarang Bel!” Nayara berdiri sambil menggandeng tasnya. Nayara begitu semangat.

“Sekarang banget Nay?” tanya Bella pada Nayara.

“Sekarang Bel! Gue ke ruang seni dulu ya.”

Sebelum Nayara keluar kelas, Bella bertanya membuat Nayara menghentikan langkahnya di ambang pintu. “Nay mau pulang bareng nggak?”

“Nggak usah Bel. Lo duluan aja. Nanti lo lama kalo nunggu gue.”

Bella mengangguk. “Okay deh.”

“Bye Bel.”

“ya.”

Bella belum beranjak dari tempat duduknya. Di dalam kelas hanya tinggal beberapa orang saja. Cintami dan Zanna sudah pulang duluan. Ketika jam pelajaran berlangsung, Cintami tiba-tiba saja sakit perut karena tanpa diduga-duga hari ini adalah haid pertamanya. Cintami awalnya bisa menahannya, namun sakitnya semakin menjadi-jadi dan akhirnya ia diizinkan untuk beristirahat di rumahnya saja dan di antar oleh kekasihnya, Iqbal.

Cintami sebenarnya menolak tawaran Iqbal, katanya, ia bisa dijemput oleh Kakaknya saja, namun Iqbal tetap keukeuh ingin mengantarnya pulang. Kata Iqbal terlalu lama menunggu jemputan. Cintami hanya bisa pasrah, Iqbal terlalu keras kepala.

Zanna?

Setelah mendengar bel pulang berbunyi, Zanna langsung buruh-buruh mengemasi peralatan sekolah nya dan langsung pulang. Ia masih merasa malu dengan Kendra saat mengingat tragedi di kantin tadi pagi. Dan yang membuat Zanna sampai berkeringat dingin ialah Kendra duduk berdekatan dengan dirinya. jadilah Zanna berada di tengah-tengah antara Cintami dan Kendra.

Bukan apa-apa, Zanna hanya belum terbiasanya berada sedekat ini dengan Kendra. Zanna sebenarnya senang, namun juga canggung.

Ini semua karena ulah Davi!

Namun sepertinya Zanna harus bersyukur, semesta seolah mendorong dirinya agar tidak menjadi perempuan yang penakut dalam mengutarakan sebuah rasa. Apakah ini sudah waktunya? Waktu bagi Zanna untuk mendapatkan hatinya Kendra? Tapi apakah ia mampu menaklukkan hati seorang pria yang selama ini ia dambakan? Mengingat bagaimana sikap dingin Kendra membuat nyali Zanna kembali menciut. Zanna dilanda kebingungan!

“Bel duluan ya,” sapa Misyel saat berada di depan meja Bella

Bella menoleh. Perempuan itu terlihat sedang sibuk. “Iya, Syel.”

Only you [On Going]Where stories live. Discover now