BAB 1

110 7 0
                                    

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan di pintu membuat pemuda yang meringkuk dalam selimut itu bergerak sedikit.

"Koh, ini sudah jam 8. Apa kamu tidak berangkat sekolah?" Sebuah suara memanggil dari luar pintu yang dikenali pemuda itu sebagai suara ibunya menyebabkan Koh sedikit mengernyit sebelum perlahan membuka matanya.

"Nak, bangunlah" suara ibunya kembali terdengar.

“Iya ibu, aku bangun,” teriak Koh kembali sebelum bangkit dan merentangkan tangannya ke depan dan ke belakang

Kalau kamu terlambat jangan mengeluh, kamu sama seperti ayahmu,” lanjut ibunya membuat Koh duduk dan tertawa sambil terkikik di tenggorokan. Karena jika teringat wajah ibunya sendiri yang merupakan keturunan campuran yang memanggil nama ayah Koh yang merupakan keturunan Thailand-Tionghoa, menurut Koh kurang cocok.

Tapi itu adalah sesuatu yang familiar bagi keluarganya. Koh berbalik untuk mengambil jam di atas meja untuk melihat karena dia mengira ibunya mungkin mengada-ada dengan mengatakan saat itu jam 8 pagi, tetapi dia harus membuka matanya lebar-lebar untuk memastikan dia membaca waktu dengan benar. Karena 10 menit kemudian sudah benar-benar jam 8 pagi.

"Sialan," kata Koh pada dirinya sendiri sebelum buru-buru turun dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Koh mandi sebentar, berpakaian, dan lari dari lantai tiga rumahnya sendiri.

Ini adalah bangunan setengah komersial tiga lantai. Rumah Ko adalah toko yang menjual mie, sirip hiu, dan sarang burung. Toko dibuka di lantai satu, sedangkan lantai dua adalah tempat tinggal orang tuanya, dan lantai tiga menjadi miliknya dan adik laki-lakinya.

Keluarga Koh memiliki 3 orang putra. Yang tertua sudah menikah dan mempunyai istri serta tinggal terpisah untuk membuka cabang di Chinatown.

Koh adalah anak tengah dan memiliki seorang adik laki-laki lagi.

“Koh, makan dulu,” seru ibu Koh saat melihat pemuda itu berlari ke bawah sambil tampak kaget.

“Sudah terlambat, Bu. Aku akan makan di depan universitas,” jawab Koh

“Lain kali, kamu bisa tidur lebih awal,” suara ayah Koh terdengar bersamaan dengan mengangkat barang-barang untuk menyiapkan etalase toko. Ada 3 karyawan di toko dan toko buka mulai pukul 10:00 hingga 20:00.

"Oke, jangan mengeluh. Aku mau belajar dulu," Setelah selesai berbicara, Koh buru-buru berlari menuju sepeda motornya.

"Bu! Kemana perginya motorku?" Koh langsung bertanya pada ibunya ketika dia tidak melihatnya diparkir.

"Ah, bukankah kamu membiarkan Gap naik kendaraan ke sekolah?" Ibunya berjalan mendekat dan berkata.

"Tidak. Dia berbohong pada ibumu, wah, anak ini," gerutu Koh dengan marah.

“Ayo kita bawa sepeda adik saja untuk dinaiki,” kata sang ibu sambil menyerahkan kunci kepada putranya. Koh menarik napas dalam-dalam sambil berpikir untuk mengutuk adik laki-lakinya di dalam hatinya. Sepeda Koh adalah Honda ZOOMER-X yang dibelikan kakak tertuanya karena malas mengendarai sepeda roda gigi sehingga memilih gigi otomatis untuk dikendarai. Sedangkan untuk Gap, adik laki-lakinya memiliki Honda MSX, namun hari ini adiknya menitipkan sepedanya sendiri untuk digunakan Koh.

"Ya," Koh mau tidak mau harus membawa sepeda kakaknya untuk dinaiki. Dia buru-buru pergi ke universitas karena dia ada kelas pada jam 8:30, tapi Koh tetap datang terlambat ke universitas. Setelah memarkir mobil, dia segera berlari ke ruang kelas.

"Aduh, brengsek," umpat Koh sambil menabrak bahu keras seseorang yang baru saja keluar ruangan, tepat sebelum ruang kelasnya.

"Siapa yang kamu kutuk, Koh?" Sebuah suara yang dalam terdengar menyebabkan Koh yang sedang mengelus hidungnya segera melihat ke sisi lain sebelum mengetahui bahwa dia adalah seorang senior yang tinggi di fakultas dan juga di tim bola basketnya. Koh tidak terlalu menyukai wajah pria ini. Tapi dia tidak menunjukkannya.

LS : Koh & BrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang