4. Move

1K 129 4
                                    

Perasaan bingung menghantui Jennie sekarang. Bingung entah dia harus bahagia atau sedih, senang atau marah, menerima atau menolak, Jennie bingung. Dia harus hidup dengan seseorang yang baru bertemu dengannya dua kali.

"Tapi kenapa dia datang kesini bersama Ayah nya jika sudah jelas dia menolakku? Kenapa dia mau datang jika dia tidak menginginkan ini? Bukankah dia tahu segalanya? Dia seharusnya bilang pada Ayah nya." Jennie berpikir akan hal itu.

Sejak tadi pikirannya diganggu oleh Lisa. Lisa menolaknya namun dia tidak menolak permintaan Ayah nya sendiri jadi apa gunanya untuk marah pada Jennie?

"Kau bodoh jika berpikir dia mencintaimu Jennie." Jennie mengetuk kepalanya sendiri karena berpikir hal hal yang tidak mungkin terjadi.

Lisa jatuh cinta padanya? Tidak mungkin terjadi.

"Kenapa aku jadi berpikir tentang perasaannya padaku? Dia hanya akan berteriak dan bersikap kasar, tidak ada rasa peduli apalagi cinta." Jennie memutar matanya lalu berbaring.

"Jika aku harus jatuh cinta maka aku akan melakukannya. Tapi apa alasan yang jelas aku harus melakukan itu? Aku hamil dan ini bukan anak nya, dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika bayi ini lahir."

Air mata Jennie seketika keluar kala mengingat kalimat kalimat yang Lisa keluarkan untuknya. Namun sesaat kemudian dia tersenyum, mengambil sudut pandang lain tentang Lisa.

"Dia hanya marah, aku sangat yakin kalau dia adalah orang yang baik. Ayah nya begitu sopan tidak mungkin jika Lisa juga tidak bisa sepertinya. Dia hanya butuh waktu."

.

Suara tawa memenuhi sebuah gedung kosong yang terdapat beberapa orang.

"Oh tidak wajahmu membuatku ingin terus tertawa Jisoo-ya! Jika Wendy bergabung mungkin suaranya sudah penuh di gedung ini!"

Seulgi dan Moonbyul tertawa terbahak bahak sehabis mengerjai teman mereka, Jisoo. Semua adalah ide Lisa, dia menyuruh Seulgi menelpon Jisoo dan berpura pura berbicara seolah terjadi sesuatu padanya padahal tidak.

Benar, tadi saat Moonbyul melemparkan helm padanya dan Lisa sempat tidak seimbang, namun Lisa berhasil mengatasi itu sehingga sekarang dia duduk santai di sofa tua yang ada di sana.

"Mau?" Lisa menawarkan cemilan dengan wajah yang meledek.

Jisoo yang sudah khawatir setengah mati tentunya kesal melihat teman temannya yang tertawa ditambah Lisa yang terlihat santai dan biasa saja.

"J-Jisoo-yaaa.... L-Lisa.... Lisa...." Seulgi mengulang saat dia bicara pada Jisoo kemudian tertawa lagi.

Jisoo yang merasa sebal dengan gelak tawa yang ditimbulkan Seulgi dan Moonbyul itu mendekat kemudian menampar masing masing kepala mereka.

"Awwsshh- Jisoo oh my gosh! Jika ingin menampar lepaskan dulu sarung tanganmu, jinjja!" Pekik Seulgi mengelus lembut kepalanya.

Cukup sakit ketika seseorang memukul dengan menggunakan penutup di tangannya, apalagi itu tebal seperti yang Jisoo kenakan. Moonbyul seperti tidak merasakan apapun, dia terus tertawa meskipun Jisoo sudah memukul kepalanya.

"Sudahlah, ada yang ingin aku katakan pada kalian. Hanya saja ini tidak lengkap karena tidak ada Wendy disini." Lisa memperbaiki cara duduknya.

Moonbyul seketika terhenti saat tertawa sedangkan Jisoo mengambil tempat di sebelah Lisa sambil melepas sarung tangannya, dia masih dendam pada kedua temannya sehingga dia memberi satu pukulan di lutut mereka.

"Wendy akan mengetahuinya setelah kita, apa yang ingin kau katakan?" Seulgi bertanya karena sudah sangat penasaran. Informasi dari Lisa sangat mahal.

"Aku akan pindah ke apartemen, dan tidak lagi bersama Ayah ku."

My Nini | JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang