21. Playing?

1.3K 132 10
                                    

"Tuan.... Tuan...."

Taecyeon memanggil Jiyong ketika dia menyadari napas Jiyong mulai sesak. Namun perlahan mulai mereda saat Taecyeon memberikan alat yang memang khusus untuk menangani asma dengan cepat.

"Lisa.... Bawa dia ke sini."

Taecyeon mengangguk dengan cepat. Pria itu segera keluar untuk menjemput Lisa di apartemen nya.

"L-Lisa... Aku berharap kau bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh Ayah mu, nak..." Gumam Jiyong sambil mengelus dadanya.

.

Di rumah Jennie,

Mata Lisa tidak lepas dari sosok yang sedang duduk di depannya. Jennie yang membuat kerajinan sederhana untuk ia jual sore nanti. Sebuah bross dengan bahan flanel, Jennie menghiasinya dengan sangat indah. Dia akan menjualnya agar dia memiliki uang pegangan.

"A-Aww..." Lisa mencari perhatian dengan meringis.

Berpura pura sakit dengan luka yang ia dapatkan kemarin saat kecelakaan di sirkuit.

Namun sayangnya Jennie hanya melihat Lisa beberapa detik, kemudian kembali fokus pada pekerjaannya. Lisa berhenti mengerang karena merasa dikacangi. Bibirnya cemberut, pantatnya bergeser mendekati Jennie.

"Kau... Marah padaku?"

"Bagaimana jika kau mati saat kecelakaan itu? Lagi pula kau berbohong padaku, kau bilang kau hanya akan pergi keluar sebentar. Ternyata kau keluar untuk membuat dirimu celaka." Jennie mengomel tanpa melihat Lisa. Dia benar benar merasa sangat kesal.

Tapi anehnya Lisa hanya tersenyum.

"Apa tidak sakit lagi sehingga kau tersenyum seperti itu? Dadaku sakit melihat mu kembali bersama darah di kepalamu." Bentak Jennie.

"Kau berani memarahiku sekarang?"

"Itu yang kau inginkan kan?" Jennie meletakkan flanel yang ia kerjakan. Membuat dirinya menghadap kearah Lisa. Melihat luka di kepalanya.

"Kau masih mencintaiku, Nini?" Tanya Lisa tiba tiba.

Jennie menatap mata Lisa, seperti tidak mau menjawab tapi mereka ada di tempat yang sama untuk waktu yang lama, bagaimana bisa dia tidak menjawab pertanyaan itu.

"Kenapa kau terlihat ragu? Apa kemarin itu hanya berpura pura?" Tanya Lisa lagi. Jennie sedikit mundur saat Lisa mulai mendekatinya.

"Apa semua seperti yang ku duga? Kau membuatku jatuh cinta dengan sikap lugu dan perhatianmu, itu hanya berpura pura, Jennie-ya?" Lisa menyerbu Jennie dengan pertanyaannya.

"Bukankah seharusnya aku bertanya seperti itu padamu? Apa kau benar benar mencintaiku?"

"Ya, aku mencintaimu-"

"Tunjukan." Jennie menelan salivanya saat pertama kalinya dia berbicara lantang.

"Aku... Ya, aku mencintaimu, ini cintaku." Lisa tidak tahu akan menjawab apa.

"Di mana? Aku tidak melihatnya, aku tidak merasakannya. Di mana itu cinta? Cinta yang kau maksud."

Pembicaraan mereka menjadi serius, Lisa tidak bermaksud untuk menciptakan suasana ini. Dia hanya ingin mencari perhatian dan tidak sekalipun menyangka akan berujung pada pertanyaan yang membingungkan.

"Kau tidak bisa menjawabnya kan? Kau merasa bingung kan? Begitu juga denganku. Aku ingin cinta yang apa adanya, tapi aku tidak bisa melihat itu. Aku merasa aku hanya jatuh cinta sendiri."

Jennie mulai mengeluarkan air mata sekarang. Jennie merasa dipermainkan sehingga dia banyak bertanya tentang kepastian cinta Lisa.

Mata Lisa membelalak, dia bingung. Lisa tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Jennie. Lisa tidak salah dengan mengatakan kalau dia mencintai Jennie, namun bagaimana cinta itu bisa ditunjukan? Lisa tidak tahu.

My Nini | JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang